Pasien Covid-19 di IGD RSUD Soetomo Turun

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 29 Jul 2021 21:41 WIB

Pasien Covid-19 di IGD RSUD Soetomo Turun

i

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan foto terbaru penampakan RSUD Dr. Soetomo, khususnya di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) di instagram pribadinya. SP/tangkap layar instagram @khofifah.ip

Juga Terjadi di BOR RS Rujukan Covid-19

 

Baca Juga: DJP Jatim 2 Gandeng Media untuk Tingkatkan Pencapaian Target Pajak

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kerja keras Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Pemerintah Kota Surabaya menangani pandemi dalam sepekan berbuah hasil. Hal ini terlihat menurunnya keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di beberapa rumah sakit rujukan Covid-19. Bahkan, IGD RSUD dr Soetomo yang awal Juli 2021 lalu sempat membludak hingga halaman depan. Kini, sudah mulai normal, tanpa ada perawatan di lantai.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyebut BOR Isolasi 75 persen, BOR ICU 85 persen dan BOR Rumah Sakit Darurat Lapangan 52 persen. "Kalau kami melihat sesungguhnya ruang isolasi di RS ada pelandaian," ujar Mantan Menteri Sosial (Mensos) itu saat di Gedung Negara Grahadi, Kamis (29/7/2021).

Salah satu yang dipantau Khofifah ialah RSUD dr. Soetomo. Rumah sakit plat merah dalam naungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim itu sempat membludak beberapa waktu lalu. Bahkan mengalami penumpukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) “Dulu di RSU Soetomo, 3 minggu lalu, banyak pasien-pasien yang mengantre ke IGD sampai ke selasar. Saat ini, setiap pagi saya minta cek untuk difoto dan di triase IGD Soetomo saat ini sudah lengang di IGD. Suasananya seperti itu," ujar Khofifah.

Mulai lengangnya BOR rumah sakit, kata Khofifah, bukan indikator kalau Covid-19 akan selesai. Ia mengajak masyarakat Jatim untuk tak menganggap enteng virus corona SARS CoV-2. sebab kasus bisa melonjak sewaktu-waktu jika lengah. "Tetaplah waspada, tetap mitigasi seksama," tegas dia

Khofifah juga mengajak masyarakat yang sedang isolasi mandiri agar berpindah ke isolasi terpusat yang telah disediakan pemerintah, TNI dan Polri. Dengan isolasi terpusat, pasien bisa termonitor kondisinya. Mereka juga akan cepat bisa tertangani RS rujukan jika sewaktu-waktu keadaannya memburuk. "Yang isolasi di rumah ini diseyogyakan untuk isolasi terpusat supaya termonitor kondisinya, karena ada yang mungkin butuh obat ada yang butuh oksigen, kalau  di rumah tidak bisa semua terfasilitasi," katanya.

 

Pasien di Soetomo Mulai Menurun

Baca Juga: Pemkot Surabaya Rencana Tambah 2 Rumah Anak Prestasi

Terpisah, Dirut RSU dr Soetomo Joni Wahyuhadi mengatakan, para pasien yang sebelumnya banyak di triase IGD, telah dimasukkan dalam ruang perawatan yang ada di kontainer.

"Setiap kontainer berisi 5 pasien. Kontainer-kontainer ini didesain jadi ruang perawatan, dan sangat membantu agar tidak terjadi penumpukan di IGD," terang Joni.

Joni menyebut, kapasitas bed COVID-19 di RSU dr Soetomo saat ini sebanyak 520 bed dan terisi sekitar 75 persen. Jumlah ini akan terus bertambah, seiring dengan pemanfaatan lahan pakir Soetomo sebagai ruang perawatan.

"Namun, sebesar-besarnya kapasitas rumah sakit tidak akan ada artinya, apabila di hulunya, penyebaran virus ini tidak ditekan. Kuncinya satu, protokol kesehatan, jauhi kerumunan, kurangi mobilitas," tegasnya.

Sementara, terkait RSUD dr Soetomo yang sudah tidak ada penumpukan dibenarkan dr Joni. "Untuk itu (overload), sudah tidak ada lagi. Sudah terdistribusi di beberapa ruang dan bed," lanjutnya.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka 54 Posko Pengaduan THR

 

Tetap Waspada

Sementara, meski BOR turun, pimpinan DPRD Surabaya tetap mengingatkan bahwa penangan harus terus digencarkan. "Bisa dikatakan begini, BOR menurun itu hal yang baik kita sambut, tetapi kondisi masih rawan. Kondisi rawan saat ini pada sektor potensi penyebaran itu masih beresiko," kata Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti, Kamis (29/7/2021) kemarin.

Reni menyebut, angka BOR rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19 kini berada di bawah angka 90 persen. Walhasil, adanya pengurangan beban keterisian di rumah sakit bisa membuat warga yang terpapar bisa segera mendapatkan penanganan. "Jadi penurunan BOR memberikan kesempatan lebih besar kepada warga yang terpapar yang punya peluang untuk sembuh dan tertangani di rumah sakit," jelasnya. n sub/alq/cr3/ana

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU