Pintu Air Jagir, Bendungan Warisan Belanda

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 18 Jan 2018 15:03 WIB

Pintu Air Jagir, Bendungan Warisan Belanda

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Masa lalu proses kemerdekaan Bangsa Indonesia dilalui dengan berat yakni berada di bawah penjajahan Belanda dan Jepang. Namun tidak semuanya penjajahan meninggalkan hal-hal buruk saja. Secara tidak langsung, apa yang dilakukan penjajah kala itu juga bermanfaat bagi bangsa ini. Walaupun pada dasarnya pekerja yang digunakan adalah bangsa kita sendiri dengan jalan kerja paksa (18/1/2018). Salah satu peninggalan penjajah yang masih berguna hingga saat ini adalah Pintu Air Jagir yang digunakan sejak tahun 1920-an. Bangunan ini terletak di Kecamatan Jagir, tepatnya diantara Jalan Jagir dan Wonokromo. Walaupun dibangun pada masa penjajahan Belanda namun keberadaan bendungan atau pintu air Jagir ini masih terpelihara dan berfungsi dengan baik. Bagi warga Kota Surabaya, keberadaan Pintu Air Jagir memiliki makna tersendiri. Selain dikenal dengan simbol cagar budaya, bangunan peninggalan Belanda ini juga memberikan manfaat yang sangat luar biasa. Karena Pintu Air Jagir yang kini dikelola Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Surabaya berperan besar dalam mengatur debit air yang masuk ke Surabaya. Termasuk juga menjaga jumlah stock air PDAM. Pintu Air Jagir dibangun pada saat pemerintahan Kolonial Belanda tahun 1917. Sejak awal berdiri bangunan ini difungsikan untuk mengantisipasi banjir. Seiring berjalannya waktu, setelah terjadi pemindahan kekuasaan beserta asetnya, bangunan ini juga jadi milik bangsa Indonesia. Pihak PDAM Surya Sembada sebagai operator, tidak mau ketinggalan untuk mengikuti event Sparking Surabaya yang diperuntukkan sebagai semangat pariwisata kota. Kini, Pintu Air Jagir diberi hiasan lampu-lampu cantik yang pada saat malam, menampakkan warna-warni bangunan yang mempesona. Dibalik gaya arsitektur bangunan yang bersahaja ini ada sebuah kisah sejarah dimasa silam. Para sejarahwan berpendapat ketika pasukan Tar-Tar yakni bala tentara Raja Kubilai Khan dari Kerajaan Mongolia hendak menyerang Kediri. Di dekat pintu air inilah puluhan kapal perang dari tentara Tar-Tar berlabuh sebelum menggempur Kerajaan Kediri. Sejarah mencatat, Pintu Air Jagir merupakan titik pertempuran antara pasukan Mongol yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menyerang kerajaan Kediri yang dipimpin raja Jayakatwang. Tepat di pintu air ini, tentara Tar-Tar dihancurkan oleh pasukan Raden Wijaya sepulang menyerang kerajaan Raja Jayakatwang. Pintu Air Jagir ditandai sebagai cagar budaya (tempat bersauhnya tentara Mongol yang akan menyerbu Kediri pada tahun 1293). Penyerangan itu dipicu lantaran dendam Raja Kubilai Khan terhadap Raja Kertanegara. Namun, raja terakhir kerajaan Singosari itu sudah tewas sebelumnya oleh Jayakatwang. Melihat kondisi tersebut, Raden Wijaya memanfaatkan pasukan Mongol untuk menjatuhkan Jayakatwang. Raden Wijaya mengatakan kepada pasukan yang dipimpin oleh Ike Mese bahwa meninggalnya sang Raja Kertanegara akhirnya bisa membuat Jayakatwang di angkat menjadi raja Singosari. Jayakatwang yang mengetahui hal itu, segera mengirim pasukan Kediri untuk menghancurkan mereka, namun justru pasukan itu berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Gabungan pasukan Mongol, Majapahit, dan Madura bergerak menyerang Kediri. Jayakatwang akhirnya menyerah kemudian ditawan dalam kapal Mongol. Setelah itu Raden Wijaya meminta izin untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya. Sesampainya disana, Raden wijaya membunuh prajurit Mongol yang mengawalnya. Dia kemudian memimpin serangan alik ke arah Kediri, dimana pasukan Mongol sedang merayakan kemenangan. Serangan mendadak itulah yang membuat Ike Mese kehilangan banyak prajurit. Dan akhirnya terpaksa menarik mundur pasukannya meninggalkan Jawa. Pada tahun 1912, pemerintah Belanda membangun lokasi tersebut sebagai Pintu Air Jagir. Pembangunannya dikerjakan oleh seorang arsitek Belanda. Dan hingga kini masih berfungsi untuk mengatur debit air sungai. Keberadaan Pintu Air Jagir ini menjadi berkah bagi masyarakat. Kawasan di sekitar sungai sering dimanfaatkan pengunjung untuk memancing. Peluang ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mendirikan toko peralatan memancing. Saat ini Bendungan Jagir itu perlu sedikit perawatan, pasalnya terdapat banyak sampah bawaan dari sungai. Di ruang jembatan tersebut juga kini ditempati oleh oleh seseorang yang mengaku pendatang.byob

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU