Home / Pilgub2018 : Puti Guntur Soekarno Dimajukan di Pilgub Jatim 201

Usai Skandal Anas, Trah Bung Karno Turun Gunung

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 11 Jan 2018 00:48 WIB

Usai Skandal Anas, Trah Bung Karno Turun Gunung

PDI Perjuangan (PDIP) yang mengusung Puti Guntur Soekarno sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) di Pilgub Jatim 2018, menjadi sinyal bahwa keluarga Presiden RI pertama Ir. Soekarno mulai merapatkan barisan. Puti Guntur merupakan anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDIP, mendampingi Gus Ipul menggantikan Abdullah Azwar Anas yang mengundurkan diri setelah foto-foto syur mirip dirinya beredar. Lantas, mengapa PDIP lebih memilih Puti Guntur ketimbang kader PDIP asli daerah, seperti Bupati Ngawi Budi Kanan Sulistyono atau Ketua DPD PDIP Jatim Kusnadi yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim? --------------- Laporan : Riko Abdiono Ibnu F Wibowo, Editor : Ali Mahfud ------------------- Sebelumnya, beberapa nama mengemuka setelah Azwar Anas memilih mundur dari Cawagub pendamping Gus Ipul. Nama yang muncul diantaranya Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Ponorogo Ipong Muchlisoni, Bupati Ngawi Budi Sulistyono, serta sejumlah kader PDIP yang duduk di DPR RI seperti Puti Guntur Soekarnoputri, Ahmad Basarah dan Said Abdullah. Namun, akhirnya nama Puti yang dipilih Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Penetapan Puti sebagai Cawagub Jatim ini terbilang mendadak, karena surat rekomendasi PDI-P baru keluar tepat di hari terakhir masa pendaftaran peserta Pilgub Jatim 2018, Rabu (10/1/2018) kemarin. Seperti yang beredar di kalangan wartawan, surat rekomendasi itu bernomor; 3938/IN/DPP/I/2018 dan ditandatangani oleh Ketua DPP PDIP Megawati Soekarno Putri dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDIP Bambang Dwi Hartono membenarkan Gus Ipul dan Puti Guntur telah mengambil SK pencalonan tersebut. "Iya (mengambil SK di DPP Lenteng Agung)," cetus Bambang DH saat dikonfirmasi, kemarin (10/1). Siapa sebenarnya Puti? Dalam penelusuran diketahui, bahwa Puti adalah putri satu-satunya dari Guntur-Heni Guntur Soekarno. Lahir di Jakarta pada 26 Juni 1971, Puti memulai debut politiknya dengan menjadi anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan sejak pemilu 2009. Saat ini ia masih menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 dari daerah pemilihan (Capil) Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, dan Kota Banjar di Jawa Barat. Selain itu, ia itu juga menjabat Wakil Ketua Yayasan Fatmawati dan Ketua Yayasan Wildan. Dia terjun ke politik dengan menjadi kader PDIP setelah menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) pada Universitas Indonesia. Dia tercatat juga menjadi juru bicara kampanye Pemilu Presiden tahun 2009 untuk pasangan calon Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di wilayah Jawa Barat dan Bengkulu. Gaya orasi Puti sendiri, disebut mirip dengan gaya Soekarno. Dalam sebuah simposium internasional Universitas Kokushikan, Tokyo, Jepang, Puti diundang sebagai pembicara utama simposium internasional. Puti diundang dua tahun berturut-turut untuk jadi pembicara utama. Pidato yang bawakan adalah ideologi negara Indonesia: Pancasila, yang digali oleh sang kakek, Bung Karno. Pecah Suara Perempuan Pengamat komunikasi politik, Hendri Satrio menilai, hadirnya cucu Proklamator dan Presiden pertama Indonesia, Soekarno itu akan membuat Pilgub Jatim 2018 menjadi menarik. Menurut Hendri, Puti akan membuat suara pemilih perempuan di Jatim akan terpecah, tak lagi dominan ke bakal calon gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dengan pasangannya Emil Elistianto Dardak. "Puti membuat kompetisi semakin menarik. Kehadiran Puti membuat suara perempuan yang tadinya dominan ke Khofifah akan terpecah ke Puti," ujar Hendri, Rabu (10/1). Tak cuma itu, menurut Hendri, hadirnya anak dari Guntur Soekarnoputra itu juga menjadi sinyal bahwa anak-anak Soekarno mulai merapatkan barisan melalui para cucu-cucunya. Karenanya, kubu Khofifah-Emil perlu waspada dan tak boleh lengah jika tak ingin gigit jari untuk kesekian kalinya. Apalagi dukungan partai politik Gus Ipul-Puti pun bertambah dengan bergabungnya PKS dan Gerindra. "Dengan dukungan ini justru Gus Ipul makin kuat, kubu Khofifah tidak boleh lengah," ucap Hendri yang juga dosen Universitas Paramadina ini.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU