Sukses Bikin China Banyak Investasi, Luhut Dapat Julukan Agen China

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 12 Sep 2019 17:57 WIB

Sukses Bikin China Banyak Investasi, Luhut Dapat Julukan Agen China

SURABAYAPAGI.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan optimis ekonomi Indonesia bisa berada di 5 besar dunia pada 2045. Dia ingin agar tak ada yang pesimis terhadap target ekonomi tersebut. "Jadi kita nggak perlu ragu bahwa Indonesia akan menjadi negara besar tahun 2045, jangan pernah ragu bahwa Indonesia negara besar. Orang-orang pesimis itu adalah orang-orang yang loser," kata Luhut di Djakarta Theatre, Kamis (12/9/2019). Menurutnya, dengan performa Indonesia di tengah pelemahan ekonomi dunia, mulai dari nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi, ekspor Indonesia, dan sebagainya Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain dan bisa mencapai cita-cita besar tersebut. Disamping itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan curhat bahwa seringkali ia disebut agen China, hingga kedutaan besar China. Semua karena banyaknya investasi di berbagai sektor yang masuk ke RI berasal dari China. "Nanti orang bilang Luhut ini agen China, Dubes kehormatan China, itu yang ngomong asal bunyi saja," kata Luhut di Djakarta Theatre, Kamis (12/9/2019). Menurutnya, China memiliki kesamaan dengan rule of thumb yakni aturan investasi di Indonesia. "Orang-orang selalu kritik saya China terus, tidak, kita punya rule of thumb untuk investasi," ujar Luhut. Investasi dari China di Indonesia ada di berbagai sektor. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, alasan China bisa banyak berinvestasi di Indonesia karena mudah disuruh memenuhi syarat investasi. "Kalau saya di-challenge Luhut lagi-lagi China, China itu gampang, (mereka) kita suruh apa saja mau!" kata Luhut di Djakarta Theatre, Kamis (12/9/2019). Rule of thumb sendiri berisikan sejumlah syarat untuk investor yang mau menanamkan modalnya di Indonesia. Pertama, membawa teknologi yang ramah lingkungan. Kedua, memberi nilai tambah bagi Indonesia dalam mengolah sumber daya mineral. Ketiga, mendidik tenaga kerja lokal, melalui syarat keempat, yakni transfer teknologi. Selain itu, ia menerangkan, investasi selama ini yang berasal dari China menggunakan skema business to business (B to B), bukan government to government (G to G). Sehingga, rasio utang Indonesia terhadap PDB masih di bawah angka 30%. "Dan terakhir itu nilai tambah industri dan semuanya selalu kita lakukan B to B, kita belum ada dengan China itu G to G. Sehingga debt to GDP kita tetap kita bisa pelihara di bawah angka 30%," tandas dia.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU