Saya Prediksi Rekomendasi Ketum PDIP ke Eri Cahyadi, bukan Whisnu

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 26 Jul 2020 21:23 WIB

Saya Prediksi Rekomendasi Ketum PDIP ke Eri Cahyadi, bukan Whisnu

i

Dr. H. Tatang Istiawan

Minggu siang kemarin (26/7/2020) saya dapat telepon dari seorang teman anggota PDIP yang duduk di parlemen Senayan Jakarta. Telepon ini semula sekedar just say hello! Tapi ditengah pembicaraan soal efek pandemi corona sampai gonjang ganjing urusan Adian Napitupulu dengan Menteri BUMN Erick Thohir, nyrempet ke calon walikota Surabaya yang direkomendasi Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Teman saya bilang, sudah dipastikan rekomendasi ke Eri Cahyadi, birokrat yang bukan kader PDIP.

Baca Juga: Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar Unggul di TPS Eri Cahyadi Mencoblos

Saya tanya “Kenapa bukan ke Whisnu Sakti, anak Sekjen PDIP Almarhum Pak Sutjipto?”

Teman menjawab “Sampai lebaran yang lalu gak ada tokoh yang mendesak mbak Mega, agar Whisnu, direkomendasi!”

Saya tertegun “He....?”. Lalu saya jawab “Apakah Bu Mega, tidak kenal Whisnu anak Pak Tjipto yang dulu, pendamping setia saat melawan kekuasaan Orba?”

Teman menjawab sambil bertanya “Bu Mega ini sudah usia. Urusannya banyak dan makin kompleks. Lagian Whisnu punya prestasi apa di Surabaya?”

Saya diam, karena meski pernah ketemu Whisnu makan siang di sebuah Resto jalan Raya Gubeng, saya juga tak mencatat record menakjubkan selama menjadi Wawali Surabaya, dampingi Walikota Risma.

Saya bertanya lagi “Eri juga punya prestasi apa di Surabaya?”

Dari HP di seberang, teman saya menjawab “Eri Cahyadi itu digaransi Risma. Dan urusan kepala daerah baru se Indonesia, suara incumbent diprioritaskan didengar, karena Risma incumbent, ya suaranya diperhitungkan DPP. Bu Mega ingin Walikota Surabaya, teruskan program yang telah dirintis Risma.”

Saya hanya mengguman singkat dalam hati “Oh Eri digaransi Risma. Luar biasa Risma...? Apa kelebihan Eri? Keunggulan Ery dimana dibanding Whisnu atau Hendro, Sekkota.”

Saya tanya “Apa itu pasti?”

Teman saya menjawab “Ayo taruhan Umroh terus ke Turki ta..?”

Saya makin terpojok..”Mas, gak usah taruhan... Aku percoyo info sampean ini akurat!”

***

Setelah telepon siang itu, sorenya saya menghubungi teman-teman aktivis di Surabaya.

Saya bilang, prediksi saya, rekomendasi Megawati jatuh ke Ery Cahyadi, bukan ke Whisnu Sakti, mantan Ketua DPC PDIP Surabaya. Saya ajak teman saya bertaruh. Ternyata, teman saya gak berani, karena mereka mencium bau menyan, angin wewangian ada ke ruang kerja Kepala Bapeko, Ery Cahyadi, bukan ke Gedung yang ditempati Wawali Whisnu Sakti Buana.

Baca Juga: Wali Kota Eri Cahyadi Sampaikan Pesan Jurdil untuk Warga Surabaya

Prediksi adalah ramalan. Saya memperkirakan Ery Cahyadi, bukan sekedar ramal-meramal menggunakan menyan, karena saya tak paham urusan klenik.

Prakiraan saya ini didasarkan logika berpikir berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang. Terutama informasi dari elite di Pemkot Surabaya dan sejumlah elit PDIP Surabaya.

Prakiraan saya ini insya Allah valid. Saya punya perhitungan yang memperkecil selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan. Apalagi defacto, Ery Cahyadi sudah kasak-kusuk ke kampung-kampung urus sumbangan terdampak covid-19. Padahal job description Kepala Bapeko, tidak ada yang bertugas blusukan ke kampung-kampung membawa bingkisan kaos dan sembako ke sejumlah warga kota.

***

Whisnu Sakti sendiri, kata seorang kader PDIP Surabaya, beberapa bulan terakhir makin “diumbar” Risma. Padahal ia orang kedua di Pemkot Surabaya.

Salah satu yang mencolok, saat menghadiri undangan dari DPRD Surabaya, Whisnu seperti pejabat biasa. Ia tidak ada ajudan dan memiliki protokol pejabat.

Praktis, kata beberapa pejabat di Pemkot, Whisnu tak punya akses kewenangan ke kepala dinas. Suara yang saya rekam, hampir semua kepala dinas justru “taat” pada Ery Cahyadi. Padahal “pangkat” struktural Kepala Bapeko sama dengan kepala dinas.

Ada ASN di Pemkot Surabaya yang menyebut Ery itu sudah identik dengan “kekuasaan” yang dimiliki Risma.

Baca Juga: PDIP Surabaya Siapkan 16.334 Saksi di Pemilu 2024

Padahal, ASN yang golongannya diatas Ery, banyak. Ada apa Risma, kebelet mencalonkan Ery Cahyadi, meniadi Cawali Surabaya?

Apa Risma, kesengsem dengan usia muda Ery, yang tak jauh dengan Don Rosano, konsultan marketing place Pemkot Surabaya.

Ery Cahyadi, adalah ASN muda yang penampilan sehari-hari bersahaja. Saya pernah bertemu beberapa kali. Pertama, Ery pernah silahturahmi temui saya di kantor harian Surabaya Pagi. Saat itu ia memperkenalkan diri menduduki jabatan baru, Bina masyarakat. Kedua, saat saya menanyakan zoning di sebuah lokasi yang akan saya gunakan untuk percetakan dan ketiga, saat saya mengurus IMB kantor Surabaya Pagi.

Catatan saya, Ery ini anak muda sederhana dan terkesan terbuka. Ia baru menjadi sorotan publik, setelah ada kedekatan dengan Risma. Terutama karena dipromosikan menjadi walikota penerusnya. Saya khawatir Ery Cahyadi ini “dikarbit” Risma.

Dalam praktik, orang karbitan ingin serba cepat, instans dan tak mau berlama-lama bisa menjadi walikota. Ia bisa seperti lazimnya buah dikarbit (Kalsium karbida), matang karena “dipaksa”. Dan biasanya proses pematangan buah yang di karbit tidak optimal. Bahasa umumnya, buah yang dikarbit itu lebih cepat busuk.

Konon, Risma tak punya gaco (jago) lain yang loyal padanya dari birokrat. Apalagi andalan dari kader PDIP Surabaya. Maklum, Risma tahu bahwa pengurus DPC PDIP Surabaya, kebanyakan loyal pada Bambang DH, ketimbang dirinya. Termasuk Awi, ketua DPC PDIP Surabaya. Tapi setahun ini, Adi Sutarwijono (Awi), mulai “merapat” ke Risma. Inilah politik praktis, tak ada lawan yang abadi, kecuali kepentingan.

Dan kepentingan mengapa elite PDIP Surabaya, mesti dekat dengan Risma, bagi elite partai banteng monyong putih, karena Risma, sering sowan ke Ketum DPP PDIP, ketimbang Bambang DH. Konon akses Bambang DH, makin lama kurang dekat dengan putri Bung Karno. [email protected]

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU