Tabloid IB ‘Gempur’ Jatim, Sasaran 40 Ribu Masjid

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 26 Jan 2019 10:54 WIB

Tabloid IB ‘Gempur’ Jatim, Sasaran 40 Ribu Masjid

Prila Sherly-Alqomar, Wartawan Surabaya Pagi Seminggu jelang debat kedua Pilpres 2019, sejumlah daerah di Jawa Timur digempur ribuan Tabloid Indonesia Barokah (IB) Tak hanya di kota Surabaya, penyebaran tabloid itu juga terdeteksi di Mojokerto, Madiun, Tulungagung, Blitar, Banyuwangi, Probolinggo dan Madura. Lantaran isinya provokatif dan menyudutkan salah satu capres, tabloid ini membuat tensi politik makin tinggi jelang Pilpres April mendatang. Apalagi penyebarannya massif. Namun serangan politik seperti itu dinilai tidak efektif. ----- Meski Tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, capres-cawapres nomor 02, telah melaporkan ke polisi dan Dewa Pers, namun penyebaran Tabloid Indonesia Barokah tetap berjalan. Menariknya, sasaran tabloid ini adalah masjid-masjid dan Pondok Pesantren (PP). Di Kota Surabaya, misalnya, ditemukan di Masjid Al Muhajirin Kutisari V Tenggilis Mejoyo. "Kami menerima paketan itu pada hari Rabu (23/1) sekitar pukul 20.30 WIB. Setelah saya buka berisi tiga eksemplar tabloid," kata Suhadak, Wakil Ketua Pengurus Yayasan Masjid Al Muhajirin, Jumat (25/1/2019). Begitu juga di Kota Mojokerto. Tabloid 16 halaman itu dikirim menggunakan jasa Pos Indonesia ke 9 pondok pesantren (PP). Satunya ke PP Nurul Huda di Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. "Saat tiba masih dalam amplop, setelah kami buka ternyata isinya Tabloid Indonesia Barokah," cerita Saifulloh, Pengurus PP Nuruh Huda. Informasi yang diperoleh, pondok pesantren yang dikirimi adalah PP Sabilul Muttaqin, PP Al Azhar, PP Tarbiatul Aulad, PP Al Khodijah, PP Nurul Huda, PP Miftahul Hikmah, PP Al Hasyimiyyah, PP As Sholihiyyah, serta PP Mambaul Quran. Tabloid ini berisi 16 halaman. Di sampul depan ada beberapa judul yang ditampilkan. Di antaranya Reuni 212: Kepentingan Umat atau Kepentingan Politik, kemudian Obor Rakyat, Asal-usul Fitnah Jokowi PKI & Antek Asing. Gambar sampul terlihat seorang dalang pewayangan yang memakai kostum ala kiai yang sedang memainkan dua tokoh wayang dengan karakter Batman dan Bruce Lee. Sementara pada halaman 5 terdapat foto Capres Prabowo Subianto yang diberi judul Prabowo Marah Media Dibelah. Ada juga gambar tokoh-tokoh tim pemenangan salah satu capres yang diberi judul Membohongi Publik atau Kemenangan Politik. Sementara di halaman terakhir terdapat gambar kartun ilustrasi capres salah satu paslon yang sedang menghadiri reuni pertemuan akbar. Di samping gambar capres ada gambar kartun seorang presenter yang mempertanyakan maksud acara tersebut. Bawaslu Bawaslu Jatim bertindak cepat dengan peredaran Tabloid Indonesia Barokah. Lembaga pengawas pemilu ini memerintahkan jajaran panwas untuk menyisir peredaran tabloid ini. Komisioner Bawaslu Jatim Aang Kunaifi mengungkapkan, pihaknya sudah menerima komplain dari kelompok masyarakat yang merasa dirugikan dengan keberadaan tabloid ini. Namun laporan bukan atas nama tim kampanye capres tertentu, tapi perorangan. Banyak di berbagai wilayah. Salah satunya di Ngawi, ada warga yang melaporkan Tabloid Indonesia Barokah, kata Aang saat dikonfirmasi, Jumat (25/1/2019). Bawaslu Jatim kemudian memerintahkan jajaran panwas di kabupaten/kota untuk berkoordinasi dengan kepolisian dan pihak kantor pos untuk mencari peredaran tabloid ini. Hasil koordinasi diketahui, tabloid ini dikirim ke 45.989 lokasi pengiriman di 38 kabupaten/kota. Rinciannya 40.193 ditujukan ke masjid dan 5.796 di pondok pesantren dengan total biaya pengiriman Rp137.967.000. Berapa eksemplar yang dikirim belum diketahui karena kantor pos tidak berani buka paketnya, ungkap Aang. Dari jumlah tersebut, ada sebagian yang sudah dikirimkan ke alamat yang dituju tapi ada pula yang ditunda pengirimannya oleh pihak kantor pos setempat. Menurut Aang, pihak kantor pos akhirnya menunda proses kirim akibat banyak pihak yang komplain dengan tabloid tersebut. Selain itu, identitas pengirim tidak tercantum dengan jelas, kata Aang. Ditanya soal isi dari tabloid itu, Aang mengatakan berisi kumpulan berita yang sudah diterbitkan media-media yang lain kemudian dirangkum menjadi tabloid. Namun ia membantah bila ada instruksi merazia tabloid tersebut di Jatim. Tidak merazia, berarti kesannya terlarang. Kami hanya koordinasi karena ada laporan masyarakat," ungkap Aang. Bawaslu, lanjut Aang, akan meneliti isi tabloid ini, apakah berisi produk jurnalistik atau bentuk kampanye hitam. Termasuk kemudian mencari kemugkinan telah terjadi tidak pidana pemilu. Kalau tidak ada unsur pelanggaran, kantor pos akan menuntaskan tanggung jawabnya mengirimkan paket itu, tandas dia. Mirroring Effect Analisis dari pengamat politik, penyebaran Tabloid Indonesia Barokah yang cenderung menyudutkan paslon 02, Prabowo-Sandiaga, merupakan mirroring effect. Tujuannya memperburuk citra lawan politik. Peristiwa ini bisa jadi adalah mirroring effect yang mana seolah olah mendukung salah satu paslon dengan menyudutkan lainnya. Hal ini kemungkinan bisa jadi hanyalah untuk memperburuk citra salah satu paslon melalui seolah olah yang membuat adalah paslon 01 (Jokowi-Maruf, red), ujar Novri Susan, pakar sosiologi-politik Universitas Airlangga (Unair), yang dihubungi Jumat (25/1) malam. Surokim Abdussalam, peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) menyatakan tabloid tidak lagi perkasa untuk menargetkan pemilih rasional, justru kontraproduktif. Hal ini disebabkan karena pemilih rasional cenderung melakukan cek dan ricek akibat banyaknya informasi yang tersebar. Media provokatif justru bisa berbalik menghatam pembuatnya sendiri, apalagi pemilih rasional cenderung akan mengabaikan dan untrust, tandas Surokim dihubungi terpisah. Tidak Efektif Novri Susan mengimbau masyarakat agar tidak mudah terjerumus pada informasi yang tidak ada kejelasannya. Informasi yang sifatnya distorsi dan menyimpang seperti konten tabloid Indonesia Barokah tersebut tidak bisa dijadikan referensi untuk masyarakat. Hal ini disebabkan karena informasi cenderung tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana mestinya. Pengaruhnya terhadap elektabilitas juga dijelaskan oleh Novri Susan ketika melihat peristiwa mengenai informasi menyimpang ini. Mungkin untuk masyarakat yang akses informasinya kurang memadai bisa berpengaruh, namun ketika ada di tangan masyarakat terdidik, tidak terlalu berpengaruh, tambahnya yang menganggap situasi ini sudah biasa karena pernah terjadi di tahun 2014 pada tabloid Obor Rakyat. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Novri Susan, Surokim Abdussalam juga menyatakan tabloid provokatif hanya efektif untuk masyarakat di kawasan pedesaan meskipun tidak terlalu besar pengaruhnya, apalagi dengan peran media sosial. Jumlah masyarakat terisolasi semakin kecil yang bisa diterpa informasi sepihak tersebut, jika pemilih melakukan pengecekan ulang dan verifikasi serta memiliki pembanding informasi, maka malah menjadi insentif terhadap elektoral yang dihasut, ujar dosen Komunikasi-Politik Universitas Trunojoyo Madura ini. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU