Home / Pilpres 2019 : Surat Terbuka untuk Capres Jokowi-Prabowo, Peserta

Walikota Risma, Kader PDIP Pro-Pengusaha, Bisa Benar atau Ada Benarnya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 10 Des 2018 22:18 WIB

Walikota Risma, Kader PDIP Pro-Pengusaha, Bisa Benar atau Ada Benarnya

Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Anda Insha Alloh mengenal Walikota Surabaya, Ir. Tri Rismaharini. Wanita berhijab yang kini mendaftarkan diri anggota PDIP, baru saja menerima Award kota terpopuler secara online di ajang Guangzhou International Award 2018. Keterpilihan Surabaya menjadi Kota Terpopuler berdasarkan voting online dalam Guangzhou International Award 2018. Ini mengingatkan saya seperti kompetisi Indonesian Idol Junior 2018 di RCTI. Bahkan Golden Disc Awards (GDA) 2018 yang pernah digelar di Korea Selatan, Januari lalu sudah tidak lagi membuka voting online untuk memilih pemenang ajang mereka. Lalu apa manfaat jadi kota populer? Apa Risma bisa mendatangkan investor tingkat dunia? Atau menarik wisatawan asing? Sampai kemarin, tidak ada penjelasan resmi dari Risma. Saya bertanya Kota Surabaya terpilih sebagai kota terpopuler dari aspek apa saja?. Apa kemasyhuran, kenamaan dan keterkenalan kota Surabaya disebabkan respon masyarakat mengirim Pesan singkat, WhatsApp dan instagram saja? Bila benar, Award ini bukan karena prestasi walikota Risma. Tapi simpati pada kota Surabaya yang termashur sejak 10 November 1945 dengan nilai kepahlawanannya, bukan kinerja Risma membangun kota Surabaya. Apalagi, sebagian publik tahu bahwa Surabaya menyabet kategori Online Popular City setelah meraup sekitar 1,5 juta dukungan secara online dalam City of Your Choice. Menariknya, sebelum pengumuman, Tri Rismaharini sempat jadi viral di media sosial, lantaran untuk pertama kalinya ia membuat video blog. "Ayo teman-teman Surabaya bantu kota Surabaya dengan cara vote kota Surabaya. Memilih surabaya boleh satu akun bisa berkali-kali, tiap satu jam. mohon dibantu ya, juga dibantu doa supaya aku bisa prestasi dengan baik karena menghadapi 400 juri nggak gampang," isi video Risma di akun @aslisuroboyo. Perilaku seperti yang dilakukan Walikota Risma, tak ubahnya dia berada dalam pusaran kompetisi idol di beberapa TV swasta. Makanya sampai Senin semalam (10/12/2018) belum satupun pejabat pemerintahan yang mengucapkan selamat kepada Risma. Termasuk Anda Capres Jokowi, Mendagri Tjahyo Kumolo dan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo. Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo. Mantan Ketua DPRD Surabaya, Mahmud dari Fraksi Partai Demokrat terus mengkritisi Risma, yang diusung oleh PDIP. Ditingkat pusat hubungan Ketum Partai Demokrat SBY, selalu kritis terhadap policy Ketum PDIP, Megawati. Juga sabaliknya. Saya bisa mengerti bila Mahmud, wakil rakyat dari Partai Demokrat mengambil posisi oposisi terhadap berbagai kebijakan, keputusan dan kegiatan Pemkot Surabaya, yang dipimpin oleh Risma. Termasuk kinerjanya. Mahmud menilai selama 8 tahun memimpin Surabaya, Risma membuat policy pembangunan yang tidak merata. Hal ini akan membuat kecemburuan sosial bagi warga Surabaya. Kader Partai Demokrat yang dulu seorang wartawan mencontohkan pembangunan jalan buntu di Manukan. Selama ini, kata Mahmud, dirinya sudah berusaha mengajak agar Pemkot Surabaya membangun jalan tersebut tembus ke jalan lainnya. Pertimbangannya, bila jalan itu tembus, bisa menaikan perekonomian warga sekitar. Mengingat banyak pengendara yang lewat disana. Ironisnya, sudah bertahun-tahun murid SBY dan Pak De Karwo, berusaha meyakinkan Pemkot Surabaya, tapi tak di respon. Malah jalan yang dari Galaxi Mall menuju Juanda (MERR/JLLT, red) yang terus diperhatikan. Ini kan tidak adil. Bahkan Walikota malah membangun Jalur Lingkar Luar Timur (JLLT). Jalur ini menghubungkan kawasan Suramadu, Kenjeran hingga Gunung Anyar (Surabaya Timur). Demikian pula pembangunan Jalur Lingar Luar Barat (JLLB) yang membentang di Surabaya Barat, mulai dari Romokalisari, Pakal, Sememi, hingga Lakarsantri. Menurut Mahmud, pembangunan jalan tersebut lebih menguntungkan pengusaha dan pengembang. Mahmud, mengkritik Walikota Tri Rismaharini sampai kini terus melakukan pembangunan terpusat di tengah kota. Ironisnya, belum sampai ke daerah pinggiran. Padahal, kekuatan APBD Kota Surabaya cukup besar. Misalnya, untuk Tahun anggaran 2019, APBD Surabaya mengalami kenaikan dari tahun 2018 senilai Rp9,3 triliun menjadi Rp9,5 triliun. Apalagi dana APBD ini bukan dari orang tengah kota saja. Semua orang pinggiran juga memiliki hak sama. Kalau di kota habis-habisan membangun, pinggiran ketinggalan, buat apa?" ungkap Mahmud. Akal sehat saya mengatakan, pendapat Mahmud, ini pasti ada dasar dan pertimbangannya. Makanya, akal saya sehat menilai pernyataan Mahmud ini bisa benar atau ada benarnya. Apalagi bila dikaitkan dengan perang dingin antara Walikota Surabaya dengan pemerintah pusat, tentang pembangunan tol tengah kota, tahun 2014, empat tahun lalu. Saat itu, Risma, sebagai walikota Surabaya menentang habis-habisan. Antara lain sampai hadir ratusan warga yang mengaku masyarakat Surabaya, mendukung keputusan Risma, tak ijinkan proyek tol tengah dibangun di Surabaya. Akhirnya, Pemkot Surabaya membangun jalan lingkar Surabaya. Selain Risma janji tahun itu mengonsep pembangunan monorel dari barat ke timur dan trem dari utara ke selatan. "Yang jelas, untuk arus barang yang dari Tanjung Perak atau Jembatan Suramadu bisa lewat jalur di timur dan barat yang kita bangun. Sedangkan, orangnya bisa ditampung dengan trem dan monorel yang melewati pusatkota," kata Risma melalui Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser, Kamis (1/5/2014). Menurut Risma, proyek tol tengah digagas untuk memudahkan arus transportasi dari daerah luar Surabaya menuju pelabuhan Tanjung Perak ataupun menuju ke Jembatan Suramadu. Dengan demikian, tol tengah Kota diharapkan dapat mengatasi kemacetan. Makanya pada tahun 2014, Wali Kota Risma, mengeluarkan jurus menolak pembangunan jalan tol tengah di Kota Surabaya. Padahal jalan tol itu diprediksi mengatasi kemacetan kota. Dan Risma malah memilih menata jalur transpotasi umum sekaligus membenahi transportasi publik, salah satunya dengan membangun monorel dan trem. Tapi sampai awal Desember 2018, rencana-rencana Risma membangun monorel dan trem, tak ada wujudnya. Maka tudingan dari wakil rakyat DPRD Surabaya dan janji membuat program monorel dan trem, yang tak ada realisasinya, apakah pantas Risma, dianggap sosok Walikota yang pro terhadap warga kota terutama rakyat miskin yang tidak tinggal di kawasan perumahan elite kawasan Timur dan Barat?. Benarkah Risma, walikota untuk orang miskin, dan orang yang susah atau walikota yang lebih peduli terhadap orang kaya, pengusaha dan pengembang? Apa saja kebijakan-kebijakan Risma yang membela kepentingan orang miskin warga kota Surabaya?. Apa saja program Walikota Risma yang memajukan perekonomian kaum miskin di kota Surabaya?. Sampai kini saya belum memperoleh data yang menyebutkan bahwa Walikota Risma menyejahterakan rakyat miskin Kota Surabaya?. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU