Pengrajin Tempe Tahu Ancam Mogok Produksi Tiga Hari

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 30 Des 2020 14:16 WIB

Pengrajin Tempe Tahu Ancam Mogok Produksi Tiga Hari

i

Para pengrajin tempe tahu Mojokerto saat melontarkan pernyataan sikap mogok produksi. SP/Dwy Agus Susanti

SURABAYAPAGI.COM, Mojokerto - Puluhan pengrajin tempe tahu di Kota dan Kabupaten Mojokerto mengancam mogok produksi selama tiga hari. Mogok massal yang dimulai tanggal 1 hingga 3 Januari 2021 ini sebagai protes melonjaknya harga kedelai impor di pasaran.

Baca Juga: Dorong Daya Beli Masyarakat, Kejaksaan dan Pemkot Mojokerto Sinergi Gelar Bazar Sembako Murah

Naryo, Ketua Paguyuban Pengrajin Tempe dan Tahu Mojokerto mengatakan, ada beberapa hal yang melandasi para pengrajin untuk melakukan mogok produksi.

Diantaranya, harga kedelai impor yang melonjak dari sebelumnya Rp. 7 ribu perkilogram kini naik drastis menjadi Rp. 9 ribu per kilogram.

"Kita sudah mengupayakan untuk menaikan harga tempe dan tahu sebesar 10 hingga 20 persen, namun kenyataan di lapangan tetap sulit dilakukan. Karena pada umumnya kami menjual kepada pedagang di pasar-pasar tradisional," ujarnya, Rabu (30/12/202/).

Ia menyebut, sejatinya para pengrajin menyadari dengan terjadinya pandemi covid-19. Sehingga yang terkena dampaknya adalah perekonomian di seluruh penjuru dunia termasuk kedelai.

"Namun kami meminta kebijaksanaan pemerintah, untuk tak menaikkan harga kedelai hingga 25 persen. Karena ini semakin memberatkan usaha kita," cetusnya.

Baca Juga: Kreasi Unik Vanilla, Siswi SD Kaliasin 1 Sulap Daun Sirih Jadi Kue Kering Lebaran

Pengrajin tempe asal Kota Mojokerto ini juga menambahkan, aksi mogok produksi ini merupakan tindak lanjut dari keluhan, usulan dan desakan para pengrajin tempe tahu anggota KOPTI atau GAKOPTINDO (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) di seluruh Indonesia.

Aksi ini juga telah dibahas dalam rapat pengurus dan pengawas Gakoptindo pada Senin, 28 Desember 2020 dan dihadiri oleh lebih 70 persen Puskopti yang aktif di seluruh Indonesia.

"Intinya kita yang di Mojokerto mendukung aksi mogok produksi ini. Karena ini juga bertujuan untuk mengkompakkan kenaikan harga tempe dan tahu," jelasnya.

Naryo menambahkan, selama berhenti produksi, para pengrajin tetap akan menjaga kekompakan, kebersamaan dan kedamaian.

Baca Juga: Berkah Ramadhan, Pedagang Gula Aren di Lebak Beromzet Rp 50 Juta per Hari

"Kita juga nenghimbau untuk tidak melakukan perbuatan anarkis yang akan merugikan kita semua dan juga masyarakat pecinta tempe dan tahu," tegasnya.

Senada dikatakan Paryono (50), pengarjin tempe asal Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Ia menyebut kenaikan harga kedelai ini semakin memukul keberlangsungan usahanya. Pasalnya, kedelai ini adalah bahan baku utama dalam membuat tahu dan tempe.

"Kita ini menjual tempe asli kedelai, tanpa ada campuran jagung atau singkong. Jika saat ini harga kedelai naik, otomatis menambah cost produksi kita. Harapan kita harga kedelai turun lagi," pungkasnya. Dwy

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU