Analisa Profesor Oxford dan Dokter di Surabaya, Covid 19 Cuma Flu Biasa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 24 Sep 2021 20:37 WIB

Analisa Profesor Oxford dan Dokter di Surabaya, Covid 19 Cuma Flu Biasa

i

Ilustrasi karikatur

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Lebih dari 1,5 tahun, virus Covid-19 menginvasi Indonesia. Bahkan di negara lain seperti Cina, Inggris dan Amerika, tersisa beberapa bulan saja untuk perayaan 2 tahun covid-19.

Alih-alih berupaya menghilangkan virus dengan vaksinasi, Profesor kedokteran Universitas Oxford, Sir John Bell justru sebaliknya. Dalam wawancaranya di Times Radio Inggris, Jhon Bell menyampaikan, covid-19 pada akhirnya akan menjadi seperti flu biasa. Prediksi, perubahan tersebut akan terjadi pada musim semi tahun depan atau sekitar bulan Maret hingga Mei 2022.

Baca Juga: Buah Pepaya, Alternatif Segala Obat Dikala Musim Flu dan Demam Melanda

Bukan tanpa sebab, Bell yakin covid-19 akan menjadi flu biasa karena saat ini jutaan orang telah memiliki kekebalan terhadap virus. Kekebalan tersebut terjadi baik karena vaksinasi ataupun akibat terpapar virus covid-19.

Pernyataan Bell pun mendapat perhatian dari Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP) Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) dr. Christrijogo Soemartono Waloejo dr., Sp.An., KAR. Menurut dr. Christri, perubahan menjadi flu biasa telah menjadi perbincangan di berbagai negara. Bahkan, kementrian kesehatan Singapura pun telah yakin bahwa pada akhirnya covid-19 akan menjadi flu biasa.

"Ya iya kan seperti yang dikatakan PM Singapore, mas. Bahwa covid akan jadi endimic seperti flu biasa," kata dr. Christri kepada Surabaya Pagi, Jumat (24/09/2021).

Celakanya dalam pandangan dr. Christri, bila virus covid-19 tidak hilangkan atau dikendalikan dengan baik, akan sangat berbahaya. Mengingat, virus covid-19 terus bermutasi dan vaksin yang tersedia lambat laun tidak mampu menahan serangan varian baru covid-19.

"Kalau tidak hilang justru berbahaya, bisa menjadi senjata biologis mas," katanya.

"Karena itu mas para pakar, ilmuwan virus dan kuman bahteri harus dikendalikan negara atau pemerintah sebagai badan strategies "biotech" yang saat ini sangat ditakuti oleh negara-negara besar seperti Amerika," tambahnya.

Bila ahli dan pakar virus tidak dikendalikan oleh pemerintah dengan membentuk badan stategies biotechnology, maka yang dikhawatirkan dr. Cristri adalah para ahli akan menjual kuman-kuman ke negara-negara maju. Dan yang fatal adalah virus tersebut dijadikan senjata biologis untuk memusnahkan manusia.

Baca Juga: CEPI dan Bio Farma Berkolaborasi untuk Dorong Percepatan Produksi Vaksin

"Ini mungkin kekhawatiran yang kecil kemungkinan untuk terjadi. Tapi kita juga perlu waspada," ucapnya

Terlepas dari hal tersebut, ia menjelaskan, saat ini untuk menghilangkan virus covid-19 sangat sulit. Sehingga yang perlu dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah mempersiapkan ketangguhan masyarakat. Tangguh artinya masyarakat sadar secara individual maupun kelompok (komunitas), selalu menjaga dan peduli akan dirinya secara individual ataupun teman-temannya secara komunitas. Tujuannya agar tetap saling mengingatkan untuk taat pada protokol kesehatan sekaligus membantu manakala ada yang terpapar.

"Ketangguhan masyarakat artinya resilence, masyarakat harus sehat dan sadar akan tubuhnya sendiri untuk mengerti apa itu sakit (keseimbangan sehat-sakit). Dan ini termasuk upaya promosi, preventif ,sebelum terjadinya sakit, jadi bukan kuratip dan rehabilitation karena biayanya mahal," ucapnya.

Senada, Profesor Dame Sarah Gilbert, peneliti yang mengembangkan AstraZeneca, mengatakan kepada webinar Royal Society of Medicine bahwa virus akan melemah seiring waktu dan "akhirnya" menjadi seperti yang lain.

“Kita sudah hidup dengan empat virus corona manusia yang berbeda yang tidak pernah kita pikirkan terlalu banyak dan akhirnya Sars-CoV-2 akan menjadi salah satunya,” katanya.

Baca Juga: WHO Selidiki COVID Varian 'Eris', Picu Kematian Secara Tiba-Tiba?

"Ini hanya pertanyaan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana dan langkah-langkah apa yang harus kita ambil untuk mengelolanya sementara itu."

Sarah juga mengungkapkan bahwa dia sedang berjuang untuk mendapatkan dana untuk membantu mencegah pandemi di masa depan.

Dia mengatakan kepada hadirin pada hari Rabu bahwa dia "menunggu" dana untuk mencari vaksin untuk penyakit menular lainnya.

Penelitian itu harus dilakukan untuk mempersiapkan pandemi di masa depan. Dia memperingatkan, dengan menambahkan sejumlah kecil investasi sekarang berpotensi menghemat miliaran pound dalam jangka panjang. sem/rl/un

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU