Prof. H. Tjiptohadi, Ingatkan Jokowi Hitung Kemampuannya Bayar Utang Negara

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Jul 2021 22:31 WIB

Prof. H. Tjiptohadi, Ingatkan Jokowi Hitung Kemampuannya Bayar Utang Negara

i

Menteri Ekonomi Sri Mulyani

Terkait Penilaian Bank Dunia yang Turunkan "Strata" Ekonomi Indonesia Saat Pandemi

 

Baca Juga: Apple akan Bangun Akademi Developer di Surabaya

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Indonesia turun kelas. Bank Dunia resmi mengumumkan Indonesia kembali masuk dalam negara lower middle income alias negara dengan penghasilan menengah ke bawah.

Pengumuman ini diumumkan per 1 Juli di website resmi Bank Dunia. Dalam laporan itu, assessment Bank Dunia terkini menyatakan GNI per kapita Indonesia tahun 2020 turun menjadi US$ 3.870.

Padahal, tahun lalu berada di level US$ 4.050 dan membuat Indonesia naik kelas menjadi negara upper middle income country alias negara berpenghasilan menengah ke atas.

Indonesia, Mauritius, Rumania, dan Samoa sangat dekat dengan ambang batas klasifikasi pada tahun 2019 dan semuanya mengalami penurunan Atlas GNI per kapita terkait COVID-19, yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah pada tahun 2020," papar Bank Dunia dalam pengumumannya, Rabu (7/7/2021)

Tanggal 1 Juli 2021 lalu, Bank Dunia (World Bank) merilis laporan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau Gross national income, atau GNI) Indonesia turun kelas dari upper middle income menjadi lower middle income country.

Dalam laporan tersebut, World Bank mencatat GNI per kapita Indonesia tahun 2020 adalah sebesar US$ 3.870. Angka ini tentu sangat rendah bila dibandingkan dengan GNI perkapita tahun 2019 yakni sebesar US$ 4.050 dan membuat Indonesia didaulat sebagai negara upper middle income atau negara berpenghasilan menengah ke atas.

Adapun beberapa faktor penyebab turunya status Indonesia menurut world bank adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan penduduk.

 

Sumber Masalah Pandemi

Menanggapi akan hal tersebut, Pakar Ekonomi Universitas Brawijaya Malang Dr. Iswan Noor, S.E., M.E mejelaskan, sumber masalah turunnya GNI Indonesia adalah pandemi covid-19.

Munculnya pandemi covid-19 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat bahkan menyetuh hingga angka 3 persen.

"PDB [Produk Domestik Bruto] kita pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy), dijurang resisi kita pada 2020, lagi-lagi karena pandemi," kata Iswan Noor kepada Surabaya Pagi, Rabu (07/07/2021).

Tak hanya itu, selama masa pandemi ratusan bahkan ribuan pekerja yang dirumahkan. Alhasil berpengaruh pada tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Oleh karenanya, Iswan menghimbau agar dilakukan strategi pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang sifatnya multiplier effect.

"Harus ada startegi yang matang, sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang banyak, akhirnya angka pengangguran berkerang, pendapatan bertambah dan daya beli pun meningkat. Jadi satu kebijakan berdampak ke segala sektor," katanya.

 

Kemampuan Bayar Utang

Baca Juga: Mengapa Gibran dan Bapaknya Diusik Terus

Sementara itu, Pakar Keuangan dari Universitas Airlangga Surabaya Prof. Drs. H. Tjiptohadi Sawarjuwono M. Ec. Ph.D, Ak menambahkan, turunnya GNI per kapita Indonesia akan berdampak pada kemampuan Indonesia membayar utang.

"Income turun tentu kemampuan kita membayar utang juga ikut menurun. Akhirnya terus nunggak. Oleh karena itu tadi income yang turun," kata Tjiptohadi Sawarjuwono, secara terpisah kepada Surabaya Pagi, Rabu siang (7/7/2021).

Tjipto mengingatkan Kementerian Keuangan Kemenkeu Pemerintahan Jokowi yang sebelumnya telah mencatat, posisi utang pemerintah sampai akhir Desember 2020 sebesar Rp 6.074,56 triliun.

Jumlah tersebut belum termasuk utang BUMN dan Bank Indonesia. Bila kedua lembaga ini dimasukan, maka total utang Indonesia mencapai Rp 12.240,32 triliun. 

Untuk mengukur kemampuan membayar utangnya, kata prof. Tjipto, publik bisa diajak untuk sama-sama melihat perbandingan antara rasio pendapatan dengan rasio utang. Bila rasio pendapatan (GNI) menurun, sementara rasio utang terus naik, maka akan berpengaruh pada lama waktu pembayaran utang.

"Katakanlah rasio pendapatan kita 40% persen per tahun, sementara rasio utang kita juga 40%, artinya dalam setahun lunas utang kita. Tapi kalau rasio pendapatan tadi turun ke 20%, maka kita butuh 2 tahun untuk nutupi utang," katanya Prof. Tjiptohadi.

 

Selevel Negara Mauritus

Bank Dunia mengumumkan  Indonesia kembali masuk dalam negara lower middle income atau negara dengan penghasilan menengah bawah. Dalam laporan terbaru, assessment Bank Dunia menyebutkan GNI per kapita Indonesia tahun 2020 turun menjadi 3.870 dolar Amerika Serikat (AS).
"Indonesia, Mauritius, Rumania, dan Samoa sangat dekat dengan ambang batas klasifikasi pada tahun 2019 dan semuanya mengalami penurunan Atlas GNI per kapita terkait Covid-19, yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah pada 2020," tulis laporan tersebut yang dikutip Rabu (7/7/2021

Bappenas Siapkan  Strategi
Sementara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, tidak kaget dengan ‘’penurunan strata’ yang disusun Bank Dunia. Ini karena Bulan Mei 2021 sudah memprediksi.

Baca Juga: Kesimpulan Paslon 01 dan 03: Sumber Masalahnya, Gibran dan Cawe-cawenya Jokowi

Monoarfa mengatakan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2020 berimplikasi kepada kesehatan, serta mengganggu kinerja pembangunan di daerah dan nasional.

Kontraksi ekonomi yang dialami Indonesia pada 2020 memberikan risiko kepada Indonesia untuk kembali masuk kategori lower middle income (negara berpenghasilan menengah bawah)," ujar dia dalam siaran langsung, Selasa, 4 Mei 2021.

Karena itu, Suharso mengatakan Indonesia perlu bekerja keras, bekerja cerdas, dan melakukan penyesuaian terhadap rencana pembangunan. Termasuk, mendesain ulang strategi transformasi ekonomi Indonesia

Indonesia sebelumnya mencapai negara berpenghasilan menengah atas pada tahun 2019. Namun, sejak 2020 perekonomian Indonesia diselimuti dampak pandemi Covid-19. Berdasarkan visi pembangunan 2045 yang tercantum pada RPJMN 2020-2024, dengan asumsi tanpa pandemi, Indonesia direncanakan keluar dari jebakan kelas menengah pada 2036.

Saat ini, Bappenas, kata Suharso, telah menyiapkan sejumlah strategi besar dalam redesain transformasi ekonomi Indonesia pasca Covid yang menggunakan tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai instrumen utama. Strategi ini, menurut dia, merupakan game changer menuju Indonesia maju sebelum 2045.

Saat ini, tutur dia, Bappenas sedang menyelesaikan peta jalan transformasi ekonomi Indonesia yang diharapkan selesai dalam waktu dekat. Tahun 2022 diharapkan menjadi tahun pertama Indonesia lepas dari pandemi dan tahun kunci bagi pemantapan pemulihan ekonomi.

"Indonesia butuh pertumbuhan rata-rata 6 persen untuk menjadi negara maju dan lepas dari middle income trap sebelum 2045," ujarnya.

Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, ia mengatakan tantangan Indonesia tidak hanya pemulihan ekonomi nasional, namun transformasi ekonomi dalam jangka menengah dan panjang harus dilakukan sejak sekarang. Transformasi perekonomian dilakukan salah satunya dengan mengubah struktur perekonomian dari lower productivity ke higher productivity sector.

Disebabkan Pandemi
Indonesia memiliki pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI) per kapita sebesar US$ 3.870 pada 2020, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 4.050. Hal tersebut lantas mengembalikan Indonesia ke kelompok negara berpendapatan menengah bawah.

Menurut Bank Dunia, penurunan GNI per kapita Indonesia disebabkan oleh pandemi virus corona Covid-19. Nilainya pada tahun lalu pun hanya sedikit di atas batas minimal kategori negara berpendapatan menengah atas. Karena itu, penurunan ini membuat Indonesia turun ke kategori lebih rendah. Sejumlah negara juga berpindah ke kategori menengah bawah, seperti Belize, Iran dan Samoa. Sedangkan, Mauritius, Panama, dan Romania turun dari kategori negara berpendapatan tinggi ke menengah atas. n jk/erc/sem/cr2/rmc 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU