Warga Tionghoa Sulit Dikalahkan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 30 Jan 2020 22:56 WIB

Warga Tionghoa  Sulit Dikalahkan

Di Surabaya, Pengusaha Keturunan Tionghoa Kuasai Bisnis Properti dan Manufaktur. Etos Kerjanya yang Bekerja hingga Malam jadi Motivasi Pengusaha Lokal SURABAYA PAGI, Surabaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memuji etos kerja tinggi warga keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi pembicaraan di kalangan pengusaha dan akademisi di Surabaya. Pujian secara terbuka itu diungkapkan saat Jokowi menghadiri perayaan Imlek Nasional tahun 2020 di Indonesia Convention Exhibition Serpong, Tangerang, Kamis (30/1/2020) kemarin. Pujian yang menyebut warga keturunan Tionghoa jago urusan niaga seperti properti dan manufaktur, serta sanggup bekerja hingga larut malam, dinilai menggelitik. Meski hal itu membuat pengusaha lokal kesal, namun faktanya tak bisa ditolak. Seperti bisnis properti dan manufaktur di Surabaya, dikuasai pengusaha keturanan Tionghoa. Kenyataan ini diharapkan menjadi motivasi pengusaha lokal untuk menjadi lebih baik. ---- Satria Wicaksono, Ketua Bidang II Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim, mengatakan pujian Presiden Jokowi tersebut menggelitik dan membuatnya sebagai pengusaha lokal merasa kesal. Namun, ia tak menampik bahwa pujian itu adalah nyata. Sebab, faktanya pengusaha keturunan Tionghoa memiliki etos kerja di atas rata-rata. Karena itulah, ia berharap pengusaha lokal termotivasi oleh etos kerja warga keturnanan Tionghoa untuk menjadi lebih baik. "Satu sisi kesal, tapi itu kenyataannya seperti itu. Pengusaha lokal harus memiliki keunggulan tersendiri untuk mencapai kesuksesan berbisnis," ungkap Satria Wicaksono kepadaSurabaya Pagi, Kamis (30/1) kemarin. Menurut Satria, pengusaha keturunan Tionghoa lebih cenderung fokus dan disiplin dalam menggeluti usahanya. Ia juga menilai, pengusaha Tionghoa di Surabaya telah menjadi motor penggerak ekonomi di Surabaya hingga internasional. "Saya tidak bebicarat suku dan ras. Tapi mau nggak mau, pengusaha lokal harus mengejar ketinggalan tersebut agar lebih maju lagi," tambah Satria. Disiplin dan Sederhana Meski demikian, ia menilai cara kerja pengusaha keturunan Tionghoa dan lokal memiliki perbedaan. Pengusaha Tionghoa selain memiliki kedisiplinan tinggi, juga memiliki gaya hidup sederhana. "Menurut saya kedisiplinan pengusaha Tionghoa lebih kuat dari pada pengusaha lokal. Terlebih, pengusaha lokal, lebih mudah puas jika memiliki kesuksesan sementara. Saya ambil contoh, teman saya pengusaha Tionghoa di HIPMI, meksi rekening korannya berisi sangat banyak, dia masih pakai mobil biasa. Itu lah yang harus dicontoh," papar Satria. Sulit Dikalahkan Sebelumnya, Presiden Jokowi memuji etos kerja tinggi warga keturunan Tionghoa di Indonesia. Jokowi menyebut warga Tionghoa handal dalam urusan bisnis. "Memang di tengah ekonomi dunia yang sulit, saya lihat banyak bisnis dari bapak ibu sekalian tetap tumbuh dengan baik. Memang tidak mudah mengalahkan urusan bisnis ini mengalahkan warga keturunan Tionghoa. Memang sulit. Ini memang harus diakui," ucapnya dalam acara Perayaan Imlek Nasional di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/1/2020). Jokowi melanjutkan warga keturunan Tionghoa ahlidalam urusan niaga, seperti properti, manufaktur, dan lain sebagainya. Ia juga menilai warga keturunan Tionghoa sanggup bekerja hingga larut malam. "Rata-rata memang jago di dagang, jago di bisnis baik di industri manufaktur, jasa dan lain-lainnya. Karena memang kita harus mengakui keturunan Tionghoa dalam bekerja keras itu bisa kita lihat. Kalau sudah bekerja keras, pagi sampai tengah malam itu dijalani. Jadi kalau sukses kita maklum," papar Jokowi. Di tahun tikus logam, Jokowi berpesan kepada peserta untuk selalu bekerja keras. Apalagi kondisi ekonomi global tengah tidak pasti. "Sebab, jika kita bekerja biasa-biasa saja, akan berbahaya bagi ekonomi kita. Sebab, ekonomi dunia sedang pada posisi yang memang menurun dan pada posisi yang tidak pasti," pungkas Jokowi. Faktor Network Menanggapi hal itu, Ketua Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara, Dr Ir Jamhadi mengatakan pernyataan yang dikeluarkan Kepala Negara itu harus ditanggapi sebagai motivasi untuk meningkatan cara kerja para pengusaha lokal. "Kalau saya setuju saja, hal itu bisa dibuat motivasi kita para pangusaha lokal atah bukan keturunan tionghoa menjadi lebih baik saja," kata Jamhadi yang dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin. Namun, ia keberatan jika dari pernyataan Presiden itu lantas muncul asumsi warga yang bukan keturunan Tionghoa tidak memiliki etos kerja. "Saya adalah yang termasuk keberatan, jika kita (pengusaha lokal, red) dimaksud tidak memiliki etos kerja tinggi. Sebab meski pengusaha keturunan Tionghoa yang sukses sekalipun, tanpa adanya dukungan pengusaha lainnya, juga tidak akan bisa sukses," papar mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya ini. Ia manambahkan kesuksesan pengusaha bukan dinilai dari keturunan, suku dan ras. Sebab, para pengusaha meski dari keturuanan Tionghoa sekalipun, pasti pernah memgalami jungkir balik jadi seorang pengusaha. "Pada intinya, menjadi pengusaha harus ada dukungan dari para pengusaha lainnya. Dukungan tersebut adalah faktor utama suksesnya sebuah perusahaan selain dari pada disiplin. Terlebih lagi usaha dalam bidang yang sama. Soalnya banyak pengusaha lokal yang ikut-ikutan membuka usaha ketika usaha tersebut sukses," papar Jamhadi. Sifat Warga Tionghoa Sementara itu, skonom Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Tjiptohadi Sawarjuwono mengungkapkan, sifat warga keturunan Tionghoa yang ulet dan pekerja keras adalah karakter yang telah diturunkan secara turun-temurun dari leluhur mereka. "Kalau sekarang, sejak kecil anak-anak mereka sudah diajari berdagang. Jadi, tidak ada mental pegawai," cetus Prof Tjip kepadaSurabaya Pagi, Kamis (30/1). "Punya uang sedikit, yo pokoke dodolan." Pada zaman dahulu, sambung Prof Tjip, orang Tionghoa menyandarkan hidupnya pada bidang pertanian. Oleh sebab itu, orang-orang Tionghoa harus bekerja keras menanam supaya bisa makan. Sifat tersebut lantas terus diturunkan meski pada zaman modern ini telah terjadi perubahan mata pencaharian utama, yaitu lebih kepada produksi, manufaktur dan industri. Di samping itu, karakter yang membentuk pribadi-pribadi Tionghoa tersebut sejatinya juga ditempa dari sejarah panjang Tiongkok yang mengalami berbagai peristiwa yang menyakitkan, seperti peperangan dan kelaparan. "Sejarah tersebut membuat mereka terbentuk menjadi pribadi-pribadi yang berjiwa kuat dan terus bekerja keras. Mereka pun menerapkan sifat tersebut ke anak cucu dengan mendidiknya sejak dini untuk menjadi orang yang memiliki mental pekerja keras," papar Prof Tjip. Bidang Kemanusiaan Hanya saja, lanjut Prof Tjip, kiprah sosial orang-orang Tionghoa ini hampir tak terdengar gaungnya. Walau bergelimang harta, sepak terjang kalangan Tionghoa dalam bidang kemanusiaan dan lingkungan juga jauh dari hingar bingar publikasi. Kemudian, ia juga berpesan kepada para peserta yang hadir untuk selalu bekerja keras di tengah kondisi ekonomi global tengah tidak pasti. "Sebab jika kita bekerja biasa-biasa saja akan berbahaya bagi ekonomi kita. Sebab ekonomi dunia sedang pada posisi yang memang menurun dan pada posisi yang tidak pasti," pungkas Prof Tjipto.n jem/rga/jak

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU