RI Turut Rumuskan Perdamaian di Timur Tengah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 23 Jan 2018 23:48 WIB

RI Turut Rumuskan Perdamaian di Timur Tengah

Indonesia yang dianggap berperan dalam mewujudkan perdamaian di dunia khususnya di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, kehadiran Indonesia sebagai pembicara pada pertemuan tersebut sangat diharapkan sebagai bahan rujukan. DOHA, Ahmed Mustofa. Indonesia berkontribusi merumuskan konsep sustaining peace dengan menyampaikan pengalamannya dalam berbagai proses pemeliharaan perdamaian dan peace building guna mewujudkan perdamaian di berbagai kawasan termasuk di Timur Tengah. Demikian paparan yang disampaikan Wakil Tetap (Watap) RI di New York, Duta Besar Dian Triansyah Djani pada konferensi Regional Dialogue on Sustainaing Peace yang diadakan di Doha, Qatar pada tanggal 18-19 Januari 2018 lalu. Terkait hal tersebut, mantan Watap RI di Jenewa ini memaparkan kontribusi keberhasilan Indonesia dalam berperan mewujudkan dan menjaga perdamaian di berbagai kawasan di dunia. Disampaikan pula bahwa national ownership dan kemitraan dengan organisasi regional sangat penting bagi keberhasilan sustaining peace. Mantan Dirjen Amerika dan Eropa Kemlu ini juga menekankan pentingnya pengembangan regional architecture yang demokratis dan dapat mendukung culture of dialogue di kawasan seperti ASEAN. Konferensi yang berlangsung dua hari tersebut dibuka oleh Presiden United Nations General Assembly Miroslav Lajcak dan Menteri Negara Luar Negeri Qatar, Soltan bin Saad Al-Muraikhi. Pertemuan juga dihadiri oleh anggota PBB, badan PBB, komisi regional PBB, organisasi regional, masyarakat madani dan sektor swasta. Pertemuan ini merupakan forum penting guna merumuskan serta berbagi pengalaman dalam mewujudkan perdamaian serta tantangan yang dihadapi, khususnya pengalaman Indonesia dalam mewujudkan dan menjaga perdamaian di kawasan regional. Menurut Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi, konferensi ini berperan dalam merumuskan solusi bagi konflik di kawasan yang menyebabkan Qatar diisolasi oleh negara-negara kuartet yang dipimpin oleh Saudi Arabia. Menurut mantan anggota DPR ini, konflik antara Qatar dan negara tetangga ini merupakan krisis terpanjang dalam beberapa dasawarsa. Beberapa upaya mediasi telah dilakukan guna menyelesaikan konflik tersebut termasuk oleh organisasi regional Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang dipimpin Emir Kuwait, Sheikh Sabah al-Ahmad Al Sabah tidak berhasil menyelesaikan konflik. Saudi Arabia, pada Desember lalu bahkan menutup secara permanen perbatasan darat dengan Qatar dengan tembok. Menurut Koordinator Politik KBRI Doha, Boy Dharmawan, keberhasilan ASEAN menciptakan stabilitas dan kedamaian di kawasan kerap dijadikan rujukan sebagai lesson learned oleh akademisi dan para pemangku kepentingan di kawasan jika membahas keberhasilan sebuah organisasi regional. 05

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU