Home / Hukum & Pengadilan : Laporan Investigative Reporting Dugaan TPPU 22 Per

Sipoa, Terima Penyertaan Dana Publik, Modus Investasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 27 Jul 2018 07:34 WIB

Sipoa, Terima Penyertaan Dana Publik, Modus Investasi

Kapolri dan Kapolda Jatim Yth, Hasil investigasi yang saya lakukan, Sipoa adalah perusahaan swasta bergerak dalam bidang properti . Selain menawarkan apartemen Royal Afatar World dan New Mounth Afatar, juga membangun Royal Business Park. Gedung di pinggir jalan tol Waru Juanda ini merupakan gedung perkantoran dengan 7 lantai dilengkapi lift pribadi. Proyek perkantoran ini yang juga dibanggakan oleh Sipoa, sebagai property prestise. Pemasarannya tetap menggunakan PT Sipoa Investama Propertindo. Saat itu, tahun 2013-2014, PT Sipoa Investama Propetindo (SIP) diposisikan sebagai sole agent dari beberapa developer. Budi Santoso memperkenalkan PT SIP bekerja sama dengan PT SIPOA. Akhirnya Budi mengimagekan sebuah holding yang bernama SIPOA group (dalam tulisan saya sebelumnya saya analisis secara hukum, Sipoa bukanlah holding). Budi Santoso dalam promosi, termasuk melalui media sosial, menyebut grupnya ada Tamara Group, Hadi, owner dari BNS dan Surabaya Carnival Night, Clement, Harris, Budi Waluyo, Agus Hartowinoto, Yuli, Jeri , narto (Ketua Rei), Grup ini, menurut Budi Santoso, diprakarsai oleh PT Royal Prosperiti Putihrai (Omar putihrai Group) - Royal Prima Mulia (first state Group) - PT Graha Prima Moelia (Sugianto Tirta Bahagia Group) - PT SGP dan PT Bumi Samudra Jedine Sejahtera Surabaya. Ternyata, saat saya melakukan penyusupan di manajemen pada akhir 2016, nama-nama itu ada yang fiktif dan buatan. Klemenst misalnya, adalah pendiri Sipoa. Demikian pula PT Bumi Samudra Jedine, yang kini bikin heboh, karena tak wujudkan 7.500 unit apartemen Royal Afatar World (RAW). Nama-nama seperti Hadi, Narto, Yuli dan Jeri, kini sudah tak aktif di manajemen Sipoa. Konon, konflik dengan Budi Santoso. Selama saya membantu di Sipoa, Budi itu keras kepala, kata salah satu dari nama-nama yang kini sudah tak di Sipoa. Kapolri dan Kapolda Jatim Yth, Penggunaan nama-nama beken di property, usahawan dan financial, saya tanya kepada Budi Santoso dan Klemens, untuk meyakinkan calon investor, agar mau berinvestasi di Sipoa. Demikian penyebutan beberapa perseroan yang setelah saya menyusup, pemegang saham dan pengurusnya tetap Budi Santoso, Klemens dan Aris Birawa, Bahkan PT SIP, adalah perusahaan yang diciptakan untuk mengelola dana publik. Petingginya Harisman dan Sugiarto. Sejak tahun 2017, Harisman mengundurkan diri. Kini PT SIP, dikelola Sugik di daerah Jemursari Surabaya/ Cara Budi seperti ini pengelabuhan, trik pemasaran atau pembohongan?. saya tidak bisa menyimpulkan salah satu dari tiga kriteria ini. Tetapi selama saya melakukan penyamaran, PT SIP yang dikelola Sugiarto dan PT KJS, yang dipimpin oleh Pdt Ronny Suwono, dua perusahaan penyuplai uang ke Budi Santoso, bersama perseroan lainnya. Anda, bisa memeriksa rekening dua perseroan ini dengan seksama. Mengingat, semua kastemer maupun investor, melalui rekening dua perseroan ini. Banyak investor dan kastemer tidak tahu permainan Budi Santoso menggunakan PT SIP dan PT KJS. Ada dua investor yang pernah menemui saya menanyakan siapa pemegang saham PT SIP dan PT KJS, saya jawab saham mayoritas tetap Budi Santoso. Tapi Sugiarto dan Pdt Ronny Suwono, diberi saham kecil. Dua orang ini yang menggerakan tim sales mencari kastemer dan investor. Ada yang mencari melalui cara-cara konvensional, dan tak sedikit yang melobi pengusaha berduit. Diantara pengusaha yang dibidik menjadi investor ada yang teman Rusdi Tambulaka. Maklum, di kalangan pengusaha Tionghoa tahun 1980an, nama Rusdi, cukup dikenal sampai kalangan perbankan. Nah, dalam menggali uang penyertaan publik, Budi Santoso, saya nilai canggih. Melalui brosur dan skema keuntungan berlipat (semacam Ponzi) . Saya tanya, apakah PT SIP sudah mengurus perijinan dari OJK, baik Sugik maupun Klemens, sampai Desember 2017, menyatakan belum dikantongi. Saya pernah menasihati Klemens Sukarno Candra, segera mengurus ijin ke OJK, karena kegiatan Sipoa, sudah menyerupai penghimpulan dana publik. Mengingat, investor yang berduit, acapkali tidak semata tergiur dengan imbal hasil tinggi saja, tetapi kelak bisa menanyakan akuntabilitas PT SIP dan Sipoa sebagai penghimpun dana publik. Maklum, cara marketing Sipoa sejak tahun 2013 sudah menerapkan program marketing berbentuk partnership. Iming-imingnya bagi hasill yang bombastis. Kapolri dan Kapolda Jatim Yth, Sampai Desember 2017, di Surabaya, saya melakukan konfirmasi ke3 REI Jatim, belum ada developer yang mengimpun dana publik dengan imbal hasil yang menggiurkan seperti umumnya perusahaan investasi. Mempelajari cara menghimpun dana publik Sipoa dengan model cash back, saya teringat permasalahan cash by cash Taksi Koperasi Cipaganti Bandung, tahun 2005an. Taksi Koperasi Bandung ini kemudian disidik Polda Jabar dengan dugaan penipuan berkedok investasi. Sipoa saya amati mempromosikan bisnis property berbentuk apartemen, building, Ruko, perkantoan dan rumah klaster. Apalagi saya mengetahui sendiri bagaimana Budi Santoso, bos Sipoa, yang meski pendiam, menurut saya memiliki naluri (keberanian) menarik mitra (pemodal) dengan memberi interes yang tinggi. Modus Budi Santoso, menarik pemodal menggunakan berbagai opsi utamanya Kerjasama pembelian kembali apartemen, gedung yang dibeli kastemer atau investor. Maka itu, dalam catatan keuangan, ada beberapa kastemer sampai membeli puluhan unit apartemen. Setiap hari, saya menjumpai bagaimana Budi, Klemens, Aris dan Roni, s mengajak orang untuk bermitra dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Bahkan saya pernah diajak untuk menarik pengusaha dan pejabat, kenalan saya untuk menginvestasikan uangnya. Alhamdulillah, saya tidak berminat. Kapolri dan Kapolda Jatim Yth, Saat melakukan investigasi, saya sudah menegur dengan cara menjelaskan kasus lain sebagai study kasus, agar penghimpunan dana publik segera disertai ijin dari OJK. Suatu hari saya mengajak Klemens diskusi membahas kasus pengemplang uang investor yang dilakukan oleh Manajemen taksi Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada. Cipaganti mulai bermasalah sejak 2012. Usaha taksi di Bandung ini sudah berdiri sejak tahun 2002, tetapi baru meledak setelah tahun ke 10. Dalam satu tahun, manajemen Cipaganti, bisa mengeruk dana publik sebesar Rp 4,7 triliun. Sipoa sejak tahun 2013 sampai Desember 2017, diperkirakan bisa menghimpun dana hampir Rp 2 triliun. Jumlah ini diluar kredit konstruksi yang dikucurkan Bank Tabungan Negara (BTN). Dari dana yang dihimpun Rp 2 triliunan itu, ada yang sudah ditarik publik. Pembayarannya melalui proyek Sipoa yaitu ruko dan perkantoran. Kapolri dan Kapolda Jatim Yth, Cara Sipoa menggaet investor adalah memberi bunga tinggi dengan modus buyback atau kerjasama membeli apartamen dengan pihak ketiga. Dan pihak ketiga itu yang mencarikan Sipoa. Hasil penelusuran saya, pihak ketiga itu umumnya tanpa orang alias pengelabuhan, agar tidak terbaca program investasi. Semula bunga ke investor di Sipoa lancar, mulai pertengahan 2017, Sipoa mulai kuwalahan mengembalikan bunga dengan imbal balik bombastis. Meski menerapkan permainan seperti ini, selama menyelami pribadi trio Sipoa, saya menilai semula Bos Sipoa, tidak berniat membawa lari uang para mitranya. Mereka menurut saya terlalu berani berspekulasi. Terutama terbebani imbal hasil yang bombastis. Tak bisa disalahkan bila diantara kastemer dan investor yang mengistilahkan cara bisnis trio Sipoa, sebaga penipuan berkedok investasi . Saya melihat sendiri, proses Gagal bayar terjadi tiap bulan. Ada yang melalui telepon da nada yang datang sendiri. Tidak sedikit sudah menggunakan jasa advokat untuk menagih. Diantara investor ini ada yang dibayar dengan bangunan proyek Sipoa. Maka itu,sekitar bulan Oktober tahun 2017. dua kali saya diskusi dengan Klemens, membahas kemampuan membayar kewajiban dikaitkan nilai asetnya. Data yang diberikan Klemens, ternyata asset-aset Sipoa mayoritas tidak likuid. Inilah malapetaka sebuah usaha yang berani memberi imbal hasil bombastis sampai 50%. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU