Politik Pecel Pincuk Ala Pakde Karwo

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 31 Jan 2018 03:47 WIB

Politik Pecel Pincuk Ala Pakde Karwo

Adegan natural antara Pakde Karwo, Gubernur Jawa Timur dua periode makan pecel pincuk bareng Khofifah Indar Parawansa langsung menjadi trending topic di dunia maya. Pertemuan gayeng antara mantan rival pilgub Jatim 2008 dan 2013 antara Pakde Karwo dan Khofifah di kantor DPD Partai Demokrat, Selasa 30 Januari 2018 itu menunjukkan bahwa perseteruan politik itu bisa diselesaikan dengan cara sederhana. ----------- Politik, dalam Bahasa Indonesia artinya juga pas dengan makna tersirat dari Politik Pecel Pincuk Ala Pakde Karwo itu. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh untuk mewujudkan kebaikan bersama (sumber : teori klasik Aristoteles). Sedangkan Pecel, merupakan sebuah suguhan makanan andalan khas Jawa Timur. Khususnya di hampir semua pelosok wilayah Mataraman seperti Madiun, Ponorogo, Kediri, Nganjuk dan sekitarnya. Pecel juga jadi makanan favorit di kota Surabaya, Sidoarjo, Malang. Pecel sendiri, tidak sekedar makanan biasa. Lihat saja isinya, ada Sayur, kecambah (tauge), bayam, kembang turi, kacang panjang, peyek kacang dan bumbu kacang yang sangat sedap. Cocok buat lidah siapapun warga Jawa Timur yang hidup di 38 kabupaten/kota. Di dalam Nasi Pecel Pincuk, bisa menggambarkan keanekaragaman dan sejumlah perbedaan. Ini terjadi juga antara Pakde Karwo dengan Khofifah yang telah terjadi dalam kurun waktu politik 10 tahun lalu. Alhamdulillah, berkat nasi pecel pincuk itu, keduanya kini berjalan beriringan bahkan saling mensupport. Pakde Karwo pun dengan lantang, dan tegas, siap memenangkan Khofifah. Sikap totalitas ini mirip Pecel Pincuk, ketika sayur dan bumbu pecel bersatu diatas nasi putih, rasanya total. Pedes-Pedes sedap! Dari filosofi pecel pincuk itu, terlihat dengan nyata bahwa, perbedaan demi perbedaan yang kerap terjadi di masa lalu, kini melebur jadi dalam tujuan yang sama. Yakni tujuan memuliakan Jawa Timur yang hijau dan damai. Jawa Timur juga pas dengan simbol warna hijau yang menjadi warna sayur maupun bungkus pincuk dari godong gedhang (daun pisang). Bagi Pakde Karwo yang selama ini dikenal sebagai figur merakyat dan penjaga budaya-budaya Jawa, politik pecel pincuk adalah politik kelas tinggi. Bagaimana tidak. Semua orang tahu, sebenarnya pusat dari Pecel Pincuk yang paling nyusss di Jawa Timur ada di Madiun, kota kelahiran Pakde Karwo. Jika kita bertandang ke Madiun, baik di kota maupun di Kabupaten, kita akan menemukan deretan penjual nasi Pecel Pincuk di setiap sudut kota Gadis itu. Ada Pecel Yu Gembrot di Jalan Imam Bonjol, Nasi Pecel 99 di Jl Cokroaminoto, Ada Pecel Mbak Bu Mandung, Pecel Bu Sri Tanjung dan sebagainya. Bahkan di Surabaya, Pakde Karwo juga langganan makan nasi pecel pincuk. Salah satunya Pecel Boeyatin Ponorogo di Jalan Ketabang Kali Surabaya. Saya melihat, Pakde Karwo sengaja menyuguhkan menu Pecel Pincuk sebagai santapan ketika bertemu Bu Khofifah di markas besar Partai Demokrat Jawa Timur. Hal ini mengandung arti yang amat sangat mendalam. Filosofi yang bisa diambil dari politik pecel pincuk adalah keberagaman, kebersamaan, kekeluargaan dan kemenangan bersama. Politik Pecel Pincuk ala Pakde Karwo juga mengandung makna tentang pesan kehidupan sederhana yang merakyat. Hal itu sesuai dengan platform Pakde Karwo selama ini yang dikenal menggunakan prinsip sosialis praktis dalam program-programnya. Dimana kita mengenal program APBD untuk rakyat melalui program bantuan untuk stimulan untuk menghidupkan ekonomi di lapisan bawah di provinsi Jawa Timur. Khususnya menggerakkan ekonomi di tingkat pedesaan yang sudah sangat terasa hasilnya beberapa tahun ini melalui program koperasi wanita, bantuan UMKM dan bantuan untuk kelompok pondok pesantren melalui Jalinkesra dan Jalimantra. Ekonomi pun bergerak dari lapisan paling bawah kelompok masyarakat di Jawa Timur. Gabungan pemikiran Antonio Gramci (jurnalis yang juga tokoh Sosialis asal Italia) yang kental dengan teori hegemoni kerakyatan digabungkan transformasi pemikiran pembangunan ekonomi ala Lee Kuan Yew (mantan Presiden Singapura) sangat terlihat dari cara Pakde Karwo bekerja selama ini. Wajar jika kemudian semenjak dipimpin Pakde Karwo dengan konsep Soekarwonomics nya muncul orang kaya baru. Yang bisa disaksikan dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diatas nasional. Contohnya, adalah semakin warga Jawa timur baik itu di desa maupun di pelosok gunung yang kini mampu membeli sepeda motor bahkan mobil. Bahkan di kota-kota seperti Surabaya, Malang, Madiun dan Jember populasi penjualan sepeda motor pun meningkat drastis. Saya masih ingat pada tahun ketiga Pakde Karwo menjadi Gubernur Jatim, tepatnya saat hari Koperasi di Situbondo 2012, Pakde Karwo mengatakan, Mohon maaf kepada pemilik mobil, kalau sekarang diserempet sepeda motor, saya mohon maaf. Karena itu adalah hasil dari naik kelasnya wong cilik di Jawa Timur dari tidak punya motor, sekarang satu rumah punya satu motor. Itulah salah satu bukti keberhasilan pembangunan ekonomi di Jawa Timur selama dipimpin Pakde Karwo hasil dari sebuah kesederhanaan yang bisa dinikmati secara luas. Bahkan beberapa kali Presiden Joko Widodo kerap nyontek konsep ekonomi Pakde Karwo ini. Filosofi itu rupanya juga ditangkap seorang Khofifah Indar Parawansa. Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan era Presiden Gus Dur dan Mantan Menteri Sosial era Presiden Jokowi-JK (2014-2018) ini langsung menangkap pesan Politik Pecel Pincuk ala Pakde Karwo. Arek asli Jemur Wonosari Surabaya itu ternyata doyan juga dengan menu Pecel. Bahkan salah satu varian sayur di menu Pecel Pincuk, yakni Bunga Turi plus lauk Dadar Jagung adalah favorit Khofifah sejak zaman jadi aktivis di PMII Unair. Sambil menyantap pecel pincuk, Khofifah saat bertemu Pakde Karwo mengatakan, siap melanjutkan program-program Pakde Karwo selama menjadi Gubernur Jawa Timur 2009-2019. Klop!! (*)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU