Tekuni Pembuatan Wayang Kulit Hingga Pasar Asia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 10 Mei 2021 10:32 WIB

Tekuni Pembuatan Wayang Kulit Hingga Pasar Asia

i

Suyoto yang sedang menekuni pembuatan wayang kulit miliknya. SP/ KDR

SURABAYAPAGI.com, Kediri - Suyoto menekuni pembuatan wayang kulit sejak puluhan tahun silam yang ia warisi dari keluarga secara turun-temurun. Mewarisi keterampilan secara turun-temurun, jiwa Suyoto seolah sudah menyatu dengan berbagai karakter wayang yang dibuatnya. Sebab, membuat wayang bukan melulu soal uang tetapi karena kecintaannya.

Saat banyak pesanan datang, Suyoto pun tak jarang harus lembur. Sebab, satu tokoh wayang tidak bisa selesai dalam sehari. Melainkan bisa memakan waktu selama 4-14 hari. Tergantung kerumitan wayang.

Baca Juga: Sedekah Bumi, Pemdes Pager Ngumbuk Gebyar Hiburan Wayang Kulit

“Saya membuat wayang dengan corak yang detaiil. Minimal ada 24 corak warna. Bahkan bisa lebih,” tuturnya. Hal tersebut membuat proses pembuatan wayang jauh lebih lama, Senin (10/5/2021).

Suyoto mulai membuka usaha pembuatan wayang sejak muda itu mengaku mulai banyak mendapat order sejak 1990 lalu. Setiap bulan dia bisa menjual 5-6 wayang.

Sedangkan mengenai bahan wayang yang digunakan untuk pentas, Suyoto hanya mau menggunakan kulit kerbau. Adapun untuk wayang pajangan, biasanya dia bisa menggunakan kulit kambing.

Baca Juga: Ruwatan di Desa Karang Tanjung Candi Suguhkan Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk

Agar mendapatkan kulit dengan kualitas terbaik, biasanya dia akan langsung turun ke tukang jagal. Agar dirinya dapat memilih sendiri dan memastikan kulitnya tidak cacat maupun rusak.

Dengan ketelitiannya itu, Suyoto mematok harga wayang yang bervariasi. Misalnya, wayang untuk pentas biasa dijual mulai Rp 400 ribu hingga Rp 2 juta. Khusus untuk karakter Karno Tanding yang lebih rumit, harganya lebih mahal. Yaitu, mulai Rp 750 ribu sampai Rp 2 juta.

Selain menjual karyanya ke lokal Nganjuk, banyak juga warga dari beberapa daerah di sekitar Nganjuk yang berminat membali. Bahkan, dengan model pemasaran dari mulut ke mulut, wayang buatannya juga bisa terjual hingga ke Hongkong, Singapura, dan Jepang.

Baca Juga: Lestarikan Tradisi Bersih Desa, Pemdes Jimbaran Kulon Gelar Hiburan Wayang Kulit

Meski order sepi, dia mengaku tidak terlalu memikirkannya. Sebab, membuat wayang baginya bukan sekadar untuk menghasilkan uang. Lebih dari itu, membuat wayang sekaligus untuk menunjukkan kecintaannya akan budaya asli Jawa itu.

Karenanya, meski order tak sebanyak saat sebelum pandemi, dia mengaku tetap enjoy menjalani pekerjaannya itu. “Dinikmati saja. Membuat wayang ini sekaligus juga melestarikan budaya Indonesia,” tandasnya. Dsy12

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU