Home / Opini : ANALISIS BERITA

Kampus Merdekanya Nadiem, Hanya Retorika

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 28 Jun 2021 22:18 WIB

Kampus Merdekanya Nadiem, Hanya Retorika

i

Ubaid Matraji

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Konflik antara BEM UI dan Rektorat UI membuktikan program kampus merdeka  yang dicanangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim hanya retorika.

Menurut saya seharusnya dengan Kampus Merdeka, Kemendikbudristek turut memastikan kemerdekaan berpendapat mahasiswa di kampus terjaga. Namun, hal tersebut tidak terbukti di lapangan.

Baca Juga: Ditanya Soal Hasil Pilpres, Menkes Ketawain Jokowi

Kalau saya lihat jargon merdeka-merdeka pak menteri masih retorika. Di lapangan masih nol. Seperti yang tadi, kasus yang disebutkan (kasus BEM UI) menunjukkan bahwa kampus enggak mendorong ke arah situ.

Kampus Merdeka, menurut penilaian saya merupakan salah satu program yang menjadi bagian dari Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar merupakan pendekatan pendidikan yang dibuat Nadiem, dimana kegiatan belajar mengedepankan kebebasan bagi peserta didik.

Pada program Kampus Merdeka, Nadiem memberikan sejumlah opsi belajar di luar kampus yang bisa dilakukan mahasiswa. Melalui program itu, mahasiswa bisa melakukan pertukaran pelajar, riset, magang, hingga mengajar di luar kampus hingga dua semester.

Baca Juga: Menkes Tertawa, Jokowi Pilih Ketua Indonesia, Bukan Ketum Golkar

Saya menilai Kemendikbudristek seharusnya tegas memastikan iklim kebebasan akademik dan berpendapat di kampus terjamin melalui Kampus Merdeka.

Sementara pada kasus-kasus penekanan kebebasan berpendapat yang terjadi di kampus selama ini, Ubaid tidak melihat upaya pembelaan terhadap kebebasan mimbar akademik dari pemerintah.

Menurut akal sehat saya, Kampus Merdeka yang dibuat Nadiem hanya terpaku pada metode belajar, sementara tidak memberikan solusi terhadap masalah kebebasan berpendapat di kampus.

Baca Juga: Prabowo, Cek Istana Presiden di IKN yang Akan Dihuni Jokowi, Juli 2024

Seharusnya Kampus Merdeka diletakkan bukan hanya sebagai tool (alat). Tapi bagian dari tujuan yang ingin disampaikan. Karena itu ketika ada pembelengguan terhadap gerakan kritis di level kampus, tidak dianggap menghambat kemerdekaan. Padahal itu kemerdekaan..

Saya menduga  Nadiem salah memposisikan tujuan dan implementasi programnya di lingkup pendidikan tinggi. Ia pun mempertanyakan pemahaman Nadiem terhadap kebijakan yang ia buat. (Ubaid Matraji, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Senin)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU