Home / Pilpres 2019 : Surat Terbuka untuk Capres Jokowi-Prabowo, Peserta

Pernyataan Negara Bisa Punah, Kekhawatiran Prabowo atas Elite Sekarang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 19 Des 2018 22:35 WIB

Pernyataan Negara Bisa Punah, Kekhawatiran Prabowo atas Elite Sekarang

Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Pernyataan Anda Capres Prabowo bahwa bila Anda kalah, negara bisa punah, dalam bahasa komunikasi sebenarnya merupakan sebuah persepsi. Disebut persepsi, karena pada kenyataannya pernyataan tersebut tidak disertai dengan data-data empirik yang memadai, kecuali pendapat dan argumentasi. Di sisi lain, tim Anda Capres Jokowi, di berbagai media membuat pernyataan yang sebaliknya. Inilah riil politik praktis sekarang yang semakin dekat dengan pencoblosan, 17 April 2019, intensitas persaingan memperebutkan simpati calon pemilih, tampaknya makin panas. Inilah cara tiap-tiap Capres dan Cawapres memanfaatkan pesan komunikasi yang didukung dengan indikator dan argumentasi atas fakta ekonomi yang menjadi sorotan pakar dan pengamat ekonomi. Menariknya, Anda Capres Prabowo, memanfaatkan komunikasi politik persepsi berdasarkan indikator policy ekonomi untuk mengkritik kebijakan ekonomi lawan politik Anda, Capres Jokowi. Kali ini Anda menyampaikan indikasi menggunakan persepsi terkait kesulitan emak-emak, kurs rupiah terhadap dolar yang disamakan dengan kondisi tahun 1998, utang dan sejenisnya. Akal sehat saya semula mengartikan negara akan punah seperti terminologi terminologi punahnya hewan yang habis semua hingga tidak ada sisanya atau benar-benar binasa, hilang, lenyap dan musnah. Akal sehat saya merumuskan bila Anda kalah, negara akan punah, terkait keberadaan elite elite politik yang kini mengambil peran dalam pemerintahan Anda Capres Jokowi. Logika berpikir saya menyerap bahwa Anda khawatir dengan sistem pengelolaan negara yang makin lama malah mengandalkan hutang dan melakukan pembiaran tenaga kerja asing dari RRC, beramai-ramai memasuki angkatan kerja dalam negeri. Padahal, lapangan kerja yang diserbu oleh pekerja dari RRC, bisa dikerjakan oleh pekerja pekerja Indonesia. Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan ini digunakan untuk mencapai tujuan negara. Dan untuk membantu tugas Kepala Pemerintahan maka kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku Pengguna Anggaran, Barang kementrian negara. Selain kepada gubernur, bupati dan walikota selaku kepala pemerintah daerah. Namun, dapat dilihat saat ini menurut Anda Capres Prabowo, telah terjadi tindakan indisiplin dalam tahapan pengelolaan keuangan. Hal ini yang Anda Capres Prabowo, nilai dapat memperlambat pencapaian tujuan negara. Misalnya, sampai kini ada gejala kepunahan. Ini bisa terjadi, karena terlalu lama para elite berkuasa kelola keuangan dan asset Negara dengan cara yang keliru. Kondisi semacam ini yang menurut Anda Capres Prabowo, telah menyebabkan tingginya ketimpangan sosial di Indonesia. Praktik sistem seperti ini yang Anda pandang salah. Maka Anda berjanji untuk diubah dan diselesaikan. Dalam pandangan Anda, sistem keuangan yang dikelola oleh elite-elite sekarang semakin lama justru kian melemahkan negara. Artinya, bila sistem yang sekarang diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah, semakin miskin, dan semakin tidak berdaya, bahkan bisa punah. Anda Capres Prabowo, mencontohkan, penghasilan masyarakat Indonesia saat ini mencapai 4.000 USD per kapita per tahun. Tapi, dari 4.000 USD, 49 persen atau setengahnya justru dikuasai hanya sekitar satu persen penduduk Indonesia. Jadi kalau yang satu persen cabut, maka kekayaan penghasilan rakyat Indonesia dalam setahun tinggal setengahnya yaitu 1.900. Artinya, per kapita bukan 3.800 dolar, tapi setengahnya yaitu 1.900 kurang lebih. Pastinya 1.900 dolar per kapita dibagi rata. Selain itu, dari angka 1.900 itu masih ada tanggungan utang yang harus ditanggung oleh setiap warga negara. Bahkan, bayi yang belum lahir pun telah mendapat tanggungan utang sebesar Rp9 juta per orang. Jadi kekayaan bangsa Indonesia sebenarnya hanya 1.300 USD per kapita. Makanya, Anda Capres Prabowo, samakan Indonesia dengan Negara Terbelakang yang sedang menghadapi perang, seperti Rwanda, Afghanistan, Chad, Ethiopia, Burkina Faso dan beberapa negara lainnya. Subhanalloh. Akal sehat saya mengatakan, berdasarkan pendapat Anda, pengelolaan keuangan negara bukan terletak pada masalah teknis akuntansi semata, namun juga masalah nilai-nilai utama dalam penyelenggara negara. Ada transparansi, akuntabilitas keuangan, pertanggungjawaban moral dan konstitusional terhadap rakyat. Mengingat, semuanya adalah menggunakan uang milik rakyat. Dan ini Anda berdua tahu. Tapi dengan utang-utang negara sampai September 2018 yang telah mencapai Rp 4.416 triliun, apakah rakyat kelas bawah menikmati..? Dan utang sebesar Rp 4.416 triliun ini oleh menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dianggap masih berada dalam batas aman. Benarkah? Akal sehat saya menilai, pendapat dan argumentasi Anda Capres Prabowo dengan pendapat Menkeu Sri Mulyani, adalah sebuah konflik antar elite politik. Salah satunya, ada kepentingan elite yang takut tidak akan mendapatkan kekuasaan. Logika saya kemudian berkata bahwa pernyataan Ada Capres Prabowo, negara bisa punah adalah Kekhawatiran normal dari seorang calon presiden yang telah meneropong perilaku elite-elite yang kini berkuasa dalam mengelola keuangan dan asset negara. Inilah yang menurut akal sehat saya, sebuah perang persepsi antara elite politik yang sedang berkuasa dan yang belum berkuasa. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU