Tertipu Rp 550 Juta, 59 Jamaah Haji Lemas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Agu 2019 02:57 WIB

Tertipu Rp 550 Juta, 59 Jamaah Haji Lemas

Hendarwanto, Wartawan Surabaya Pagi Sebanyak 59 calon jamaah haji (CJH) di Jawa Timur menjadi korban penipuan. Mereka menyerahkan sejumlah uang, karena tergiur bisa berangkat tahun ini. Setiap korban rata-rata sudah membayar Rp 10 juta. Total kerugian sekitar Rp 550 juta. Ke-59 orang korban tersebut berasal dari delapan daerah berbeda, yakni 32 orang asal Pasuruan, dua orang asal Malang, lima orang warga dari Surabaya, enam orang warga Sidoarjo dan lima orang dari Pamekasan. Selain itu, terdapat pula lima orang asal Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan, dua orang asal Sumenep, dan dua orang warga dari Sanggau, Kalimantan Barat. Merasa jadi korban penipuan, mereka melaporkan seseorang bernama M Junaidi ke Polda Jatim, Senin (5/8/2019) malam. Mereka dijanjikan oleh terlapor bisa berangkat haji tahun ini dengan membayar Rp 25 juta per orang. Sebelum beramai-ramai ke Mapolda Jatim, 59 orang ini sempat mendatangi Asrama Haji Sukolilo Surabaya karena berjanji bertemu terlapor. "Tapi, dihalangi masuk asrama oleh petugas haji karena daftar namanya tidak tercantum sebagai jemaah calon haji," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera, Selasa (6/8/2019). Mereka lantas melapor ke Mapolda Jatim pada Senin malam pukul 23.00 WIB. Pelapor atas nama Ichwanul Hakim. "Laporan sudah masuk dan segera ditindaklanjuti," ujar Barung. Kepada polisi, para korban mengaku sudah mendaftar sebagai jamaah haji di Kementerian Agama, namun mereka masuk dalam daftar antrean yang cukup lama. Kemudian, M Djunaidi menawarkan mereka untuk berangkat tahun ini asalkan menambah biaya Rp 25 juta per orang. "Kepada para korbannya, pelaku menjelaskan jika pemerintah menambah kuota haji tahun ini, sehingga memungkinkan para korban untuk berangkat tahun ini," terang Barung. Para korban sudah membayar sebagian. Sisanya mereka berjanji akan diserahkan saat sudah masuk asrama haji. Sebelum berangkat ke Asrama Haji Sukolilo, para korban berkumpul di Bangil Pasuruan untuk berangkat bersama-sama. Namun, sesampainya di asrama haji, para korban tidak diperkenankan masuk, dan pelaku sudah melarikan diri. Korban Lemas Misnati (47), salah seorang korban yang berasal dari Bangil, Pasuruan dengan lemas menceritakan kasus penipuan yang menimpanya. "Junaidi menjanjikan berangkat haji lebih cepat untuk mengisi jatah dari Kementerian Agama, tapi dengan syarat tambahan biaya, ucap Misnati yang masih memakai seragam haji. Misnati pun telah menyerahkan uang sebesar Rp 31 juta sebagai uang muka (DP) kepada pelaku. Sementara sisanya yang sebesar Rp 43 juta, pelaku meminta untuk dibayar setelah sampai di Tanah Suci, Mekkah. Menurut cerita Misnati sejak pukul 05:00 WIB, Senin, 5 Agustus 2019 ia disuruh Junaidi untuk berangkat ke Asrama Haji Sukolilo, Surabaya dari Bangil dengan jamaah lainnya menggunakan bus. Sesuai rencana, Misnati datang ke asrama haji untuk mendapatkan koper, baju ihram, paspor, dan visa. Ternyata setelah sampai di asrama haji, jamaah tidak langsung masuk, melainkan dibawa keliling asrama haji. Misnati mengaku sama sekali tidak menaruh curiga pada pelaku karena ia dan jamaah lain sudah menadapatkan seragam haji. "Karena memang kami semua mendapatkan seragam haji tersebut. Saat di sini, kami semua niat naik haji tapi malah menjadi korban penipuan," ungkapnya. Sikap Kemenag Jatim Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Kanwil Kemenag Jatim Jamal menanggapi kasus penipuan tersebut. Ia menegaskan, Kemenag Jatim tidak menyediakan percepatan pemberangkatan untuk CJH. Menurutnya, mereka diharuskan menunggu masa pemberangkatan sesuai jadwal. Tak hanya itu, Jamal menyayangkan terjadinya penipuan ini. Menurutnya sistem keberangkatan haji di Kemenag Jatim tak mungkin bisa melayani percepatan karena segala sesuatunya telah diatur dalam Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat). "Sistem kita sudah canggih. Sekarang Siskohat itu sudah nggak bisa dibuat main-main. Aturannya sangat ketat. Jangankan ada orang mau masuk tanpa daftar, wong nama salah satu huruf saja kelihatan," tandas Jamal, Selasa (6/8/2019). "Nggak ada percepatan itu, nggak ada. Bagi mereka jemaah lansia itu sudah diumumkan, Semuanya tahu kan itu ada di sistem. Semuanya antre panjang, harus sesuai antrean, kemudian ada lansia atau pengganti orang wafat, keluarganya ahli warisnya itu kan sudah tersistem semua, ndak ada percepatan," tegasnya. Jamal menambahkan, penipuan itu dilakukan oknum tak bertanggung jawab. Ia memastikan tidak ada pihaknya yang terlibat dalam aksi kejahatan itu. Menurutnya seluruh sistem yang telah terintegrasi dengan pusat akan memudahkan untuk mendeteksi jika ada yang berbuat curang. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU