Home / Traveling : Melongok Ampel, Kampung Tua di Surabaya

Peziarah Membludak, Keluhkan Lahan Parkir

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 12 Jan 2019 08:33 WIB

Peziarah Membludak, Keluhkan Lahan Parkir

Laporan: Prila Sherly, Wartawan Surabaya Pagi SURABAYAPAGI.com, Suravaya Matahari menyinari pagi di Kawasan utara Surabaya. Berbagai kendaraan berlalu lalang mulai memecah keheningan di suasana pagi hari yang cerah. Pecinan atau Kya-kya dan Sunan Ampel selalu mempunyai tempat di hati masyarakat. Di antara berbagai keberagaman suku dan ras di tanah air tercinta, keduanya terletak saling berdampingan. Seakan menjadi pengingat bahwa toleransi warga Surabaya merupakan inspirasi bagi kita semua. Keindahan Kawasan wisata religi ini seharusnya dapat menjadi andalan potensi pariwisata Jawa Timur. Keberagaman dan toleransi tinggi dari masyarakat Jawa Timur merupakan acuan bagi bangsa, bahwa di tengah adu domba kelompok yang ingin menghancurkan negara kesatuan ini, tidak mudah untuk digoyahkan. Meski begitu, alangkah baiknya apabila memang benar wisata religi ini menjadi suatu tujuan destinasi yang dapat memberikan ketenangan jiwa dan kenyamanan bagi setiap pengunjungnya. Kenyamanan menjadi utama mengingat sepertinya para pemangku kepentingan tidak peduli terhadap hal ini. Tidak efektifnya bagi pengunjung, untuk mengakses wisata religi ini melalui Jalan Nyamplungan harus memakirkan motornya di tepi jalan, untuk kemudian barulah masuk menyelusuri jalan perkampungan Kawasan Ampel yang memungkinkan bagi pengunjung untuk tersesat di tengah perkampungan tua. Ketika terlepas dari kawasan perkampungan tua, pengunjung kemudian disambut dengan keramaian pasar yang menjual berbagai macam pernak pernik beribadah seperti mukenah, hijab, dan sebagainya. Tidak hanya pernak pernik ibadah melainkan juga menghadirkan makanan makanan khas Timur Tengah seperti kurma dan roti maryam. Setelah melewati pasar tersebut, maka sampailah pada Wisata Religi Sunan Ampel ditandai dengan gapura berwarna nuansa hijau tosca. Pada hari Jumat (11/1), peziarah cenderung ramai yang datang dari berbagai kota seperti Sampang dan Probolinggo. Salah satu peziarah yang datang bersama rombongannya dari Probolinggo bernama Nani mengeluh soal tempat parkir bus. Saya merasa tempat parkiran untuk bus terlalu jauh, apalagi dengan keadaannya yang bau dan kotor, ujarnya. Tidak hanya Nani yang merasa kecewa terhadap jauhnya parkiran melainkan juga Febri, namun lebih pasrah karena mau bagaimana lagi menghadapi situasi tersebut. Ternyata Wisata Religi Sunan Ampel ini telah lama didirikan semenjak wafatnya Sunan Ampel yang mana baru beberapa orang merasakan jasa besar beliau sebagai tokoh ulama nusantara. Setelah itu, barulah mulai diakui sebagai cagar budaya di Surabaya yang mana harus dijaga kelestariannya. **foto** Seorang pengelola Masjid Sunan Ampel, Zaid Muhammad mengaku telah mengabdi sejak 1998 hingga saat ini, tidak terlalu banyak perubahan pada Wisata Religi Ampel. Namun, wisata religi ini tidak memiliki kawasan parkir yang memadai mengingat banyaknya peziarah datang dari seluruh penjuru Indonesia untuk berziarah. Sebelumnya Dinas Pendapatan Daerah menarik retribusi untuk kawasan parkir namun dibantu oleh pihak Dinas Perhubungan sehingga dibebaskan biaya. Namun, ketika overload sebenarnya membutuhkan lahan parkir yang lebih luas, semoga pihak Pemkot Surabaya bisa membantu urusan ini, ujarnya pada Jumat (11/1). Lahan parkir untuk Wisata Religi Ampel memang terletak di bagian belakangnya yang berada di dekat masjid. Akses menuju tempat parkir tersebut terlalu sempit dilalui oleh bus atau kendaraan besar lainnya. Sehingga, bus diletakkan di seberang jalan yang khusus untuk kendaraan besar para peziarah wisata religi Ampel. Zaid Muhammad mengaku tidak ingin mengajukan proposal mengenai penambahan lahan parkir pada pihak Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini disebabkan karena ketakutan munculnya pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan situasi ini. Namun, ia mengaku masih berharap untuk dibantu pemkot khususnya perkara lahan parkir ini. Sebagai salah satu ciri khas wisata kota Surabaya, seharusnya dibutuhkan perhatian khusus dari pihak pemerintahan. Apalagi peziarah tidak hanya datang dari Surabaya saja, melainkan juga kota-kota lain dan kunjungan peziarah dapat mengalami peningkatan selama menuju bulan Ramadhan, Rajab, Syaban. tandas Zaid Muhammad pada Jumat (11/1).

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU