Virus Corona Asumsikan Jatuhnya Ekonomi Dunia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 20 Mar 2020 11:38 WIB

Virus Corona Asumsikan Jatuhnya Ekonomi Dunia

SURABAYAPAGI.com, SURABAYA - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan beberapa asumsi yang bakal berdampak pada perekonomian dunia akibat virus corona. Lembaga tersebut membaginya dalam skenario terbaik, sedang, dan terburuk. Kerugian yang dirasakan setara dengan kehilangan 0,1% hingga 0,4% PDB dunia. Dilansir dari databoks, dalam skenario terbaik, kerugian ekonomi dunia sebesar US$ 76,7 miliar atau Rp 1.230 triliun dalam kurs Rp 15.900/USD. Dunia sama dengan kehilangan 0,1% Produk Domestik Bruto (PDB) global. Untuk skenario sedang, dunia bakal merugi US$ 155,9 miliar yang setara dengan Rp 2.480 triliun. Angka itu sepadan dengan kehilangan 0,2% PDB global. Skenario terburuk, dunia kehilangan US$ 347 miliar atau Rp 5.517 triliun sama dengan 0,4% PDB global. Skenario-skenario kerugian ini akan paling menekan sektor pariwisata, dengan dilatarbelakangi menurunnya turis mancanegara. Apalagi banyak negara berkembang di Asia bergantung pada sektor tersebut. Selain itu, negara dengan hubungan perdagangan dan produksi yang kuat dengan Tiongkok juga akan merasakan imbasnya. Tiongkok mengalami kerugian paling besar yakni mencapai US$ 44 miliar, lalu negara berkembang Asia lainnya sebesar US$ 16 miliar, dan negara lainnya US$ 17 miliar. Pada skenario moderat, kerugian ekonomi diperkirakan mencapai US$ 156 miliar dan memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2%. Ekonomi Tiongkok akan kehilangan US$ 102 miliar, negara berkembang Asia lainnya US$ 22 milir, dan sisanya US$ 31 miliar. Sementara pada skenario terburuk, kerugian ekonomi dapat mencapai US$ 347 miliar dan memangkas pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 0,4%. Tiongkok berpotensi kehilangan US$ 237 miliar, negara berkembang Asia lainnya US$ 42 miliar, dan lainnya US$ 68 miliar. "Kami berharap analisis ini dapat mendukung pemerintah saat mereka mempersiapkan tanggapan yang jelas dan tegas untuk mengurangi dampak manusia dan ekonomi dari wabah ini, ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (6/3). S&P tidak memangkas perkiraan pertumbuhan untuk pasar negara berkembang di Indonesia, Malaysia, Filipina dan India, dengan alasan fakta bahwa infeksi yang dilaporkan di negara-negara tersebut masih rendah. Namun, mereka mencatat prospek dapat dengan cepat memburuk jika tingkat kasus yang rendah terjadi karena pengujian tak maksimal dan jika negara-negara itu tersapu penularan keuangan. Virus corona kini mulai merebak di luar Tiongkok. Meski jumlah kasus mencapai lebih dari 98 ribu, pasien terinfeksi yang sembuh mencapai lebih dari setengahnya.(db/kd/cr-02/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU