Sidang Palsu Pernikahan, Eksepsi Cen Liang dan Istrinya Ditolak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Okt 2019 23:57 WIB

Sidang Palsu Pernikahan, Eksepsi Cen Liang dan Istrinya Ditolak

Budi Mulyono, Wartawan Surabaya Pagi Bos PT Gala Bumi Perkasa (GBP) Henry Jocosity Gunawan alias Cen Liang dan istrinya, Iuneke Anggraini hanya bisa terdiam di kursi pesakitan saat majelis hakim yang diketuai Dwi Purwadi menolak semua dalil-dalil eksepsinya. Ini terkait kasus pemalsuan keterangan pernikahan ke akta otentik yang dilaporkan oleh PT Graha Nandi Sampoerna (GNS), dengan terdakwa Cen Liang dan Iuneke. "Mengadili, menyatakan keberatan penasihat hukum para terdakwa tidak dapat diterima dan memerintahkan Penuntut Umum melanjutkan pemeriksaan perkara nomor 2656/Pid.B/2019/PN.Surabaya atas nama para terdakwa tersebut diatas dan menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir," ujar Hakim membacakan amar putusan selanya di ruang sidang Garuda 1 Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (15/10/2019). Dalam amar putusan selanya, Hakim tidak sependapat dengan dalil tim penasihat hukum para terdakwa yang menyebut surat dakwaan cacat prosedur. Hakim menilai keberatan tersebut bukanlah kewenangannya untuk menilai, melainkan menjadi kewenangan internal Kejaksaan. "Maka seharusnya diajukan di forum pengawasan internal kejaksaan sendiri," lanjut hakim. Sementara keberatan tim penasehat hukum terkaiterror in procedur penyidikan, masih kata hakim Dwi Purwadi, hendaknya diajukan melalui forum praperadilan dan tidak dapat dijadikan alasan majelis hakim untuk menolak surat dakwaan penuntut umum. "Sedangkan pemeriksaan pada perkara ini adalah untuk memeriksa apakah para terdakwa terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan," sambung Dwi Purwadi saat membacakan pertimbangan hukumnya. Tak hanya itu, majelis hakim juga menolak keberatan tim penasihat hukum yang menyoal surat dakwaan batal demi hukum, karena disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap karena tidak memuat waktu dan tempat kejadian tindak pidana para terdakwa. "Majelis berpendapat surat dakwaan sudah menyebut waktu dan tempat kejadian perkara serta sudah memuat uraian yang seksama, teliti, terang dan lengkap tentang tindak pidana yang didakwakan. Dengan uraian bagaimana para terdakwa melakukan tindak pidana dan keadaaan keadaan yang melekat sebagaimana yang dilakukan para terdakwa," ungkap hakim. Pembuktian Terpisah, Masbuhin selaku ketua tim penasihat hukum terdakwa Henry dan Iuneke mengaku akan siap menghadapi persidangan pembuktian perkara ini. "Pertimbangan putusan tadi akan kami gali lebih dalam lagi saat persidangan pokok perkara. Untuk efisiensi waktu, maka saya lebih cenderung untuk menghadapi persidangan dalam persidangan pemeriksaan pokok perkara," tutur Masbuhin usai persidangan. Persidangan pembuktian kasus ini akan kembali digelar pada Selasa, 5 November 2019 mendatang dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ali Prakoso. Utang Rp 17,3 M Untuk diketahui, dalam kasus ini, Henry dan Iuneke didakwa melanggar Pasal 266 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Henry dan istrinya diadili setelah diketahui memberikan keterangan palsu ke dalam 2 akta otentik, yakni perjanjian pengakuan utang danpersonal guarantee antara PT Graha Nandi Sampoerna sebagai pemberi utang dan Henry Jocosity Gunawan sebagai penerima utang sebesar Rp 17.325.000.000 (Tujuh Belas Miliar, Tiga Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah) di hadapan notaris Atika Ashiblie SH di Surabaya pada tanggal 6 juli 2010 dihadiri juga oleh Iuneke Anggraini. Dalam kedua akte tersebut Henry Jocosity Gunawan menyatakan mendapat persetujuan dari istrinya yang bernama Iuneke Anggraini, keduanya sebagai suami istri menjamin akan membayar utang tersebut. Bahkan Iuneke pun ikut bertanda tangan di hadapan notaris saat itu. Belakangan terungkap perkawinan antara Henry Jocosity Gunawan dengan Iuneke Anggraeni baru menikah pada 8 November 2011 dan dilangsungkan di Vihara Buddhayana Surabaya dan dicatat di Dispenduk Capil pada 9 November 2011. n Dikirim dari iPhone saya Eksepsi Henry Gunawan Kandas, Sidang Pemalsuan Pernikahan Lanjut ke Pembuktian HUKUM SELASA, 15 OKTOBER 2019 , 16:53:00 WIB | LAPORAN: I KOMANG ARIES DARMAWAN Eksepsi Henry Gunawan Kandas, Sidang Pemalsuan Pernikahan Lanjut ke PembuktianHenry Jocosity Gunawan dan istrinya, Iuneke Anggraini/RMOLJatim RMOLJatim. Bos PT Gala Bumi Perkasa (GBP) Henry Jocosity Gunawan dan istrinya, Iuneke Anggraini hanya bisa terdiam di kursi pesakitan saat dalil-dalil eksepsinya ditolak majelis hakim. BERITA TERKAIT Eksepsi Ditolak, Jaksa Borgol Henry J Gunawan dan Istri Didakwa Palsukan Pernikahan, Henry Gunawan dan Istri Malu Pakai Rompi Tahanan Kasus Henry Gunawan Diduga Serobot Tanah Puskopkar Disidangkan Minggu Depan Diketahui, majelis hakim yang diketuai Dwi Purwadi menolak semua dalil eksepsi kedua terdakwa atas kasus pemalsuan keterangan pernikahan ke akta otentik yang dilaporkan oleh PT Graha Nandi Sampoerna (GNS). "Mengadili, menyatakan keberatan penasehat hukum para terdakwa tidak dapat diterima dan memerintahkan Penuntut Umum melanjutkan pemeriksaan perkara nomor 2656/Pid.B/2019/PN.Surabaya atas nama para terdakwa tersebut diatas dan menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir," ucap Hakim Dwi Purwadi dikutip Kantor Berita RMOLJatim saat membacakan amar putusan selanya di ruang sidang garuda 1, Selasa (15/10). Dalam amar putusan selanya, hakim tidak sependapat dengan dalil tim penasehat hukum para terdakwa yang menyebut surat dakwaan cacat prosedur. Hakim menilai, keberatan tersebut bukanlah kewenangannya untuk menilai, melainkan menjadi kewenangan internal kejaksaan. "Maka seharusnya diajukan di forum pengawasan internal kejaksaan sendiri," terang Dwi Purwadi. Sementara keberatan tim penasehat hukum terkait error in prosedur penyidikan, masih kata hakim Dwi Purwadi, hendaknya diajukan melalui forum praperadilan dan tidak dapat dijadikan alasan majelis hakim untuk menolak surat dakwaan penuntut umum. "Sedangkan pemeriksaan pada perkara ini adalah untuk memeriksa apakah para terdakwa terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan," sambung Dwi Purwadi saat membacakan pertimbangan hukumnya. Tak hanya itu, majelis hakim juga menolak keberatan tim penasehat hukum yang menyoal surat dakwaan batal demi hukum karena disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap karena tidak memuat waktu dan tempat kejadian tindak pidana para terdakwa. "Majelis berpendapat surat dakwaan sudah menyebut waktu dan tempat kejadian perkara serta sudah memuat uraian yang seksama, teliti, terang dan lengkap tentang tindak pidana yang didakwakan. Dengan uraian bagaimana para terdakwa melakukan tindak pidana dan keadaaan keadaan yang melekat sebagaimana yang dilakukan para terdakwa," ungkapnya. Terpisah, Masbuhin selaku ketua tim penasehat hukum terdakwa Henry dan Iuneke mengaku akan siap menghadapi persidangan pembuktian perkara ini. "Pertimbangan putusan tadi akan kami gali lebih dalam lagi saat persidangan pokok perkara. Untuk efisiensi waktu, Maka saya lebih cenderung untuk menghadapi persidangan dalam persidangan pemeriksaan pokok perkara," kata Masbuhin usai persidangan. Persidangan pembuktian kasus ini akan kembali digelar pada Selasa, 5 November 2019 mendatang dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ali Prakoso. Untuk diketahui, dalam kasus ini Henry dan Iuneke didakwa melanggar Pasal 266 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Henry dan istrinya diadili setelah diketahui memberikan keterangan palsu ke dalam 2 akta otentik yakni perjanjian pengakuan hutang dan personal guarantee antara PT Graha Nandi Sampoerna sebagai pemberi hutang dan Henry Jocosity Gunawan sebagai penerima hutang sebesar Rp 17.325.000.000 (Tujuh Belas Miliar, Tiga Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah) di hadapan notaris Atika Ashiblie SH di Surabaya pada tanggal 6 juli 2010 dihadiri juga oleh Iuneke Anggraini. Dalam kedua akte tersebut Henry Jocosity Gunawan menyatakan mendapat persetujuan dari istrinya yang bernama Iuneke Anggraini, keduanya sebagai suami istri menjamin akan membayar hutang tersebut, bahkan Iuneke pun ikut bertanda tangan di hadapan notaris saat itu. Belakangan terungkap bahwa perkawinan antara Henry Jocosity Gunawan dengan Iuneke Anggraeni baru menikah pada tanggal 8 November 2011 dan dilangsungkan di Vihara Buddhayana Surabaya dan dicatat di dispenduk capil pada 9 November 2011.[aji]

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU