Tim Prabowo (Diduga) Catut Ulama

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 25 Sep 2018 08:46 WIB

Tim Prabowo (Diduga) Catut Ulama

Laporan : Riku Abdiono, Ainul Yaqin, Dwi Agus Susanti SURABAYAPAGI.com, Surabaya Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Uno Provinsi Jatim terus mendapat sorotan. Tak hanya karena berbau militer dengan masuknya mantan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI (Purn) Soewarno dan mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (Purn) Anton Setiadji. Namun, tim pemenangan atau tim sukses (timses) yang diketuai Soepriyatno ini juga disebut-sebut mencatut nama ulama. Pengasuh Pesantren Al Hamidiyah Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, KH M. Irfan Sholeh yang dimasukkan ke dalam struktur Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Provinsi Jatim, ternyata asal comot alias tanpa izin. Jika dibiarkan, dikhawatirkan bisa menjadi benih-benih politik identitas guna mengangkat suara pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu. Sementara suara Prabowo-Sandi di Jatim diprediksi akan jeblok. ------ Dalam SK nomor 0016/Kpts/BPN-PS/2018 tertanggal 19 September 2018 yang ditandatangani Jenderal TNI (Purn) H. Djoko Santoso selaku Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, tertera nama KHM. Irfan Sholeh sebagai Dewan Pembina Badan Pemenangan Provinsi Jatim Prabowo-Sandi. Belakangan diketahui jika KH. M. Irfan Sholeh merupakan ulama NU asal Jombang yang menjadi pengasuh Pesantren Al Hamidiyah Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang. Ia juga menjadi anggota Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim. Melihat namanya masuk timses Prabowo-Sandi, Kyai Irfan Sholeh mengaku kaget. Pasalnya, selama ini dirinya tidak pernah dikonfirmasi oleh timnya Prabowo. Menurutnya, hal itu tak pantas dilakukan karena tidak ada izin kepadanya. Saya kaget kenapa ada nama saya di timses Prabowo-Sandi. Tidak ada izin dan konfirmasi kepada saya. Maka oleh karena itu, saya minta kepada mereka untuk menghapus nama saya, jelasnya, Senin (24/9/2018). Walaupun meminta izin, Kyai Irfan Sholeh tak berkenan menjadi timses. Karena ingin fokus mengurusi santri saja. Ia menduga namanya masuk timses itu untuk mengklaim dukungan dari tokoh NU, bahkan besar kemungkinan berasal dari para pendukung Prabowo. Selain itu, lanjut dia, pencatutan namanya diduga untuk meraup suara santri dan alumni Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Hingga saat ini Bahrul Ulum punya belasan ribu santri dan alumninya tersebar di berbagai daerah. Dugaan saya si pembuat dan penyebar selebaran pastinya pendukung Prabowo. Saya tidak marah, hanya berharap nama saya dihapus. Itu saja yang perlu diperhatikan, tandasnya. Ke depan Kyai Irfan berharap kepada timses calon presiden yang bertarung di Pilpres 2019 tidak asal catut nama orang atau tokoh. Karena hal tersebut berbahaya bagi sosok yang dicatut dan pengikutnya. Mari wujudkan pilpres yang sejuk, damai, tanpa hoax dan fitnah, sehingga pesta demokrasi ini berjalan sesuai harapan seluruh rakyat Indonesia, papar Kyai Irfan. Ia juga meminta para santri Bahrul Ulum dan warga Nahdliyin berhati-hati dalam bersikap di tahun politik. Menurut dia, dahulukan sikap tabayun (minta penjelasan) kepada pihak yang dicatut namanya dalam timses. Dan pastinya tidak mudah percaya kabar hoax yang tersebar di media sosial. Sebagai seorang santri, saya ikut guru dalam berpolitik. Dan salah satunya guru yang saya hormati adalah KH Maemun Zubair, tandasnya. Diketahui, KH Maimun Zubair merupakan seorang ulama dan politikus, yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Ia selama dikenal sebagai sesepuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sedang PPP merupakan parpol pendukung Jokowi-Maruf Amin. Klaim Usulan KH Wahab Dikonfirmasi terpisah, Ketua Harian Badan Pemenangan Prabowo-Sandi Provinsi Jatim, Anwar Sadad menyampaikan kronologi masuknya sejumlah nama kyai dalam tim pemenangan. Menurutnya, nama-nama itu atas usulan KH. Hasib Wahab Chasbulloh, Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Hasbullah, Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang. Bahkan KH. Hasib mengusulkan Prabowo menggunakan tagline "Wes Wayahe" seperti tagline Khofifah pada Pilgub Jatim 2018 lalu. "Ketika kembali bertemu dengan Kyai Hasib Wahab pada malam tahun baru Islam pada sholawatan Habib Syech di Surabaya, kemudian Kyai Hasib Wahab menyampaikan beberapa nama keluarga besar pondok pesantren Tambak Beras kepada kita untuk menjadi bagian kemenangan dari Prabowo-Sandi," terang Anwar Sadad yang juga Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim ini. Dari kronologi itu, lanjut Sadad, dirinya merasa sudah yakin usulan KH Hasib Wahab. Menurutnya kyai Hasib sudah menjalin komunikasi dengan nama-nama yang diusulkan tersebut. Termasuk dengan KH M. Irfan Sholeh. "Kita husnudhon-lah (berprasangka baik, red) bahwa nama yang diajukan Kyai Wahab itu sudah terkonfirmasi oleh beliau," imbuhnya lagi. Selain KH. Irfan Sholeh, lanjut Anwar, masih ada banyak lagi nama Kyai Tambak Beras yang juga diusulkan KH. Hasib Wahab. Diatranya KH. Solahul Am, Gus Rozak, dll. "Dari nama yang diusulkan kemudian kita menghormati. Kita sangat senang atas dukungan itu, kemudian kita akomodir ke dalam Badan Pemenangan," bebernya lagi. Kendati demikian, ia enggan berkomentar lebih lanjut terkait permintaan KH. Irfan Soleh yang meminta namanya dicoret dari Badan Pemenangan Prabowo-Sandi. "Soal itu saya no comment, mas," kelit politisi yang juga anggota DPRD Jatim ini. Isu Politik Identitas Menanggapi hal itu, kalangan peneliti politik maupun dosen politik di Surabaya tak menampik akan munculnya politik identitas di Jatim. Terutama dilakukan kubu Prabowo-Sandi. Namun hal itu akan mudah ditepis kubu Jokowi, lantaran capres petahana itu menggandengn KH. Maruf Amin sebagai cawapresnya. Bisa saja politik identitas dimunculkan, namun itu akan sulit terjadi sebab dengan digandengnya Maruf Amin menjadi cawapres Jokowi itu cukup meredam upaya tersebut, ujar Whima Edy Nugroho, peneliti politik dari lembaga survei Proximity, saat dihubungi Surabaya Pagi, Senin (24/9) kemarin. Menurutnya, isu yang lebih seksi saat ini justru isu ekonomi. "Karena bisa direduksi, maka Prabowo-Sandi dimungkinkan mengangkat isu ekonomi. Sebab faktor ekonomi menjadi kelemahan pemerintahan Jokowi saat ini. Baik stabilitas harga, lapangan kerja, atau isu lainnya," papar Whima. Hal senada diungkapkan pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Ucu Martanto. Menurutnya, politik identitas bukan lagi isu yang menarik untuk diangkat. "Dugaan saya kyai/ulama di NU di Jatim tidak masuk dalam ijtima ulama 1 maupun 2. Kemungkinan ada, tapi tidak dominan karena tidak terlalu laku di Jatim. Isu hangat sekarang terkait ekonomi," kata Ucu yang dikonfirmasi terpisah. Isu Pelemahan Ekonomi Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Provinsi Jawa Timur, Soepriyatno, menjelaskan beberapa strategu untuk memenangkan Prabowo-Sandi di Jatim. Pihaknya memastikan tak akan menggunakan isu Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA), terutama agama. Kami tak akan menggunakan isu agama. Apalagi, sampai membenturkan dengan dasar Negara. Dasar Negara telah final dan kami bersama Pak Prabowo telah berkomitmen untuk terus mengawal Pancasila, ujar Soepriyatno. Dibandingkan menggunakan isu tersebut, pihaknya memilih menggunakan isu pelemahan ekonomi yang saat ini terjadi di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Jokowi juga menjadi capres yang sekaligus rival Prabowo di pilpres mendatang. Misalnya, dengan adanya pelemahan rupiah, tingginya impor, peningkatan rasio hutang pemerintah, hingga pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat. Sedangkan terkait impor, akhir-akhir ini ramai dibicarakan mengenai simpang siur data terkait impor beras antara Perum Bulog dengan Kementerian Perdagangan. Ini yang menarik. Sama-sama dari pemerintah. Namun berbeda saat bicara data. Satunya cukup, satunya butuh impor, kata Soepriyatno yang juga Ketua DPD Gerindra Jatim ini. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU