Pelajar Demo Kian Berani, Polda Jatim Waspada

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 01 Okt 2019 07:39 WIB

Pelajar Demo Kian Berani, Polda Jatim Waspada

Hendarwanto- Teja Sumantri, Wartawan Surabaya Pagi Bentrok kembali pecah saat aksi unjuk rasa di sekitar gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (30/9/2019). Massa yang berdemo bukan hanya mahasiswa, tapi juga pelajar. Bahkan, kelompok yang memakai seragam Sekolah Menengah Atas (SMA) itu terlihat lebih berani. Mereka menghujani polisi dengan batu. Aparat yang mengenakan pelindung itu membalasnya dengan tembakan gas air mata. Ini ironis, mengingat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan surat edaran No 9 tahun 2019 tertanggal 27 September 2019 tentang pencegahan keterlibatan peserta didik dalam aksi unjuk rasa berpotensi kekerasan. ------------- Massa pelajar demo di belakang Gedung DPR, Jalan Tentara Pelajar, Senin (30/9/2019) pukul 15.00. Massa berkumpul sambil berteriak menyanyikan yel-yel di sekitar Stasiun Palmerah. "Dua lima jigo, dua lima jigo. DPR bego!" demikian teriak para pelajar ini. Pantauan di lokasi, para pelajar ini berangsur-angsur mulai menyesaki Jalan Tentara Pelajar sejak setengah jam lalu. Mereka datang dari arah Slipi berjalan kaki menuju belakang DPR. Beberapa di antaranya tampak membawa bendera merah putih. Tak terlihat pasti asal sekolah mereka. Selain pelajar, ada juga mahasiswa, organ buruh dan aktivis yang menggelar aksi unjuk rasa di sekitar Gedung DPR/MPR. Mereka menyuarakan penolakan RKUHP dan RUU lainnya yang dianggap bermasalah. Mereka juga meminta Presiden Joko Widodo menerbitkan Perppu untuk membatalkan UU KPK hasil revisi yang telah disahkan DPR. Kericuhan pun pecah di belakang gedung DPR. Massa yang mengenakan seragam pelajar melempari polisi dengan batu. Pantauan di Jalan Tentara Pelajar, sekitar pukul 16.30 WIB, massa pelajar awalnya meminta polisi membuka pintu DPR. Mereka terus beryel-yel. Tak lama kemudian, massa pelajar tampak melempar batu ke arah polisi yang membentuk barikade dengan tameng. Mereka juga memukuli tameng polisi dengan benda-benda keras. Bahkan, ada pelajar yang menghantam tameng polisi dari jarak dekat, sekitar 1 meter. Tak hanya itu, bentrokan juga pecah di sekitar restoran Pulau Dua, Senayan, sekitar pukul 17.45 WIB. Gara-garanya, massa tersulut emosi setelah mendengar adanya suara letusan dari arah flyover Slipi. Massa yang mayoritas tak beratribut melempari batu ke arah polisi sambil merangsek masuk, mendekati polisi. Lalu, polisi menyerang balik dengan menembakkan gas air mata. Kemudian sekitar pukul 18.00 WIB, massa yang terdiri dari pelajar melempari polisi dengan batu berukuran sedang dan besar di Jalan Gatot Subroto, tepatnya depan Gerbang Tol Kuningan 1. Polisi langsung empat kali menembakkan gas air mata untuk memukul mundur massa. Masyarakat yang berada di sekitar Gedung Polda Metro Jaya langsung berlarian dan berlindung dari tembakan gas air mata. Sekitar pukul 18.40 WIB, demonstran dipukul mundur polisi dari flyover Slipi. Polisi menembakkan gas air mata ke arah massa. Mereka pun berlarian ke kawasan Pejompongan. Mereka berhamburan menuju rumah-rumah warga. Beberapa di antara massa ada yang masih melawan. Mereka melempar batu, petasan, dan bom molotov ke arah aparat. Aparat pun kembali menembakkan gas air mata ke mereka. Sekitar pukul 20.30 WIB puluhan pasukan trail (patra) Brimob datang dari atas tol. Barikade polisi membuka jalan agar mereka bisa melintas. Pasukan bermotor itu lalu menuju ke arah kerumunan massa diiringi tiga kali tembakan gas air mata. Massa yang tadinya berhadap-hadapan dengan barikade pun kocar-kacir. Mereka tercerai-berai tak tentu arah. **foto** Polda Jatim Antisipasi Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Luki Hermawan merasa prihatin atas aksi demo mahasiswa yang diikuti pelajar SMK/SMA. Ini diungkapkan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Luki Hermawan. "Mereka pelajar belum paham soal demo," ucap Kapolda di gedung patuh, kemarin (30/9/2019). Makanya, dirinya pagi kemarin menghadiri undangan pelantikan anggota dewan di DPRD Jatim, dan bertemu dengan Gubernur Jawa Timur, lewat Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur segera mengumpulkan kepala sekolah dan ketua OSIS Se Jawa timur. Ini dilakukan untuk membantu mensosialisasikan soal berita-berita hoax yang sempat ramai di media sosial. "Para pelajar harus tahu itu berita hoax," tegasnya. Sementara itu Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol. Sandy Nugraha menjelaskan saat itu pihaknya dibantu Polresta Sidoarjo mengamankan 152 pelajar SMK, Polres Pelabuhan 120 orang dan Polrestabes sendiri 52 orang. Mereka ini diamankan karena ada yang membawa clurit, bom molotov, jerigen isi bensin, dan 3 orang positif narkoba. Tak hanya itu, ada pemuda yang sudah berumur 22 tahun memakai seragam sekolah. "Ini harus hati-hati," tandas Sandi. Setelah kita data para pelajar ini, kita minta kepala sekolah, guru dan orang tua. Mereka kita panggil dan kemudian kita serahkan kepada mereka," lanjutnya. Konstitusional Meski begitu, Presiden Joko Widodo menyebut aksi unjuk rasa mahasiswa yang kembali dilakukan Senin (30/1) kemarin, sebuah gerakan yang konstitusional. Sebab, konstitusi sudah mengatur kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum. "Enggak apa-apa (demo), konstitusi kita kan memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat," kata Jokowi di Istana Bogor, Senin (30/9/2019). Jokowi pun mengimbau mahasiswa yang berunjuk rasa di berbagai daerah untuk menyampaikan aspirasinya dengan tertib. Ia mengingatkan jangan sampai ada yang bertindak anarkistis. "Yang paling penting jangan rusuh, jangan anarkis, sehingga menimbulkan kerugian. Jangan sampai ada yang merusak fasilitas-fasilitas umum, yang paling penting itu," ujar Jokowi. Jokowi pun memastikan pemerintah sangat mendengar aspirasi yang disampaikan mahasiswa, di antaranya menolak RKUHP dan UU KPK hasil revisi. Jokowi hingga kini mempertimbangkan untuk menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) untuk mencabut UU KPK. "Kita mendengar kok, sangat mendengar. Bukan mendengar, tapi sangat mendengar," kata dia. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU