Tiga Jurus Jitu Dinkes Atasi Stunting di Surabaya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 18 Okt 2021 10:24 WIB

Tiga Jurus Jitu Dinkes Atasi Stunting di Surabaya

i

Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita. SP/HUMAS PEMKOT SURABAYA

SURABAYAPAGI,Surabaya -  Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mempunyai jurus untuk mengatasi masalah  stunting di Kota Pahlawan. Tiga cara yang bisa dilakukan itu yakni, memberikan tablet Zat Besi (Fe), Pranikah bagi Calon Pengantin (Catin) dan pemantauan gizi ibu hamil hingga pasca melahirkan. 

Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita menjelaskan tiga jurus pencegahan anak terlahir stunting. Pertama adalah memberikan tablet Zat Besi (Fe) penambah darah pada remaja putri. Pemberian tablet FE ini penting untuk menjaga kesehatan reproduksi remaja putri. Tablet ini bisa didapatkan di seluruh Puskesmas di Surabaya.

Baca Juga: Kasus Stunting Kota Mojokerto Menurun Drastis, Kini Tersisa 2 Persen Saja

"Karena, ketika remaja putri menstruasi akan mengalami kekurangan Zat Besi. Oleh sebab itu, selain mengkonsumsi tablet FE, remaja putri juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan vitamin," kata Febria, kemarin.

Sedangkan strategi kedua adalah Pranikah bagi Calon Pengantin (Catin). Setelah remaja putri beranjak dewasa dan akan melaksanakan pernikahan, Dinkes Surabaya bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) memberikan Pendidikan Pranikah bagi Calon Pengantin (Catin). 

"Orang tidak bisa menikah kalau belum mendapatkan pendidikan pranikah. Tidak hanya itu, kesehatannya pun juga kita periksa melalui laboratorium untuk diketahui kondisi kesehatannya. Apakah normal kondisinya, terkena HIV atau tidak, thalassemia-Nya normal atau tidak itu semua kita periksa,” katanya. 

Baca Juga: Penurunan Stunting di Situbondo Lampaui Target Nasional

Tidak hanya Pendidikan Pranikah untuk Catin, Febria menyebut, setelah melaksanakan pernikahan, pasangan suami istri (pasutri) masih dipantau kesehatannya dengan Pendidikan Ibu Hamil. Pendidikan ini dimulai dari proses kehamilan hingga pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada anak usia dua tahun. 

"Pendampingan itu mulai dari pemberian asupan gizi saat hamil dan menyusui harus dipantau. Biasanya kan ada keengganan atau kurang percaya diri Ibu untuk memberikan ASI kepada anaknya, padahal ASI itu penting untuk pertumbuhan anak dan mencegah stunting,” ujar Febria.

Baca Juga: Pemkot Batu Terapkan Berbagai Program untuk Turunkan Stunting

Menurutnya, pemberian ASI pada anak itu wajib dilakukan oleh Ibu selama enam bulan berturut-turut pasca melahirkan. Karena selama enam bulan pasca melahirkan, ASI memiliki kandungan gizi tinggi bagi anak. 

“Jadi jangan menggunakan susu bubuk instan, sebaiknya menggunakan ASI eksklusif supaya anak tercukupi kebutuhan gizinya dan anak bisa tinggi. Alhamdulillah Kota Surabaya ini bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif angkanya sangat bagus, mencapai 78 persen lebih dari angka nasional,” pungkasnya. sb1/na

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU