Pilwali Surabaya, Machfud Arifin vs Eri Cahyadi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 20 Jan 2020 00:06 WIB

Pilwali Surabaya, Machfud Arifin vs Eri Cahyadi

Korupsi Jembatan Brawijaya Kediri yang Pakai Dana APBD hingga Rp 66 Miliar. Polda Jatim pun Konfrontir Mantan Wali Kota Kediri Periode 2009-2014 itu dengan Ayong dan Punggowo, bos PT SGS yang Menjadi Rekanan SURABAYA PAGI, Surabaya Aksi dukungan terhadap bakal calon walikota (Bacawali) pada Pemilihan Walikota (Pilwali) Surabaya 2020, sudah terasa seperti kampanye. Padahal, masa pendaftaran ke KPU saja belum dimulai. Setidaknya ini terlihat dari aksi yang digelar ribuan warga Tionghoa yang memberikan dukungan kepada mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (purn) Machfud Arifin, Minggu (19/1/2019). Pada saat yang sama, Relawan Risma (Walikota Tri Rismaharini) mendeklarasikan dukungan untuk Eri Cahyadi. Akankah Machfud Arifin akan benar-benar head to head dengan Eri Cahyadi di Pilwali Surabaya 2020? ---------- Dukungan terhadap Machfud Arifin itu dilakukan warga Tionghoa yang tergabung dalam Yayasan Warisan Kasih Surabaya. dalam acara kegiatan berbagi kepada masyarakat Tionghoa, Minggu (19/1) kemarin. Sebelumnya mantan Ketua TKD Jokowi-Maruf Jatim pada Pilpres 2019 lalu, mendapat dukungan dari sejumlah parpol seperti PKB dan Gerindra. Bahkan, PAN sudah mengeluarkan surat rekomendasi kepada Machfud Arifin. "Kami warga Tionghoa di Surabaya berharap Bapak Machfud bisa menggantikan Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya mendatang," kata Ketua Yayasan Warisan Kasih, Erlin Sanjaya. Menurutnya, sosok Machfud Arifin merupakan sosok pemimpin yang diidamankan dan diinginkan oleh masyarakat Surabaya ke depan. Karena kami peduli dengan kota kami Surabaya, untuk itu ribuan mendukung Tionghoa di surabaya meminta bapak Machfud menjadi walikota surabaya, tegasnya. Kata Erlin, kepemimpinan Machfud Arifin ini sudah teruji saat memimpin Polda Jatim. Ia yakin Machfud Arifin ini mampu membawa perubahan untuk Surabaya menjadi lebih maju dan lebih baik. Kami sudah melihat keberhasilan bapak Machfud saat menjadi pimpinan di Polda Jatim, banyak prestasi yang beliau capai, untuk itu kita masyarakat Tionghoa di Surabaya sangat yakin Surabaya membutuhkan sosok bapak Machfud untuk memimpin Surabaya ke depan menjadi lebih maju, ungkapnya. Sementara itu, Lita Machfud Arifin, Pembina Yayasan Warisan Kasih berharap dengan perkenalan dari Machfud Arifin ini mendapat dukungan dari masyarakat Surabaya untuk memimpin Surabaya ke depan. Harapan untuk masyarakat dapat memberi dukungan kepada bapak Machfud untuk menjadi walikota Surabaya, kata Lita saat menggelar kegiatan berbagi pada masyarakat Tionghoa di Surabaya. Lita optimis, ke depannya dalam kepemimpinan Machfud Arifin ini dapat meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan semua kalangan masyakat Surabaya. Ke depannya ini kami dapat membantu mensejahteran masyarakat dari kalangan mana pun dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Surabaya, papar Lita. 3 Parpol Diketahui Partai Amanat Nasional (PAN) sebelumnya mengeluarkan surat rekomendasi dukungan kepada Machfud Arifin sebagai bakal calon wali kota Surabaya dalam Pilkada Surabaya 2020. Namun demikian, perolehan kursi PAN di legislatif hanya tiga kursi sehingga harus berkoalisi dengan parpol lain. Sejumlah parpol yang diperkirakan akan memberikan dukungan yang sama yakni PKB dan Gerindra. Kedua parpol ini masing-masing memiliki 5 kursi di DPRD Surabaya. Bahkan, rencananya, pernyataan dukungan tiga parpol ini akan disampaikan pada Minggu (26/1/2020) mendatang. Ketua DPD PAN Surabaya, Hafid Suaidi memaparkan bahwa selain partainya, sejauh ini sudah ada beberapa partai lain yang bergabung dalam koalisi ini. Di antaranya PKB dan Gerindra. "Yang sudah kelihatan, PKB dan Gerindra," ujarnya, kemarin. Menurutnya, tak menutup kemungkinan, beberapa partai akan bergabung pada deklarasi tersebut. "Partai lain kan masih menunggu keputusan dari DPP masing-masing. Sehingga, kita lihat saja kedepan," tutur Hafid. Relawan Risma **foto** Sementara itu, Relawan Risma mendeklarasikan dukungan untuk Kepala Bappeko Eri Cahyadi di Patung Surabaya, Taman Surabaya, Bulak, Kenjeran, Surabaya, Minggu (19/1/2020). Dukungan terbuka ini menjadi kemajuan. Sebab, sebelumnya baliho dan spanduk dukungan terhadap Eri Cahyadi beredar di kampung-kampung dan beberapa jalan utama di Surabaya Ratusan warga itu dari berbagai kampung mendesak Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mendorong Eri Cahyadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya supaya maju sebagai calon wali kota di Pilwali Surabaya 2020. Dalam aksinya mereka membawa poster dan spanduk, diantaranya bertuliskan Gantikan Risma Itu Mudah, Meneruskan Kebaikannya yang Susah, Kami Percaya Eri Cahyadi Bisa". Ada juga yang menyatakan, "Risma Wes Mari, Saiki Wayahe Eri". "Beliau (Eri Cahyadi, red) merepresentasikan nilai-nilai Bu Risma seperti berlatar belakang birokrat, teknokrat, pekerja keras, peduli lingkungan, peduli wong cilik, peduli pemberdayaan kampung. Memahami manajemen teknis tata kota, serta keberpihakan total pada warga," ungkap Rudi Cahyono, Koordinator Relawan Risma. Rudi mengatakan, deklarasi sengaja digelar di Patung Suroboyo karena selain jaditetenger baru hasil kerja keras Eri Cahyadi dan Risma, patung setinggi 25 meter itu ada di ujung Surabaya. "Sama seperti saat kami mendukung pencalonan Bu Risma sebagai wali kota dulu dengan gerakan Utara Melangkah. Sekarang kami ditetenger paling ujung Surabaya mendorong Pak Eri Cahyadi melanjutkan kebaikan yang sudah dibangun Bu Risma," katanya. Musuh Bersama Aksi saling dukung itu kian membuat panas suhu politik di Surabaya. Apalagi, muncul wacana yang menjadikan PDI Perjuangan (PDIP) menjadi "musuh bersama" parpol di Pilwali Surabaya 2020. Menurut pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Novri Susan, wacana "pengeroyokan" terhadap PDIP itu tak lepas dari posisi partai berlambang banteng moncong putih itu. Sebab, PDIP menjadi penguasa tunggal di Balai Kota Surabaya sejak 2002 hingga sekarang. Mulai era Bambang DH tahun 2002-2010, berlanjut era Tri Rismaharini 2010-2021. Pilwali Surabaya 2020, lanjutnya, PDIP juga berpeluang menang lagi. "PDI Perjuangan dalam Pilkada Surabaya merupakan partai yang tiga kali berturut-turut meraih kepercayaan rakyat, dalam mengelola politik pemerintahan di ibu kota Jawa Timur. Kepercayaan tersebut terbentuk oleh beberapa faktor yang tidak dimiliki partai lain sehinga banyak partai yang tidak percaya diri akhirnya memunculkan wacana mengeroyok PDIP," ungkap Novri Susan, kemarin. Beberapa faktor yang dimaksud itu, yakni pertama memiliki pendukung ideologis partai Soekarnois yang banyak dari kalangan akar rumput atau rakyat kecil. Kedua, karena kinerja wali kota dari kader PDIP yang bersungguh-sungguh bekerja untuk Kota Surabaya, dan ketiga soliditas mesin politik dalam memenangkan kandidat wali kota dari partai. Tiga faktor penting PDI Perjuangan dalam potensi memenangkan Pilkada Surabaya tersebut, lanjut Novri, menciptakan reaksi kekhawatiran dan kepanikan pada kelompok-kelompok politik lain. Oleh karenanya, situasi mengepung dan mengeroyok PDIP oleh partai-partai politik lain dalam Pilkada Surabaya mungkin tidak terhindar. "Situasi pengepungan dan pengeroyokan terhadap PDI Perjuangan adalah bentuk ketidaksukaan dan kejengkelan yang sudah overload. Mungkin mereka jengkel dari periode ke periode wali kota Surabaya selalu dikuasai kader PDI Perjuangan," ujarnya. Melihat kondisi ini, dia memberikan saran agar PDIP berkoalisi dengan rakyat Surabaya. Maka calon wali kota dari PDIP perlu banyak turun bersama masyarakat, dan memiliki catatan historis bekerja sampai level bawah. "Cawali Surabaya harus bekerja keras menyapa masyarakat Surabaya. Dahulu Bu Risma saat diusung PDIP juga banyak turun bersama masyarakat. Tidak ada sekat antara Bu Risma dengan masyarakat Surabaya. Cawali berikutnya juga harus sama," pungkasnya.n alq/rga

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU