Home / Pilgub2018 : Cawagub Saifullah Yusuf yang Dikenal tak Tahu Wila

Puti Soekarno, Mojang Priangan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 11 Jan 2018 00:09 WIB

Puti Soekarno, Mojang Priangan

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Keterpilihan Puti Guntur Soekarno, untuk mengisi kekosongan cawagub Gus Ipul, pasca ditinggal Azwar Anas, memicu polemik di antara pengamat, akademisi dan calon pemilih. Berbeda dengan kader-kader banteng moncong putih. Dengan membawa nama besar Soekarno, Puti Guntur, si Mojang Priangan, ditarget bisa menyasar pemilih nasionalis. Menurut beberapa pengamat, meski Gus Ipul dan Puti memiliki kekuatan kursi parlemen 58 kursi, belum tentu keduanya bisa menang melawan Khofifah-Emil Dardak pada saat coblosan Juni mendatang. Pasalnya, Puti Guntur dinilai memiliki sejumlah kelemahan, meski ia memiliki nama besar kakeknya, Ir Soekarno sang Proklamator RI. Saat pendaftaran di KPU, Rabu (10/1/2018) malam) Balon (Bakal calon) Gus Ipul-Puti Guntur didukung PKB (20 kursi), PDI-P (19 kursi), PKS (6 kursi), dan Gerindra (13 kursi). Total kekuatan kursi Gus Ipul di parlemen 58 kursi. Sedang pasangan Khofifah - Emil disokong oleh Partai Demokrat (13 kursi), Golkar (11 kursi), Nasdem (4 kursi), PPP (5 kursi), Hanura (2 kursi), dan PAN (7 kursi). Total kekuatan kursi parlemen sebanyak 42 kursi. Mempertanyakan Puti Dekan Fisib Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam mempertanyakan keputusan final PDIP yang menunjuk Puti Guntur Soekarno sebagai Cawagub bagi Gus Ipul. Pasalnya, Rokim menganggap rekam jejak Puti selama ini belum banyak terekspose di Jawa Timur. "Saya hendak menanyakan dengan dipilihnya Puti sebagai pasangan Gus Ipul, apa membawa pengaruh terhadap peta pemilih di Jatim? Juga apa untungnya buat Gus Ipul?" cetus Rokim kepada Surabaya Pagi, Rabu (10/1). "Ya sebenarnya itu pilihan berisiko (memilih Puti Guntur Soekarno) karena kiprah dan kerja nyata belum banyak diketahui masyarakat Jatim. Kalau representasi nasionalis untuk struktural partai bisa lah. Tapi kalau untuk battle pemilih liar butuh usaha keras," lanjutnya. Kiprah Tokoh Menurut pria yang juga peneliti senior SSC, berdasarkan hasil penelitiannya, masyarakat Jatim masih menganggap kiprah tokoh menjadi alasan untuk menentukan pilihan. "Selain itu juga ada bukti kerja atau rekam jejak. Dari indikator itu Puti masih belum banyak terbaca publik pemilih Jatim," jelasnya. "Tracking soal prestasi publik mbak puti juga masih minim diketahui publik. Dari sisi itu memberatkan," tambah Rokim. Trah Soekarno Meskipun demikian, status Puti yang masih memiliki trah Soekarno dipandang Rokim menjadi nilai lebih tersendiri. "Dari sisi gen beliau (Puti Guntur, trf) mendapat keuntungan. Karena gen biologis cucu dari Proklamator itu masih sangat kuat dan berpengaruh di rural area. Tinggal dalam waktu yang minim apa bisa optimal menunjukkan semua itu dalam tipologi pemilih Jatim yang beragam?" ungkapnya. "Pengujiannya ya kita lihat uji publik beliau bagaimana setelah ditetapkan sebagai calon? Kalau excellent ya masih ada harapan untuk menambah kekuatan Gus Ipul. Tapi, kalau biasa saja ya tidak akan signifikan menambah kekuatan Gus Ipul. Mbak Puti ini masih belum banyak diketahui publik dan itu butuh usaha ekstra dalam waktu yang mepet. Sekali lagi, ini pilihan berisiko dan butuh pembuktian ekstra," tandas Rokim. Mesin Politik Pengamat politik asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Novri Susan, punya pandangan lain. Menurutnya, dipilihnya Puti Guntur Soekarno sebagai pasangan Gus Ipul di Pilgub Jatim 2018, merupakan kombinasi ideal dari kepemimpinan politik. Pemilih Jatim secara umum menilai bahwa kombinasi tersebut ideal, yaitu dari sisi gender (laki-laki dan perempuan) dan dari sisi representasi sosial (religius-nasionalis), ujarnya ketika dikonfirmasi terpisah, kemarin (10/1). Menurut dia, kehadiran Puti sebagai Cawagub Jatim memberikan peluang pada pandangan umum masyarakat tentang peran perempuan dalam politik. Berbasis Nasionalis Konstituen perempuan Jatim, kata dia, berbasis nasionalis tentu cenderung memilih Puti yang juga cucu Presiden pertama RI, Soekarno. Namun, yang perlu diingat adalah konsep program, mesin politik dan strategi kampanye karena hal itu menjadi salah satu kunci penting, tandas dosen FISIP bergelar doktor tersebut. Masyarakat Perkotaan Sementara itu, bergabungnya dua partai politik, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra menjadi kekuatan penting bagi pasangan Gus Ipul-Puti. Kedua partai ini, lanjut dia, memiliki basis massa di masyarakat perkotaan, sehingga memberi peluang lebih besar pada Gus Ipul-Puti di Pilgub yang digelar 27 Juni 2018. Jadi, keputusan PDIP mengusung Puti Guntur Soekarno sebagai pendamping Gus Ipul cukup mengejutkan. Pasalnya, nama Puti masih asing di telinga masyarakat Jatim. Berpacu dengan Waktu Pribadi Kusman, pengamat politik Unair lainnya mengungkapkan hal senada. Menurutnya, PDIP harus berpacu dengan waktu. Puti bisa disebut nama yang paling memungkinkan untuk diusung. "Nama besar Soekarno sangat berpengaruh. Itu yang jadi kekuatan PDIP di Jatim," terang dia. Nama Soekarno sangat menggaung di wilayah Mataraman (Madiun dan sekitarnya) dan Arek (Surabaya dan sekitarnya). Ini yang menjadi modal bagi Puti. Di dua wilayah itu, basis suara sangat besar untuk diperebutkan. Selain itu, Airlangga menyebutkan Puti punya banyak jam terbang di dunia politik. Dia sudah dua periode menjadi anggota DPR RI. Namun di mata Airlangga, Puti juga punya kelemahan. "Ya, memang Puti tidak begitu mengenal teritorial Jatim. Dia kan lebih banyak di Jabar. Ini yang membedakannya dengan cawagub sebelumnya (Abdullah Azwar Anas, red)," beber dia. Head to head dengan Emil Pekerjaan rumah itu yang harus segera diselesaikan. Sebab jika dihitung head to head dengan sesama bacawagub, yakni Emil Dardak, Puti masih kalah. Terutama menggaet suara generasi milenial. Popularitas Emil di kalangan milenial sudah bagus," lanjut Airlangga. Perebutan suara di kawasan Mataraman diprediksi lebih seru. Puti punya modal nama Soekarno. Sedangkan Emil sudah dikenal sebagai Bupati Trenggalek. "Pertarungan antar-cawagub ini tetap ramai," cetus dia. Diantar Loyalis Soekarno Jelang menit pendaftaran ditutup, Rabu 10/1/2017, atau tepat pukul 21.00 Pasangan calon gubernur Saifullah (Gus Ipul) Yusuf dan Puti Pramathana Puspa Seruni Paundriana Guntur Soekarnoputri alias Puti Guntur akhirnya datang ke KPU Jawa Timur. Pasangan yang disingkat GusTi ini datang diantar sejumlah loyalis Soekarno dan kader-kader PDI-Perjuangan. Sekitar seribuan pendukung pasangan GusTi ini long march dari kantor DPD PDI-P Jatim Jl Kendagsari menuju kantor KPU Jatim di Jl Raya Tenggilis Surabaya yang jaraknya sekitar 1 kilometer. Di lokasi pendaftaran, para pendukung dari PDI-P berkumpul bersama massa PKB, Gerindra dan PKS. Menariknya, dari sejumlah pendukung yang ikut mengantarkan pasangan ini, terlihat sejumlah senior-senior PDI Perjuangan dan PDI kubu Soerjadi. Bahkan sejumlah loyalis Soekarno yang dikenal dengan kelompok Marhaen Jawa Timur tampak ikut hadir. Ada semangat yang membara ketika cucu Bung Karno maju di Jawa Timur, trah Soekarno tentu masih sangat kuat di Jawa Timur ini, yakin Soepomo, sesepuh PDI-P disela pendaftaran semalam. Senada, Ketua DPD PDI-P Jatim Kusnadi mengatakan, dinamika yang ada tetap membuat calon yang didukung partainya solid. Terbukti, pada malam hari jelang penutupan, pihaknya bisa mendaftarkan pasangan calon gubernur wakil gubernur bersama PKB, Gerindra danPKS untuk pilkada 2018. Kusnadi menilai, pasangan GusTi ini adalah simbolisasi yang mewakili kultur masyarakat Jawa Timur yang religius dan nasionalis. Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak memenangkan pasangan Gus Ipul Mbak Puti, tegas Kusnadi tadi malam. n rko/ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU