Hikmah di-PHK, Panen Hidroponiknya Makin Banyak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 21 Feb 2021 21:09 WIB

Hikmah di-PHK, Panen Hidroponiknya Makin Banyak

i

Istri dari Yabes Sihwantjono, petani urban farming, saat memanen sayuran dari instalasi hidroponik yang dibangunnya selama pandemi Covid-19 di rumahnya, di daerah Simorejo, kemarin. SP/mg-arb

 

Melongok Olahan Sumber Pangan Mandiri di daerah Simorejo

Baca Juga: SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Lahan sempit tidak menghalangi kreatifitas untuk berkembang. Terutama dimasa sulit akibat pandemi Covid-19 yang melumpuhkan banyak hal salah satunya dalam sektor pangan. Berbagai hal diupayakan untuk tetap bertahan di tengah pandemi. Salah satunya mengolah sumber pangan secara mandiri atau urban farming di Simorejo Gang XXXV Surabaya, Kelurahan Simorejo, Kecamatan Sukomanunggal.

==

 

Urban farming dengan hidroponik menjadi salah satu solusi mememnuhi kebutuhan pangan di tempat sempit lahan.

Salah satunya, Yabes Sihwantjono dan istrinya, berangkat dari kecintaannya dalam bercocok tanam, ia menjadikan lingkungan sekitar rumahnya menjadi sumber makannya.

Suasana sejuk dengan hijaunya sayuran disuguhkan begitu masuk ke dalam green house yang dikelolah oleh sepasang suami istri ini.

Suara gemercik aliran air di instalasi dan suasana rindang membuat seakan berada di dalam susana pedesaan.

“Pada mulanya belum seperti ini, jadi hidroponik ada setelah kami mengikuti lomba Surabaya Green and Clean pada tahun 2017. Kemudian mengikuti beragam pelatihan untuk belajar cara memelihara hidroponik dengan baik. Menjadi juara dibeberapa lomba seperti di urban farming Surabaya menjadikan motivasi tersendiri,” ujar Yabes, saat ditemui Surabaya Pagi, Jumat (19/2/2021).

Green house milik Yabes ini yang beralamat di Jalan Simorejo XXXV Nomer 14, Sukomanunggal menjadi sumber penghasilannya selama pandemi.

Baca Juga: 13 UMKM Ekspor 3.300 Handicraft ke Kanada

Yabes mengatakan awalnya sebelum pandemi penjualan dari hidroponik dijadikan sebagai penghasilan tambahan. Namun, sejak dirinya dirumahkan dari kantor tempat ia bekerja. Tiada pilihan lain Yabes mulai memfokuskan diri untuk sepenuhnya mengelolah hidroponik sebagai sumber penghasilan utama selama pandemi.

 

PHK Karena Covid-19

“Kemudian pada waktu Desember 2020 saya terkena pemutusan hubungan kerja dari kantor. Menjadi korban PHK akibat Covid ini puji tuhan kami bisa fokus dalam mengurus hidroponik dan justru malah menghasilkan lebih banyak lagi,” ujar Yabes yang ditemani istrinya.

Selepas dirumahkan hingga mengalami pemutusan kerja akibat pandemi membuat tingkat produktivitas panen hidroponik milik Yabes meningkat pesat. Sebelum pandemi ia mengaku bisa memanen hanya sekitar lima hingga sepuluh kilo per satu minggu.

“Kalau saat pandemi ini itu bisa panen sebanyak 16 sampai 20 kilo per minggunya. Itupun kalau kondisi cuaca bagus jadi kita ambil rata-rata, perbedaannya cukup jauh dibanding waktu dulu,” ungkapnya.

Sambil berjalan berkeliling, Yabes menjelaskan ada beragam jenis sayuran yang dihasilkan dari hidroponik diantaranya sawi daging, selada, bayam brazil, pagoda dan kangkung. Bukan hanya hidroponik saja, Yabes juga berternak berbagai jenis ikan seperti patin, lele, dan nila. Masuk ke belakang ada sekitar 15 ayam kampung yang diternakan olehnya. Serta ada beragam tanaman toga yang diolah menjadi produk minuman oleh istrinya.

Baca Juga: OJK Ajak Perempuan Raih Kesejahteraan Finansial

“Jadi untuk sementara ini selama pandemi hasil dari sini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga terlebih dahulu, setelah ada lebihnya baru kita jual untuk memenuhi kebutuhan dari pakan ikan dan ayam. Semuanya lengkap ada sayur, ikan dan telor,” jelas Yabes.

 

Jual di Pasar Modern

Yabes menuturkan penjualan hasil dari green house ini sebagian besar menggunakan online. Akan tetapi selama pandemi ia juga rutin menjual hasil hidroponik di pasar modern daerah Citraland bersama komunitasnya. Menurutnya selisih pemasukan dari penjualan online dan offline ini tidak jauh beda.

“Jadi kalo di pasar terjual banyak setiap hari tetapi usahanya ngoyo banget. Sedangkan dengan online memang tidak setiap hari terjual tetapi sekali pesan bisa sampai berpuluh-puluh kilo, Jadi kalau mau beli mungkin bisa datang juga ke green house sini,” ungkapnya.

Menurutnya urban farming khususnya dengan metode hidroponik ini cukup tepat dilakukan masyarakat Surabaya yang notabenenya tidak memiliki lahan luas. Selain itu juga dengan hidroponik masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangan mandiri apalai dimasa sulit seperti ini.

“Sebenarnya orang bisa memulai dengan peralatan sederhana seperti baskom, bak dan stereofoam untuk menanam hidroponik. Akan tetapi juga harus di iringi dengan niat dan usaha juga tidak bisa setengah-setengah,” pungkas Yabes. mg-arb/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU