Home / Pilpres 2019 : Surat Terbuka untuk Capres Jokowi-Prabowo, Peserta

Politisi Perempuan Milenial Sekarang, tak Bisa Diremehkan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 30 Okt 2018 21:22 WIB

Politisi Perempuan Milenial Sekarang, tak Bisa Diremehkan

Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Jujur, saya sempat terkesima menyaksikan penampilan politisi-politisi perempuan milenial di layar TV berita, Metro TV, TV One dan Kompas TV. Mereka antara lain Tsamara Amany dan Grace Natalia. Satunya mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina dan satunya aktivis wartawan. Dua-duanya menjadi Ketua Umum dan Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sejauh ini, saya tak pernah menyaksikan politisi perempuan generasi milenial diluar Tsamara dan Grace. Partai Politik lain, tidak menampilkan politisi perempuan yang intelektual seperti Tsamara dan Grace. Setelah Politisi perempuan yang pernah malang melintang di gedung parlemen yaitu Khofifah Indar Parawansa, Rieke Diah Pitaloka, dan Rita Widyasari, tak ada lagi yang benar-benar aktivis. Data yang saya peroleh dari KPU, umumnya politisi perempuan yang melenial datang dari artis, bukan aktivis, jurnalis atau mahasiswi. Ada politisi perempuan yang kritis tetapi bukan berusia milenial. Dia adalah Siane Indriani, mantan wartawati Surabaya Post dan seorang guru. Politisi perempuan yang terdaftar di KPU untuk maju dalam pileg 2019 antara lain mantan penyanyi cilik, Tina Toon. Dia maju mencalonkan diri untuk menjadi caleg lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Selain Tina Toon, PDIP juga mengusung artis Krisdayanti, Ian Kasela, Jeffry Waworuntu, Harvey Malaiholo, Lita Zein, Kirana Larasanti, Chicha Koeswoyo, Iis, Sugianto, dan Angel Karamoy Ada penyanyi sekaligus bintang film Nafa Urbach yang memilih Parta Nasional Demokrat (Nasdem). Ada penyanyi Vicky Shu juga maju menjadi caleg lewat Partai Nasdem. Juga ada artis Dina Lorenza dan Jane Shalimar di Demokrat. Praktis artis muda, bukan milenial yang maju Pileg 2019 misal dari partai Nasdem terdiri dari Syahrul Gunawan, Nurul Qomar, Diana Sastra, Krisna Mukti, Lucky Hakim, Olla Ramlan, Farhan, Conny Dio, Della Puspita, Mandra, Tessa Kaunang, Krisna Mukti, Okky Asokawati, Manohara, Aldy Fayruz, Lucky Perdana, Krisna Mukti, Cut Meyriska, Jonathan Frizzi, Bertrand Antolin, Annisa Bahar, Nafa Urbach, Vicky Shu, Kristina Iswandari, dan Adly Fairuz. Sedangkan artis yang diusung PKB adalah Tommy Kurniawan, Herman gitaris Seventeen, Ivan vokalis Seventeen, Saleh Said Bajuri, Sundari Sukoco, Arzeti Bilbina, dan Zora Vidyanata . Lalu Partai Berkarya-nya Tommy Soeharto merekrut artis muda Raslina Rasidin, Donny Kusuma, Annisa Trihapsari, dan Sultan Djorghi. Sementara di Partai Gerindra, tercatat Ahmad Dhani. Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Data yang saya peroleh dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), terdapat jumlah pemilih milenial mencapai 70 juta80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Artinya, sekitar 3540 persen memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu dan menentukan siapa pemimpin pada masa mendatang. Jujur, saya tidak tahu kualitas kepemimpinan dan kemampuan tentang kebangsaan artis yang mencalegkan diri saat ini. Berbeda dengan Politisi perempuan seperti Khofifah Indar Parawansa, Rieke Diah Pitaloka, dan Rita Widyasari. Khofifah terlahir sebagai, misalnya sejak muda (mahasiswa) sudah dikenal sebagai aktivis. Sementara Rieke, meski mencuat sebai aktris, tetapi penguasaan terhadap masalah kebangsaan tidak diragukan. Sedang Rita Widyasari, masuk di dunia politik karena berlatar belakang keturunan. Saya mencatat baik Tsamara maupun Grace, tidak mewakili artis yang hanya menampilkan paras ayu, seperti dalam pileg 2004, 2009 dan 2014. Ada seorang peneliti dari Universitas PGRI Semarang menyatakan pada umumnya politikus perempuan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan maskulin yaitu kekuasaan. Peneliti ini menyatakan, politisi seperti Khofifah yang meski menjadi Menteri dan kini terpilih sebagai Gubernur terpilih Provinsi Jawa Timur, diprediksi akan lebih menarik perhatian publik. Pertanyaannya, apakah Tsamara dan Grace yang kritis, bisa bertahan sebagai politi penjaga moral? Terutama dikaitkan adanya sistem politik yang tak bisa mengabaikan modal ekonomi?. Menyimak pemikiran Tsamara dan Grace melalui TV-TV berita, akal sehat saya memprediksi politisi generasi milenial seperti Tsamara dan Grace, dapat berperan besar untuk membangun bangsa. Akal sehat saya mengatakan ini karena cara berpikir generasi milenial lebih luas dibanding orang-orang di masanya dulu. Saya bahkan optimistis, bila dua perempuan milenial ini tidak tersandung kasus korupsi seperti Angelina Sondakh, mantan Putri Indonesia, keduanya bisa membuat suatu gerakan berarti untuk bangsa Indonesia. Tsamara dan Grace, berbeda dengan artis-artis cantik yang terjun sebagai politisi dadakan untuk duduk menjadi anggota legislatif. Artis-artis ini wajahnya memang ayu dan bisa memukau para pemilih pemula dan manula, tetapi untuk intelektual dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, saya tak berani menjamin. Apalagi berpikir lebih makro yaitu memperjuangkan keadilan dan kemakmuran seperti yang diperjuangkan oleh Anda Capres Prabowo. Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Akal sehat saya berani mengatakan hadirnya sosok politisi perempuan sekelas Tsamara dan Grace bisa membawa kecenderungan baru dalam konteks politik kekinian. Meski saya pria, tetapi saya berani mengatakan yang jujur bahwa menyimak cara berpikir Tsamara dan Grace, saya optimistis keduanya bisa memperlakukan kaumnya secara proporsional melawan kesewenang-wenangan politisi korup. Kecenderungan ini yang menurut akal sehat saya, bisa berimplikasi pada terstimulusnya kaum perempuan bersaing dengan kaum laki-laki untuk menjadi pemimpin. Memperhatikan pemikiran, gesture dan argumentasi-argumentasinya dalam dialog publik di sejumlah TV berita, saya optimistis politisi perempuan sekelas Tsamara dan Grace, bisa memberi sentuhan kelembutan. Sentuhan agar dalam kehidupan politik, meski berbeda pendapat, arusnya atau suasananya bisa menjadi damai dan santun. Perempuan seintelektual Tsamara maupun Grace tak perlu membikin geger, seperti Ratna Sarumpeat dan Neno Warisman. Ratna, bikin kehebohan karena berita hoaksnya dan Neno Warisman, karena aktivitas dalam deklarasi ganti presiden. Berbeda dengan artis-artis cantik terjun sebagai politisi dadakan. Dalam tataran pencobolosan, bisa terjadi karena wajah cantiknya bisa saja memukau pemilih pemula dan manula. Akal sehat saya memprediksi bila artis cantik itu terpilih menjadi anggota parlemen berbarengan dengan politisi perempuan milenial sekelas Tsamara dan Grace, kemauan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, bisa berbeda. Terutama cara membela rakyat yang membutuhkan pembelaan. Hal yang mesti dipikirkan caleg artis tanpa kemampuan intelektual yang memadai, akal sehat saya mengatakan mereka akan terpinggirkan. Apalagi pemilih milenial berjumlah di kisaran 30-40% dari 193 juta pemilih. Maklum, rakyat milenial selalu butuh alternatif baru. Mereka bisa menerima kuota 30% perempuan. Tetapi bila kualitas wakil rakyat tahun 2019 sebagai pengganti politisi perempuan tua yang korup, pemilih milenial bisa melakukan aksi-aksi protes. Akal sehat saya berbisik, Tsamara dan Grace bisa mengadopsi Macron (39) menjadi Presiden termuda Prancis dalam sejarah. Atau Sebastian Kurtz (31) yang disebut sebagai pemimpin dunia termuda, atau mungkin Nathan Law (23) pada usianya yang begitu muda. Nathan ternyata mampu mengantongi 50 ribu suara dan menjadi anggota parlemen Hong Kong. Saya melihat kehadiran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah fenomena baru yang bisa menaikan generasi milenial terjun di dunia politik melawan generasi tua yang tidak menyadari ketidak pekaannya terhadap kebutuhan anak milenial. Menariknya, saya mendapat info bahwa 70% pengurus PSI berusia di bawah 33 tahun. Tak keliru bila dalam beberapa kegiatan, PSI menampilkan sosok partainya milenial. Sekiranya, capaian suara caleg-caleg dari PSI signifikan, akan menunjukkan tren politik milenial di Indonesia membaik. Artinya ada kesadaran politik milenial yang tidak bisa diremehkan. Tak salah bila Daniel Wittenberg pada 2013 menulis artikel di The Guardian mengenai anak muda dan politik. Wittenberg menceritakan bagaimana ia dan anak muda lainnya tertarik dengan isu-isu yang berkaitan dengan masa depannya seperti akses pendidikan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan, dan rumah murah.Bahkan Wittenberg dengan tegas menyatakan bahwa sesungguhnya anak muda tertarik dengan politik, tapi tak pernah diberi kesempatan dalam politik. Akal sehat saya mengatakan, pikiran Daniel ini bisa menular ke Indonesia, era Tsmara dan Grace dan beberapa tahun ke depan. Akal sehat saya memprediksi sekiranya Grace dan anggota PSI dapat menjaga moral politik perjuangannya, iklim politik dalam pileg dan pilpres 2019 bisa kini lebih bersahabat kepada politisi muda yang idealis. Maklum, dari 196 juta pemilik suara, sekitar 100 juta pemilih adalah kaum muda. Bayangan imaginasi saya, seratus juta pemilih memungkinkan memiliki alam pikir yang sama dengan politisi milenial. Maka itu, politisi tua atau senior, jangan mengabaikan eksistensi politisi perempuan sekelas Tsmara dan Grace. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU