Home / Peristiwa : ANALISIS BERITA

Ortu Harus Bangun Komunikasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 22 Jun 2021 21:43 WIB

Ortu Harus Bangun Komunikasi

i

Bukik Setiawan (kiri) dan Edward Dewaruci (kanan)

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pemerhati anak Bukik Setiawan menghimbau, agar orang tua terus meningkatkan komunikasi dengan anak. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi terkait bahaya virus covid-19 terhadap anak hingga pentingnya protokol kesehatan (prokes) bagi anak.

"Sudah sepatutnya orangtua meningkatkan kewaspadaan anak. Ajak bicara anak-anak tentang kondisi pandemi saat ini. Apa yang terjadi? Apa penyebabnya? Apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? Kemudian ajak anak untuk berlatih melakukan protokol kesehatan," kata Bukik Setiawan kepada Surabayapagi

Baca Juga: Dispendik Surabaya Pastikan Pramuka Tetap Berjalan

Untuk membangun komunikasi dengan anak kata Bukik, bisa dimulai dari obrolan-obrolan remeh antara orang tua dan anak. Tatkala komunikasi komunikasi tersebut mulai terbangun, maka orang tua akan dengan mudah mengarahkan anaknya untuk memperketat prokes. "Sudah selayaknya orangtua berdiskusi dengan anak tentang isu-isu penting. Bukan menyuruh atau menceramahi anak. Saya lihat ini yang justru belum dilakukan orang tua," akunya

Apabila sudah berdiskusi. Orangtua dan anak bisa membuat misi bersama untuk mengajak lebih banyak orang untuk mengikuti protokol kesehatan.  "Semisal, menggambar dan mewarnai masker agar menarik, kemudian divideokan sehingga menarik perhatian banyak orang," pungkasnya.

 

Peran Serta Orang Tua

Senada juga diucapkan Edward Dewaruci, Pembina Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim. Pria yang disapa Teted ini sangat prihatin, bahwa lebih banyak anak yang positif Covid-19 dan harus menjalani isolasi.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Siapkan Langkah Antisipasi Fenomena Urbanisasi

Menurut Teted, sudah sepatutnya anak menjadi tanggung jawab orangtua dan orangtua harus menjaga anak dari risiko penularan Covid-19 saat anak berada di luar rumah.

Pria yang juga seorang advokat ini melihat, selama pelaksanaan sekolah daring sejak tahun 2020 lalu, otomatis anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Yang mulanya anak berada di sekolah di bawah pemantauan guru, saat ini anak sepenuhnya dibawah pengawasan orang tua. Sehingga ada masanya, orangtua kewalahan lalu ingin membiarkan anak mereka bermain di luar tanpa pengawasan.

Atau ada juga, lanjutnya, orangtua yang melihat anak mereka bosan berkegiatan di rumah lalu mengajak mereka berlibur atau jalan-jalan. Padahal di sisi lain, pandemi Covid-19 belum berakhir dan beberapa waktu terakhir terjadi tren peningkatan kasus.

Baca Juga: Cegah Inflasi di Surabaya , BLT Rencana Dicairkan untuk Keluarga Miskin

“Kalau dalam prosesnya keberatan, anak-anak di rumah dirasa merepotkan. Atau bosan di rumah lalu diajak jalan-jalan sedangkan situasi tidak memungkinkan. Harusnya orangtua yang membuat bagaimana caranya anak mau dan bertahan di rumah,” kata Teted, kemarin.

Salah satunya dengan memberikan alternatif permainan atau belajar bersama di rumah. Jangan sampai, ketika anak bosan di rumah, lalu orangtua merasa keberatan, lalu orangtua melakukan pembiaran kepada anak-anak mereka. “Pandemi ini ibarat perang, anak-anak dilepas ke garis depan medan perang. Harusnya anak-anak di rumah dengan tanggung jawab orangtua,” ujarnya.

Untuk itu iga menghimbau kepada pemerintah untuk rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Menurut Teted, PTM untuk anak-anak lebih baik ditunda selama kasus Covid-19 belum tuntas. sem/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU