Ketidaktahuan Ilmiahnya, Penanganan Covid-19 di Indonesia Serba Salah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 02 Jul 2021 21:16 WIB

Ketidaktahuan Ilmiahnya, Penanganan Covid-19 di Indonesia Serba Salah

i

Siti Fadilah Supari Mantan Menteri Kesehatan

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Saya mempertanyakan penyebab lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia.

Pertanyaan ini karena saya heran sejauh ini vaksinasi sudah berjalan, tapi orang masih terpapar covid-19.

Baca Juga: CEPI dan Bio Farma Berkolaborasi untuk Dorong Percepatan Produksi Vaksin

Padahal sebelumnya, pemerintah telah menyatakan vaksinasi bisa mengurangi gejala jika seseorang terinfeksi Covid-19.

Namun, nyatanya vaksin tidak mencegah seseorang tertular Covid-19.

Padahal sebelum vaksinasi dimulai itu morbiditas (kasus positif) dan mortalitas (kematian) ada berapa? Setelah vaksinasi dimulai sampai kira-kira 10 juta orang divaksin, morbiditas dan mortalitas seperti apa?, lho kok malah meningkat?" Pertanyaannya sanggupkah Sistem Kesehatan Mengatasinya.

Saya nyatakan pemerintah seharusnya tidak menggunakan perkiraan sebagai landasan pengambilan kebijakan dalam penanganan pandemi Covid-19.

karena menurut saya seluruh kebijakan yang diambil harus melalui proses penelitian ilmiah, termasuk soal lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini.

Karena itu, ketidaktahuan pada substansi ilmiah membuat penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia serba salah.

Jangan kira-kira rakyat tidak disiplin, kira-kira pada keluyuran, jangan kira-kira. Kita harus cari betul, kematian sebelum divaksin dan kematian setelah vaksinasi berjalan.

Maka pentingnya penelitian berbasis ilmiah di dalam melawan narasi pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

Saya ingatkan saat menganalisis perbedaan sikap Indonesia dengan China melawan keputusan WHO tentang pandemi flu burung dan COVID-19.

Baca Juga: Siti Fadila Supari dan Panglima TNI, Disuntik Vaksin Immunotheraphy Nusantara oleh Terawan Agus Putranto

Seorang ahli jantung pernah bertanya saya melawan dengan ilmu. Saya melawan substansi

Karena itu saya perlu bercerita Indonesia pernah menolak keputusan WHO terkait terjadinya pandemi flu burung yang episentrumnya di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.

WHO, saat itu, malah sudah membuat isu terjadi penularan flu burung antarmanusia di Indonesia yang diawali dari unggas.

Sebagai alumnus Universitas Gadjah Mada saya kemudian mengecek dan meneliti langsung ke lapangan atas isu dar WHO.

Menurut saya hasil penelitian justru menyatakan tidak ada reseptor yang bisa menghubungkan penyakit flu burung dari unggas ke manusia. Begitu juga tidak adanya reseptor antarmanusia menulari flu burung.

Bahkan ada temuan saintifik, maka mereka (WHO, red) mundur teratur.

Baca Juga: WHO Selidiki COVID Varian 'Eris', Picu Kematian Secara Tiba-Tiba?

Namun, saya tidak melihat perlawanan dari sisi saintifik guna melawan keputusan WHO tentang pandemi COVID-19 di China.

Bahkan saya cermati China tampak tidak berdaya melawan keputusan pandemi, sehingga penularan COVID-19 menjalar ke negara lain hingga Indonesia.

Episentrumnya di Wuhan, China, kendali di mereka (WHO, red), karena WHO diizinkan mengatakan itu pandemic di Wuhan.

Adanya dukungan pemerintah di dunia juga kuat pada saat Indonesia melawan keputusan WHO tentang pandemi flu burung. Di sisi lain, saya tidak melihat negara dunia bersatu melawan penetapan pandemi COVID-19 yang episentrumnya di Wuhan, China.

Bahkan waktu itu dunia berpihak ke kita. Menkes di seluruh dunia, hampir 80 persen ada di belakang Indonesia. (Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, diskusi virtual yang disiarkan Partai Gelora di YouTube, Jumat 2 Juli 2021)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU