Selandia Baru Diboikot Turis China

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 20 Feb 2019 09:47 WIB

Selandia Baru Diboikot Turis China

SURABAYA PAGI - Media pemerintah China mengatakan sekarang turis asal negeri itu lebih sedikit mengunjungi Selandia Baru setelah keputusan melarang perusahaan telekomunikasi China Huawei beroperasi di sana tahun lalu. Hubungan wisata China-NZ China adalah mitra dagang terbesar Selandia Baru Beijing sebelumnya pernah menggunakan turis China sebagai alat diplomatik Namun China masih menempatkan Selandia Baru sebagai kawasan yang disetujui untuk dikunjungi. Turis China mulai mempertimbangkan rencana untuk tidak mengunjungi Selandia Baru sebagai bentuk "hukuman" setelah perusahaan HP Spartk dilarang menggunakan peralatan Huawei dalam penerapan teknologi 5G. Disebutkan juga bahwa hubungan politik kedua negara sekarang mengalami ketegangan. "Ini mirip seperti perampokan?", kata seorang pekerja di Beijing bernama Li yang menyebut diri sebagai "patriot". "Selandia Baru menikam kita dari belakang, namun masih mau uang kita? Ini sama seperti bermuka dua." Robert Ayson, Profesor kajian strategis di Victoria University of Wellington, mengatakan bahwa China sedang menunjukkan sikap mengenai pelarangan Huawei. Dia menggambarkan Huawei sebagai "wajah terdepan China dalam hal keunggulan di bidang teknologi informasi" sehingga menerima teknologi tersebut berarti menerima "kebangkitan teknologi China." China sduah merupakan pasar besar bagi turis yang mengunjungi Selandia Baru, dengan jumlah diperkirakan akan naik dua kali lipat di tahun 2023, dengan sekitar 913 ribu turis berkunjung setiap tahunnya. Minggu lalu, Beijing memutuskan menghentikan perjanjian kemitraan pariwisata yang diberi julukan "China-New Zealand Year of Tourism", yang diperkirakan akan menyumbang sekitar $AUD2,5 miiliar per tahun selama empat tahun. Kemitraan itu sudah dipersiapkan selama setahun, dan digambarkan sebagai kesempatan bagi kedua negara untuk "memperkuat hubungan ekonomi lewat pariwisata." Beijing sudah pernah menggunakan turis sebagai alat penghukum sebelumnya Beijing sebelumnya sudah pernah menggunakan turis sebagai alat penghukum ketika mereka melarang paket tur yang dijalankan negara guna mengunjungi Palau di Pasifik di tahun 2017, kemungkinan kalau negara tersebut memiliki hubungan dengan Taiwan. China juga melarang para turis mereka berkunjung ke Korea Selatan beberapa bulan sebelum Olimpiade Musim Dingin tahun 2018 karena penempatan sistem anti rudal yang didukung oleh Amerika Serikat. Kedua boikot memberi pengaruh besar bagi perekonomian kedua negara. China adalah mitra dagang terbesar Selandia Baru dan turis China adalah yang kedua terbesar setelah Australia. Dr Ayson mengatakan bahwa Beijing bisa melakukan lebih banyak lagi untuk menghukum Selandia Baru bila mereka menghendaki. "Pariwisata adalah sesuatu yang bisa dimulai dan dihentikan tanpa harus membuat hubungan menjadi buruk dalam jangka panjang." katanya. "Saya kira tekanan yang terlalu berlebihan akan menjadi kontra produktif bagi China dan saya kira Beiijing sadar dengan hal tersebut." Menurut Dr Ayson, walau Beijing sudah menunjukkan ketidaksenangannya tidak hanya lewat kata-kata namun China belum mengeluarkan Selandia Baru dari daftar negara dengan Status Destinasi Yang Disetujui (ADS), mungkin menunjukkan Beijing masih ingin melakukan hubungan diplomatik positif dengan Wellington. ADS sudah menjadi alat diplomatik bagi Beijing dan keputusan atas ADS ini bisa berdampak penting. Sebuah negara dengan status ADS akan memungkinkan agen perjalanan milik pemerintah China mengirim tur-tur resmi yang sangat mempengaruhi jumlah turis yang datang. "China mungkin berharap bahwa dalam kasus Selandia Baru tekanan yang dilakukan saat ini akan membuat Selandia Baru berpikir lagi mengenai apa yang sudah diperbuat." kata Dr Ayson. "Saya kira China tidak ingin sepenuhnya menghentikan hubungan dengan Australia dan Selandia Baru meski hubungan itu tidak sepositif seperti sebelumnya."

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU