Sejak Jaman Belanda, Sudah Menguasai Sektor Perdagangan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 20 Nov 2019 13:43 WIB

Sejak Jaman Belanda, Sudah Menguasai Sektor Perdagangan

Selain sengaja merantau untuk berdagang, orang Tionghoa juga mencoba untuk mencari pekerjaan. Mereka pada awalnya bekerja sebagai kuli kontrak, buruh, dan pekerja lepas di pertambangan. Karena tidak mengikutsertakan kaum perempuan, banyak kemudian terjadi perkawinan campuran antara pria Tionghoa dan wanita pribumi. Tim SurabayaPagi Citra etnis Tionghoa yang dikenal kuat dalam dunia usaha perdagangan dan ekonomi sudah ada sejak lama. Ketika masa penjajahan Belanda, urusan perdagangan 35,4 % dikuasai oleh etnis Tionghoa, melebihi yang dikuasai oleh kaum pribumi bahkan Eropa. Baca juga :FOTO: Double Tree Mencari Kandidat Hal ini sebenarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang tidak mengizinkan orang-oang Tionghoa untuk memiliki tanah, serta menjadi pegawai birokrasi pemerintah atau pegawai negeri. Sehingga orang-orang Tionghoa memfokuskan diri mereka menjadi pedagang, bidang usaha yang memang mereka diizinkan untuk itu. Mereka tidak bisa menjadi pemilik perkebunan atau pertanian karena tidak diizinkan memiliki tanah. Mereka juga tidak bisa menjadi pegawai negeri karena jabatan ini hanya diberikan kepada golongan Eropa dan bangsawan pribumi. Kamu mungkin pernah mendengar istilah Cina Totok dan Cina Peranakan. Istilah ini memang telah ada sejak zaman kolonialisme Belanda. Penjelasannya sederhana, yang dimaksud dengan Cina Totok adalah kelompok orang-orang yang lahir di negeri Cina kemudian datang serta menetap di Indonesia. Sementara itu, yang dimaksud dengan Cina peranakan adalah orang-orang keturunan Cina yang lahir di Indonesia. Beberapa dari Cina peranakan biasanya juga memiliki ibu yang merupakan warga pribumi. Migrasi besar-besaran orang-orang Tionghoa ke berbagai penjuru dunia dimulai ketika abad ke-15. Ketika itu, kondisi daratan Tiongkok tidak henti-hentinya diisi dengan peperangan karena pasang-surut pergantian dinasti. Ditambah lagi, ketika itu daratan Tiongkok juga kerap kali dilanda bencana alam. Hal ini menyebabkan warga warga Tionghoa memutuskan untuk nekat meninggalkan negara mereka meski hanya berbekal buntalan pakaian. Mereka bermigrasi ke berbagai benua mulai dari Asia, Afrika, Eropa, Amerika, hingga Australia. Di Califonia, Amerika Serikat, warga Tionghoa keberadaannya dibutuhkan untuk mengerjakan proyek pembangunan jalan kereta serta proyek-proyek pertambangan. Mereka menjadi pekerja yang disukai. Karena selain bisa dibayar murah, mereka juga merupakan pekerja yang patuh, penurut, juga rajin. Jangan merasa heran jika kini hampir di setiap negara dapat ditemukan kawasan pecinan. Hal ini memang karena warga Tionghoa telah berdiaspora ke berbagai penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, ada banyak lho kawasan pecinaan yang bisa kamu kunjungi sebagai objek wisata juga objek edukasi. Salah satunya di Surabaya. Di mana, kawasan Pecinan sudah menyebar di seluruh wilayah Surabaya. Dimulai dari Kembang Jepun dan kini merembet ke kawasan Surabaya Barat. Baca juga :Surabaya Nyaman bagi Semua Etnis

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU