Korban Pinjol Baru, Diteror di 5 Aplikasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 20 Jul 2021 22:00 WIB

Korban Pinjol Baru, Diteror di 5 Aplikasi

i

Berbagai ancaman yang dikirimkan oleh pinjaman online ilegal. Sp/tangkap layar/anggadia

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Keberadaan Pinjaman Online (pinjol) ilegal masih terus menjamur di kalangan konsumen khususnya warga Surabaya. Walaupun telah banyak yang ditutup, pinjol ilegal yang baru terus ada. Padahal, Satgas Waspada Investasi (SWI) telah menemukan dan menutup 172 entitas fintech atau pinjaman online, yang dikenal sebagai pinjol ilegal, sepanjang Juli 2021.

Pinjaman Online ilegal ini bahkan berani untuk mengancam kastemer walaupun korban tidak merasa meminjam. Seperti yang dialami salah satu arek Suroboyo, sebut saja, RR, warga yang tinggal di Jalan Menanggal tersebut mengaku pusing karena data pribadinya disebar kepada teman-teman kontak di handphonenya walaupun ia tidak pernah meminjam uang lewat layanan pinjol tersebut.

Baca Juga: Tingkatkan Kepuasan Masyarakat, Satpas SIM Colombo Gaungkan Pelayanan Prima dan Transparansi

"Data saya disebar. Foto dan KTP saya disebar tanpa sepengetahuan saya oleh pihak yang tidak dikenal," ujar RR yang berkeluh kisah kepada Surabaya Pagi, Senin (19/07/2021).

Ia pun mengaku mengetahui hal tersebut dari teman kerjanya yang dikirim oleh pihak yang mengaku dari pinjaman online.

"Saya tahunya dari teman saya, mas. Lha khan aneh saya ga pernah pinjam padahal. Kok keluar tagihan Rp 2 juta lebih. Stress saya diteror setiap hari", ujar RR.

Ia mengaku sampai stress dan ketakutan sebab pihak pinjol ilegal tersebut mengancam dengan nomor yang berbeda. "Nomornya lebih dari 5 nomor dan itu sudah saya blokir muncul lagi nomor baru", ujar RR.

RR mengaku bahwa dihubungi oleh 5 aplikasi yang berbeda untuk mengembalikan pinjaman. Adapun aplikasi tersebut adalah ADA DANA, PINTU KAYA, LOAN SEGARA, GET UANG RUPIAH MAJU, dan DANA CERAH. Bahkan, dari lima aplikasi itu, hanya "Ada Dana" saja yang terdapat di Google Playstore. Sedangkan, lainnya tidak ada.

Surabaya Pagi juga melakukan penelusuran ke website resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) guna mengetahui kelima aplikasi diatas sudah terdaftar atau belum. Surabaya Pagi menemukan bahwa kelima aplikasi yang disebutkan diatas tidak terdaftar resmi atau ilegal.

Selanjutnya, Surabaya Pagi mencoba menghubungi salah satu nomor yang mengancam RR. Ketika Surabaya Pagi mencoba untuk menelpon nomor yang terkait tidak ada jawaban apapun. Sedangkan ketika di konfirmasi lewat pesan Whatsapp, nomor yang diduga melakukan pengancaman tersebut malah menyangkal.

"Mana buktinya? Ga Ada itu, siapa namanya? Kalo ga ada namanya kan saya ga bisa cari tahu," ujar terduga pelaku yang melakukan pengancaman terhadap RR, saat dikonfirmasi Surabaya Pagi, Selasa (20/7/2021).

Padahal jelas nomor tersebut melakukan pengancaman kepada RR.  "Sebelum jam 5 tidak ada pelunasan, saya akan alihkan tim analisis untuk penyebaran data", isi pesan tersebut.

Baca Juga: Polda Jatim: Angka Laka Lantas Turun 43 Persen

 

Polda Jatim Masih Mengkaji

Sebelumnya, Polda Jatim melalui Dirreskrimsus Polda Jatim, Kombes Pol Farman, sedang mengkaji kasus pinjol ilegal yang cara penagihannya dengan cara mengintimidasi, menyebarkan data pribadi, hingga pencemaran nama baik dan pelecehan seksual.

Ini mengingat aturan pinjaman online masuk dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lebih tepatnya diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (“POJK 77/2016”).

“Terkait pinjol ini tidak bisa berdiri sendiri. Kalau pinjaman itu masuk dalam KUH Perdata. Sedangkan pinjol diatur peraturan OJK,” kata Kombes Pol Farhan

Baca Juga: Adventure Land Romokalisari Surabaya Ramai Peminat Wisatawan Luar Kota

Menurut Farhan, dalam peraturan tersebut terdapat klausul yang mengatakan, pemberi pinjaman dapat melakukan berbagai cara untuk melakukan penagihan. Kasus-kasus seperti inilah yang masih dalam pengkajian Ditreskrimsus Polda Jatim.

“Ada klausul dari aplikasi bahwa pihak yang memberi pinjaman online bisa melakukan segala hal, meski ini sedang kami kaji. Karena bagaimana pun harus ada niat baik dari kedua pihak. Ketika di situ ada klausul bisa melakukan penagihan dengan segala cara, ini masih dalam pengkajian,” ujarnya.

Farhan mengimbau masyarakat untuk waspada terkait aplikasi pinjaman online ilegal. Ia juga menekankan pentingnya membaca dan memahami persyaratan pinjaman yang ditawarkan agar tidak langsung mengklik setuju dalam aplikasi tersebut.

Ada beberapa ciri pinjaman online yang patut dicurigai ilegal, di antaranya besaran bunga dan waktu pinjaman tidak jelas, alat peminjaman tidak jelas dan sering berganti nama, alamat kantor tidak jelas, lalu media yang dipakai tidak ada di playstore atau layanan distribusi digital melainkan sebuah link yang disebar melalui SMS.

Selain itu, masyarakat juga harus berhati-hati dengan tawaran proses pemberian pinjaman yang terlalu mudah. “Pemberian pinjaman yang sangat mudah ini yang menjadi seperti jebakan, informasi bunga pinjaman tidak jelas, total pengembalian atau denda tak terbatas,” ujarnya. ang/cr4/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU