Home / Peristiwa Nusantara : Dugaan Aktivis terhadap Jenderal Andika Perkasa ya

Pengaruh Mantan BIN

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 23 Nov 2018 08:35 WIB

Pengaruh Mantan BIN

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Jenderal TNI Andika Perkasa akhirnya resmi menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), setelah dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kamis (22/11/2018). Namun pengangkatannya menjadi polemik, lantaran Jenderal TNI Andika Perkasa dinilai memiliki kedekatan dengan Jokowi yang maju sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2019. Terlebih lagi, lulusan Akademi Militer (Akmil) 1987 ini menantu Hendro Priyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang juga mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Kesejahteraan Indonesia (PKPI). Sedang PKPI yang kini diketuai Diaz Hendropriyono, anak Hendropriyono, merupakan parpol pengusung Jokowi di Pilpres 2019. ----- Selain itu, karir Andika Perkasa begitu melejit. Hanya 4 bulan menjabat sebagai Pangkostrad menggantikan Letjen TNI Edy Rahmayadi, kini langsung naik menjadi KSAD. Tentara kelahiran Bandung, Jawa Barat, 21 Desember 1964 itu Jenderal TNI Moelyono yang segera memasuki masa pensiun. Menariknya, Andika yang saat Pangkostrad berpangkat Letjen, langsung mendapat kenaikan pangkat menjadi jenderal (bintang empat) setelah dilantik Presiden Jokowi. Posisi KSAD yang dijabat Andika Perkasa kini menjadi posisi paling strategis. Sebab, posisi itu memiliki prospek kuat menjadi Panglima TNI berikutnya menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan pensiun dua tahun lagi. Andika juga pernah menjabat Dankodiklatad, Panglima Kodam XII/Tanjungpura, dan menjadi Komandan Paspampres pada Oktober 2014, sesaat setelah Jokowi dilantik sebagai Presiden RI. Pengamat politik Universitas Paramadina Hendro Satrio menilai kedekatan Andika dengan istana membuat karir Andika tergolong melejit. Namun demikian Hendri mengatakan selain faktor keberuntungan, ada pertimbangan lain yang membuat Jokowi memilih Andika. Salah satunya prestasi. "Selain beruntung karena dekat dengan Hendro (Hendropriyono) dan Jokowi, pasti ada pertimbangan prestasi yang juga jadi bahan pertimbangan presiden," ujar Hendri, Kamis (22/11). Disebutkan, Andika merupakan lulusan terbaik Susreg Seskoad angkatan ke-37 dan pernah menjabat di posisi-posisi penting TNI AD. Pendiri lembaga kajian KedaiKOPI ini juga memberikan selamat atas terpilihnya Andika menjadi KSAD. Ia berharap program yang dibawa bisa memajukan TNI AD, terlebih dalam bidang kesejahteraan dan profesionalitas prajurit. Direktur Riset Setara Institute Halili mengungkapkan Jenderal Andika Perkasa memiliki catatan minus dalam rekam jejak dinas kemiliterannya. "Selain label personal sebagai mantu A. M. Hendropriyono yang kerap mendapat komentar negatif, Andika juga pernah disebut dalam pembunuhan tokoh dan aktivis HAM Papua Theys Eluay," beber Halili, dikutip dari Tempo, Kamis (22/11). Halili mengatakan, melihat dari struktur dan kultur kemiliteran, catatan minus tersebut secara internal tidak akan berpengaruh banyak terhadap jabatan baru Andika sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Namun, jabatan KSAD akan sangat berpengaruh jika dikaitkan dengan tuntutan eksternal. "Tuntutan banyak kalangan untuk menggunakan peradilan umum sebagai mekanisme pemidanaan tentara menurut saya akan sulit untuk direspons secara progresif oleh Angkatan Darat di tangan beliau," katanya. Halili pun memprediksi revisi UU Peradilan Militer di tangan Andika akan sulit dilakukan. Padahal, kata dia, kebijakan tersebut merupakan tuntutan kuat dari eksternal. "Karena eksklusivitas yudisial di peradilan militer itu lah sebenarnya salah satu pangkal imunitas. Di tangan Andika Perkasa, saya yakin revisi UU tersebut akan stagnan, bahkan mundur," ujarnya. Menurut Halili, Andika Perkasa memang perwira yang paling menonjol di angkatannya. Dari sisi kompetensi dan karier ketentaraannya, sulit untuk mengatakan Andika tidak layak menjadi KSAD. Namun, Halili memberikan catatan bahwa jabatan Andika Perkasa sebelumnya sebagai Komandan Paspampres kemudian diangkat sebagai Pangkostrad termasuk salah satu faktor yang menentukan ia menjadi KSAD. "Dia perwira yang dekat dengan Istana," ucapnya. Hal senada diungkapkan Kepala Divisi Pemantauan Impunitas KontraS, Feri Kusuma. Ia menilai pengangkatan Andika juga kental dimensi politis. "Pengaruh elite politik di lingkaran Jokowi dominan dalam mempengaruhi pergantian KSAD," kata Feri. Menuru Feri, faktor kekerabatan memengaruhi dalam pergantian KSAD kali ini. Andika merupakan menantu AM. Hendropriyono, mantan Ketua Umum PKPI yang juga mantan Kepala BIN. Padahal, lanjutnya, masih banyak perwira senior TNI AD di angkatan 84, 85, dan 86 yang memiliki kapasitas untuk menduduki kursi KSAD. Sehingga, ia menilai pengangkatan Andika yang merupakan angkatan 87, dapat berimplikasi pada persoalan regenerasi di dalam tubuh TNI AD. Soal Pengaruh Hendropriyono Sementara itu, Jenderal Andika Perkasa membantah ada keterlibatan mertuanya, Hendropriyono, di balik penunjukan dirinya sebagai KSAD. Namun ia tidak ambil pusing dengan tudingan seperti itu. "Itu tadi monggo, mau ngomong apa juga, saya gini, dari dulu juga gini. Nggak ada yang saya komentar lagi, terserah," cetus Andika seusai pelantikan di Istana Negara, Kamis (22/11/2018). Andika pun enggan mengomentari kenaikan karier yang begitu cepat tahun ini. Andika pada awal tahun ini dinaikkan pangkatnya menjadi letjen saat menjabat Dankodiklat dan Pangkostrad. "Orang kalau mau ngomong apa saja monggo, saya kan nggak bisa komentar yang nggak perlu. Kan semuanya beliau yang memutuskan, saya tidak tahu apa yang ada di dalam penilaian beliau, saya kan dari dulu gini aja," ujar Andika. Jamin Netral di Pemilu 2019 Terlepas dari isu tersebut, Andika mengaku siap mengemban jabatan sebagai KSAD. Ia siap menjaga amanat yang diberikan Jokowi. Bahkan, ia memastikan netralitas TNI AD di Pemilu 2019. Andika mengaku sebagai pejabat baru di kasta tertinggi matra darat, dirinya akan segera mempelajari tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan kepadanya. "Netralitas memang harus karena itu harapan semua masyarakat Indonesia," tandas Andika. Ia menambahkan, tak hanya menjaga netralitas di Pemilu 2019, Andika mengaku juga mendapat pesan khusus dari Presiden Jokowi. Pesan itu terkait peran TNI AD dalam menajaga stabilitas keamanan dan menjaga netralitas di tahun politik. "Itu memang perintah bapak presiden sendiri kepada seluruh prajurit. Kita harus menjaga kepercayaan masyarakat. TNI AD harus netral. Saya yakin prajurit AD memahami kewajiban itu," ucap Andika. Track Record Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga membantah penunjukan Jendral Andika sebagai KSAD karena pengaruh Hendropriyono. Mantan Panglima TNI ini memandang penunjukan Andika Perkasa sebagai KSAD benar-benar mempertimbangkan track record. "Tidak bisa presiden diintervensi karena track record bisa dilihat semua. Bisa jadi kebetulan saja pas menantunya Pak Hendro," ujar Moeldoko usai menjadi pembicara di Dialog Publik di Universitas Brawijaya, Kamis (22/11). Moeldoko juga menegaskan bahwa dalam setiap keputusannya, Presiden Jokowi mempunyai hak otoritas penuh. "Presiden punya otoritas penuh untuk itu," tutur dia. Jejak digital menunjukkan Andika mengawali karier sebagai perwira pertama infanteri Kopassus Grup 2/Para Komando dan Satuan-81/Penanggulangan Teror (Gultor) selama 12 tahun. Karier militer pria kelahiran Bandung, 21 Desember 1964 itu kemudian berlanjut ke jajaran perwira menengah dengan menjadi Sespri Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Komandan Resimen Induk (Danrindam) Kodam Jaya/Jayakarta di Jakarta, Komandan Resor Militer (Danrem) 023/Kawal Samudera Kodam I/Bukit Barisan berkedudukan di Kota Sibolga, Provinsi Sumatra Utara. Kemudian, Andika mendapat kepercayaan menduduki posisi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat pada November 2013, sebuah posisi yang diduduki perwira berpangkat brigadir jenderal. Praktis, menantu mantan Kepala BIN AM Hendropriyono ini naik menjadi perwira tinggi bintang satu. Dua hari setelah pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden pada Oktober 2014, Andika diangkat menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dengan pangkat mayor jenderal. Tak lama menjabat sebagai Danpaspampres, suami Diah Erwiany itu melanjutkan karier militer sebagai Panglima Kodam XII/Tanjungpura pada 30 Mei 2016, sebelum kemudian ditarik ke Jakarta memegang Komandan Kodiklat TNI-AD pada 15 Januari 2018. Enam bulan kemudian, peruntungan Andika kembali moncer. Ia ditunjuk menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis AD, sebuah posisi bergengsi di lingkungan TNI AD. Pria yang memiliki hobby fitnes ini menggantikan Letnan Jenderal TNI Agus Kriswanto yang diangkat menjadi Perwira Tinggi (Pati) Markas Besar TNI AD. Selain memiliki karier militer yang cemerlang, Andika dikenal cakap di bidang akademik. Dia sempat melanjutkan studi di Universitas Harvard untuk jenjang magister. Lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat pada 2000 ini menyabet gelar doktoralnya di Universitas George Washington. Pertimbangan Jokowi Sebelumnya, Presiden Jokowi menjelaskan penunjukan Andika Perkasa berdasarkan pertimbangan yang matang. "Kami melihat rekam jejak, pak Andika pernah di Kopassus, Pusdiklat, Pangdam, Kostrad, pernah di penerangan. Pernah di Danpaspampres saya kira komplet," katanya. Menurut Jokowi, ia menerima empat usulan nama calon KSAD dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Namun tanpa membeberkan siapa saja calonnya, Jokowi menilai Andika yang paling tepat. "Ya memang ada beberapa kandidat tapi ini yang kami putuskan," tuturnya. Meski Andika Perkasa lebih junior ketimbang nama-nama lain yang sempat diisukan menjadi KSAD seperti Sekretaris Jenderal Wantannas Letnan Jenderal Doni Monardo dan Wakil KSAD Letnan Jenderal Tatang Sulaiman, kata Jokowi, keputusannya tidak melihat usia. "Ya bukan muda atau tidak muda. Sekali lagi semuanya kan ada hitung-hitungannya terutama pengalaman kerja kemudian berkaitan dengan pendidikan yang telah dijalani semua kami lihat," ujarnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU