Perang Dagang, AS-China Kebut Perundingan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 25 Feb 2019 08:58 WIB

Perang Dagang, AS-China Kebut Perundingan

SURABAYAPAGI.com - Hingga kemarin, para negosiator Amerika Serikat (AS)-China terus melakukan pertemuan untuk menyusun kesepakatan sebelum tenggat waktu 1 Maret untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mengakhiri perang dagang antara kedua negara. Sudah lima hari ini dua pihak ini berturut-turut menggelar pertemuan. Putaran keempat negosiasi antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut diperpanjang hingga akhir pekan setelah kedua belah pihak melaporkan kemajuan dan menyempitnya perbedaan. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat (22/2/2019) lalu bahwa ada peluang yang sangat baik kesepakatan akan tercapai. Trump juga mengindikasikan bahwa ia cenderung untuk memperpanjang batas waktu tarif 1 Maret dan bertemu langsung dengan Presiden China Xi Jinping. Perpanjangan tenggat waktu berarti menunda kenaikan tarif yang direncanakan menjadi 25% dari 10% atas impor China ke AS senilai USD200 miliar. Hal itu diyakini akan mencegah memburuknya perang dagang yang telah mengganggu perdagangan senilai ratusan miliar dolar barang, memperlambat pertumbuhan ekonomi global, dan mengguncang pasar. Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan tentang masalah mata uang, meski tidak memberikan rincian. Tak hanya itu, untuk mengurangi defisit perdagangan, China juga telah berkomitmen untuk membeli 10 juta metrik ton kedelai tambahan dari AS. Seperti dilaporkan Reuters, kedua pihak sedang menyusun nota kesepahaman tentang pencurian cyber, hak kekayaan intelektual, layanan, pertanian dan hambatan non-tarif untuk perdagangan, termasuk subsidi. Namun, Trump menegaskan tidak menyukai nota kesepahaman karena dia menginginkan kesepakatan jangka panjang. Sebuah sumber industri yang menjelaskan, dalam pembicaraan kedua belah pihak telah mempersempit perbedaan pada hak kekayaan intelektual, akses pasar dan defisit perdagangan AS yang hampir USD400 miliar dengan China. Tetapi perbedaan yang lebih besar tetap pada perubahan perlakuan China terhadap perusahaan milik negara, subsidi, transfer teknologi paksa dan pencurian cyber. Amerika Serikat menginginkan mekanisme yang kuat untuk memastikan komitmen reformasi China ditindaklanjuti. Sementara, Beijing masih bersikeras pada apa yang disebutnya sebagai proses yang adil dan obyektif. Trump mengatakan keputusan terbesar dapat dicapai jika ia bertemu dengan Xi, kemungkinan di Florida bulan depan. Orang nomor satu di Amerika itu menambahkan bahwa pertemuan mereka dapat saja menghasilkan sesuatu yang melebihi persoalan perdagangan. (berbagai sumber) n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU