Pesta Khofifah Meriah, Luapan Kerinduan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 15 Feb 2019 10:06 WIB

Pesta Khofifah Meriah, Luapan Kerinduan

SURABAYA PAGI, Surabaya - Penyambutan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024, benar-benar meriah. Bahkan layak disebut pesta kemenangan. Sepanjang perjalanan dari Masjid Nasional Al Akbar Surabaya menuju Tugu Pahlawan dan menuju Gedung Negara Grahadi, Khofifah-Emil dielu-elukan warga. Sambuatan luar biasa ini merupakan luapan kerinduan dari penantian yang begitu panjang. Sebab, Khofifah berjuang selama 11 tahun baru tercapai menjadi Gubernur Jatim. Ini sekaligus mencatat sejarah, sebagai Gubernur wanita pertama Jatim. Penyambutan seperti ini memang belum pernah terjadi. Artisnya, penyambutan gubernur sebelum Khofifah, tidak semeriah sekarang. Menurut saya, ini merupakan luapan kerinduan dari masyarakat pendukung Khofifah dengan penantian yang cukup lama, karena dalam dua kali kontestasi, baru pada Pilgub Jatim 2018 bisa dimenangkan. Selain itu dalam perayaan penyambutan KhofifahEmil, juga ada hal yang menarik lainnya. Sejak resmi menjadi gubernur dan wakil gubernur Jatim 2019-2024, banyak diwarnai angka 99. Mulai istilah capaian masa kerja awal hingga penyambutan keduanya di Gedung Grahadi. Soal capaian kerja awal, misalnya. Khofifah-Emil tidak memilih angka 100 yang selama ini dipakai banyak kepala daerah usai dilantik. Tapi memilih diksi 99 lewat Program 99 Hari Kerja, bukan Program 100 Hari Kerja. Apa pesan yang ingin disampaikan Khofifah-Emil? Menurut saya, angka 99 ini merupakan simbol dari Nahdhiyin yang mengartikan ini sebagai implementasi Asmaul Husna. Bisa juga program Khofifah-Emil terinspirasi dari Asmaul Husna, dimana progam-programnya akan ditentukan dalam 99 hari kerja ke depan. Seperti terungkap dalam depat publik Pilgub Jatim dulu, Khofifah-Emil akan memberdayakan pesantren dan perbedayaan perempuan. Namun secara umum, kepemimpinan Khofifah-Emil ini akan melanjutkan program-program sebelumnya yang sudah dicanangkan gubernur sebelumnya, yakni Soekarwo. Seperti pengentasan kemiskinan dan masalah pendidikan yang belum sepenuhnya tuntas. Sedang gaya kepemimpinan Khofifah dan Soekarwo, dalam padangan sosiologi politik, tidak ada perbedaan signifikan. Sebab dalam kontestasi yang ketiga kalinya ini Khofifah mendapat dukungan dari Pakde Karwo, panggilan Soekarwo, dan partai yang dipimpinnya, yakni Partai Demokrat. Jika dilihat dari brandingnya juga setelah Pakde, kini jadi Bude. Ini menandakan ada kesinambungan diantaranya keduanya. Perbedaan pemimpin laki-laki dan perempuan itu pasti beda, tapi selama ini Khofifah mencoba membuang itu. Misal, perempuan lebih pada perasaan. n alq

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU