Bosan Merantau, Sukses Bisnis Kerupuk Singkong

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 22 Jul 2021 08:59 WIB

Bosan Merantau, Sukses Bisnis Kerupuk Singkong

i

Muhammad Ishak Abdul Aziz. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Muhammad Ishak Abdul Aziz adalah seorang pengusaha Kerupuk singkong “Ewong” yang ia kembangkan dan inovasi hingga mampu menembus pasar regional.  Penjualannya mampu menjangkau di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. 

Bisnis itu bermula saat Ia merasa bosan karena terus merantau dengan hasil yang masih dibilang kurang. Karena menurutnya bertahan di desa tanpa pekerjaan jelas, sama halnya merawat kemiskinan.

Baca Juga: KPU Kota Surabaya Mulai Seleksi Calon Anggota PPK dan PPS Pilkada 2024

Lalu, Ishak melihat potensi panen singkong yang melimpah di desanya. Sementara harga singkong selalu jatuh setiap kali panen raya. Ia berinisiatif mengolahnya untuk meningkatkan nilai jual produk itu.

Bahan baku untuk membuat kerupuk tersebut memang berasal dari singkong (ketela). Namun karena cara mengolah dan memasaknya diberi bumbu khusus, maka citarasa kentang akan muncul. “Makanya kerupuk kami dikenal dengan istilah kerupuk singkong rasa kentang,” ujarnya.

Mengenai pemasaran, Ishak mengaku tidak mengalami hambatan. Pasalnya para pembelinya langsung datang ke rumahnya dengan memesannya, sehingga Ishak tinggal mengirim ke alamat para distributor. Respon pasar terhadap kerupuk mentahnya ternyata bagus. Kerupuknya diakui enak dan renyah.

Baca Juga: KPU Surabaya Paparkan Seleksi Calon Panitia Pemilihan Gubernur dan Walikota Tahun 2024

Berkat kegigihan Ishak, usahanya terus berkembang seiring dengan naiknya permintaan. Karena itu, Ishak bisa merekrut banyak pemuda dan ibu rumah tangga di desanya untuk bekerja di pabriknya.

Dari 10 kilogram perhari di awal merintis usaha, kini ia rata-rata memproduksi 1,5 ton singkong pertiga hari. Kerupuk Ewong dikirim ke berbagai daerah hingga Bandung dan Jakarta. Ia bisa menjual 10 ribu bungkus krupuk singkong mentah perbulan dengan harga perbungkus Rp 4500. Pengusaha sukses yang satu ini mampu meraih omzet hingga Rp 45 juta per bulan.

Baca Juga: Gibran Absen di Otoda 2024 Surabaya, Mendagri Tito Bocorkan Alasannya

Ishak kini bukan hanya berhasil mandiri di desa tanpa merantau, namun juga membuat warga lain yang bekerja padanya tak lagi tertarik merantau ke kota.

Ishak berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga desa, bahkan yang tenaganya sudah tak laku di luar. Dari puluhan orang yang bekerja dengannya, beberapa di antaranya adalah wanita lanjut usia (lansia). Dsy3

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU