Digeruduk Taretan-Taretan, Eri Berlindung ke Gubernur

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 21 Jun 2021 21:59 WIB

Digeruduk Taretan-Taretan, Eri Berlindung ke Gubernur

i

Ribuan warga Madura menuntut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk membubarkan tes swab antigen di pintu masuk Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu), di depan Balai Kota Surabaya, Senin (21/6/2021). SP/Angga/Arlana

Usai Pertemuan, Massa Tetap tak Puas dengan Jawaban Wali Kota Eri Cahyadi. Mereka Bergeming akan Bongkar Posko Penyekatan di Suramadu

 

Baca Juga: MK tak Utak-atik Keabsahan Gibran, Nitizen Koar-koar

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya-  Kantor Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Senin (21/6/2021) digeruduk taretan-taretan (saudara-saudara, red) yang menamakan dirinya Koalisi Masyarakat Madura Bersatu. Kerumunan sejak Senin siang, menyebabkan suasana balai kota tegang. ini karena koalisi yang mengklaim berjumlah sekitar empat ribu orang ingin menemui Wali Kota Eri. Massa datang berbondong-bondong ada yang bermasker dan tidak datang ke kantor Wali Kota Surabaya untuk menyikapi dan menolak kebijakan penyekatan serta pemberlakuan tes swab antigen bagi semua pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu. Suasana aksi berlangsung tegang. Alhamdulillah tanpa ada kekerasan.

Demo Senin (21/6/2021) kemarin disikapi pembuatan kawat berduri di Balai kota. Selain itu, ada kendaraan taktis (rantis), kendaraan water cannon, satu tim anjing K9 yang turut disiapkan di area demonstrasi. Petugas yang mengamankan aksi demo diperkirakan berjumlah 650 orang dari TNI-Polri dan Satpol PP.

Sampai Senin sore, akses masuk Balai Kota telah ditutup. Sedangkan Jalan Sedap Malam, Ditutup.

Bahkan, Danrem 084 Bhaskara Jaya, Brigadir Jenderal TNI Herman Hidayat Eko Atmojo dan Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Jhonny Edison Isir, ikut turun lapangan memantau gerudukan taretan-taretan dari Koalisi Masyarakat Madura Bersatu. Akhirnya suasana bisa diredam. Koalisi mengirim utusannya ketemui Eri Cahyadi.

 

Kebijakan Eri Memberatkan

Koordinator Aksi Ahmad Annur menjelaskan bahwa mereka menuntut penyekatan dihentikan. Ia menilai kebijakan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk menyekat jembatan Suramadu memberatkan warga madura.

"Eri cahyadi hanya ingin melindungi warga Surabaya tanpa melihat dampak yang dirasakan oleh warga Madura. Utamanya sektor ekonomi," kata Ahmad berapi-api.

Untuk menekan peredaran Covid-19, penerapan 3T (Tracing, Testing, Treatment) memang sangat perlu. Namun, aksi meminta kebijakan tracing juga memperhatikan beberapa hal.

Di antaranya, strategi tracing dan metodenya. Sehingga, aksi meminta pemerintah kota Surabaya untuk mengubah strategi tracing yang di lakukan di Suramadu.

"Hentikan tes swab antigen di Suramadu, dan alihkan tes swab antigen ke tempat-tempat kerumunan di Surabaya yang sangat berpotensi adanya penyebaran covid 19," katanya.

Massa aksi berkumpul di Balai Kota Surabaya sejak pukul 12.00 WIB. Diantara mereka ada yang tanpa menggunakan masker. Mereka meminta Eri Cahyadi untuk keluar dan menemui mereka. ”Kita dibenturkan. Eri Cahyadi membuat kondisi perekonomian Madura lebih hancur dan tidak berjalan!” ucap orator di atas mobil komando.

"Silahkan lakukan tes swab bagi orang yang mau masuk kantor di Surabaya, tempat karaoke, atau tempat hiburan malam di Surabaya," katanya.

Mereka mengklaim di tempat-tempat ini tidak ada tracing. "Padahal, di sini justru sangat berpotensi terjadinya penularan di tempat tersebut," katanya.

Dalam catatan harian kita, pemeriksaan rapid antigen di Suramadu diterapkan kepada semua pengendara dari Bangkalan menuju Surabaya sejak Minggu (6/6/2021).

Kemudian, penyekatan juga diberikan kepada warga dari Surabaya menuju Bangkalan sejak Kamis (17/6/2021).

 

Tolak Tes Antigen

Sementara Faisol Dear, Koordinator aksi lainnya menambahkan, mereka menolak atas diberlakukannya tes antigen di sisi Madura. Praktik ini dianggap  Pemda Surabaya mewaspadai seluruh warga Madura. Atas nama koalisi, Faisol meminta agar memindahkan blokade yang asalnya di Suramadu ke zona merah saja. Khususnya di wilayah Bangkalan, sesuai kaidah PPKM yaitu lockdown mikro bukan kaidah PSBB.

"Kami meminta Satgas Covid-19 Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya agar melibatkan tim kesehatan dari Madura dan Tokoh Masyarakat Madura untuk mengedukasi tes antigen," kata Faisol Dear.

Pria yang dijuluki aktivis kondang di Pamekasan itu meminta Pemprov Jatim hati-hati dalam mengambil langkah penanganan berkaitan dengan Covid-19.

Saran Faisol, jangan sampai menimbulkan konflik dan masalah baru bagi warga Madura. Tak hanya itu, Koalisi Masyarakat Madura Bersatu juga mendesak Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim segera mengevaluasi kebijakan swab antigen di sisi Suramadu.

"Mari Pemprov Jatim cepat dalam penanganan Covid-19, terutama di Bangkalan. Bila banyak penderita Covid-19 di atas rata-rata di wilayah Bangkalan, langsung ditangani tanpa mematikan ekonomi dan bisnis di seputarnya," saran dia.

Baca Juga: Manfaatkan Aset, Pemkot Surabaya Bangun 8 Lokasi Wisata Rakyat 

 

Jalankan Arahan Gubernur

Menanggapi aksi yang dilakukan oleh masyarakat Madura , Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan pihaknya tidak mempermasalahkan, melainkan harus menjelaskan kepada warga Madura tentang bahaya COVID-19.

Menurut Eri, Pemkot Surabaya hanya sebatas menjalankan tes cepat antigen dan tes usap atas permintaan dari Pemkab Bangkalan. "Harus sabar kan ibadah, karena pemimpin itu harus amanah," ujarnya kepada wartawan di Surabaya.

Eri menjelaskan pihaknya hanya menjalankan arahan dari Gubernur Jatim untuk memutus penyebaran Covid-19 sesuai dengan Surat Sekda Provinsi Nomor: 188/12898/013.1/2021 tentang Penugasan Pencegahan Penyebaran dan Penanganan COVID-19 yang dikeluarkan tanggal 17 Juni 2021.

"Ini kan di bawah arahan gubernur, saya ikut saja. Beliau yang menentukan, saya hanya menjalankan arahan untuk memutus penyebaran COVID-19 sesuai dengan surat gubernur," katanya.

 

Eri Berdiri Didampingi Danrem

Ratusan warga Madura itu berangkat dari Madura sejak pagi. Ada yang naik truk dan banyak yang hanya mengendarai sepeda motor. Selain  mobil bak terbuka, rombongan peserta aksi melintas di Jembatan Suramadu. Mereka juga lolos dari tes Swab dan beberapa dari massa aksi terlihat tidak memakai masker.

"Semuanya harus tertib, jangan sampai terpancing. Kita satu suara untuk menolak adanya tes antigen," teriak salah seorang warga dari atas mobil bak terbuka.

Ratusan warga Madura ini siangnya bisa berunjukrasa dan mengepung area Balai Kota Surabaya.

Baca Juga: Dewan Minta Pemkot Surabaya Serius Tangani Pengelolaan Sampah TPA Benowo 

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang menemui ratusan warga asal Madura mengajak mereka untuk bersalawat. Didampingi Danrem 084/Bhaskara Jaya, Brigjen TNI Herman Hidayat Eko Atmojo, dan Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Jhonny Edison Isir, Eri berdiri di hadapan massa demonstran, yang terpisah pagar Balai Kota Surabaya.

 

Kakek dan Mertua Warga Madura

“Sederek-sederek (saudara-saudara), ngapunten (mohon maaf), saya bingung kalau ditanya apakah saya mendiskriminasi warga Madura, padahal mertua saya, kakek saya itu Madura, saudara saya juga Madura,” ujar Eri.

Dalam kesempatan tersebut Eri lantas menjelaskan jika penyekatan dan swab antigen di Suramadu bukanlah kebijakannya, melainkan keputusan Forkopimda Jatim.

”Saya hanya menjalankan perintah Gubernur dan Forkopimda Jawa timur. Surabaya ini hanya diperbantukan untuk mengurangi dan mengatasi peningkatan COVID-19 di Bangkalan,” ungkap Eri.

Eri menegaskan, terkait permintaan demonstran yang ingin penyekatan dan swab antigen di Suramadu dihentikan, belum bisa mengabulkannya. “Keputusan ini akan dibicarakan terlebih dahulu dengan Bu Gubernur Jatim. Saya  akan menemui dan mendiskusikan ini bersama Forkopimda Jatim. Insyaallah akan saya sampaikan aspirasi njenengan (Anda) ini hari ini juga,” terang Eri.

 

Massa Tetap tak Puas

Dalam pertemuan itu, Eri menawarkan jalan tengah, yakni warga yang hendak melintas Suramadu membawa surat izin keluar masuk (SIKM) yang berlaku satu minggu. Kalau jalan tengah ini disepakati, swab antigen di Suramadu bisa ditiadakan. “Nanti saya sampaikan ke Gubernur Jawa Timur,” ujar Eri.

Meski demikian, massa aksi tetap tidak puas dengan jawaban Eri Cahyadi. Mereka bergeming dengan tuntutannya bahwa posko penyekatan Suramadu harus dibongkar saat ini juga.

 Massa mengancam akan membongkar sendiri posko tersebut bila tuntutan mereka tidak digubris. “Tuntutan kami hanya satu, angkat itu semua fasilitas swab antigen di Suramadu,” pinta Ahmad Annur. n alq/ang/sem/byb/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU