Pedagang Pasar Keputran Kocar-kacir

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 23 Jul 2020 21:58 WIB

Pedagang Pasar Keputran Kocar-kacir

i

Pedagang Pasar Keputran terpaksa membuka di Pasar Mangga Dua agar bisa menghidupi keluarganya. SP / Patrick

 

Ada yang Ngemper di Pasar Mangga Dua dan Pasar Tikus. Ini Dampak Ditutupnya Pasar Keputran secara Mendadak oleh Gugus Covid-19. Kini Pedagang Bingung Disuruh Rapid tes dan Swab, karena tak Tahu Kegunaannya

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Resmikan Gedung Baru PMI

 

 SURABAYAPAGI.COM, Surabaya- Sejak ditutup mendadak oleh satuan gugus tugas Covid - 19, sekitar 1.200 pedagang Pasar Keputran kocar-kacir. 14 hari lamanya penutupan akibat ditemukannya 20 pedagang positif corona, para pedagang gero-gero (menjerit), karena kehilangan income dan pelanggan. Mereka kini umumnya ngemper di pasar Mangga dua, Wonokromo, dan Pandigiling. Penyebabnya tak punya modal buat sewa stan sayur di Mangga dua sebesar Rp 1,5 juta, sebulan. Penutupan mendadak ini dianggap tak sesuai Perwali Surabaya baik Nomor 28 Tahun 2020 maupun Perwali Surabaya No. 33 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru dalam era pandemi Covid-19.

Demikian hasil wawancara tim wartawan Surabaya Pagi dengan sejumlah pedagang, Pengurus PD Pasar Surya dan Ketua KPPS (Kumpulan Pedagang Pasar Seluruh Surabaya). Mereka dihubungi secara terpisah, Kamis (23/7/2020) kemarin.

Seperti Sri, salah satu pedagang Pasar Keputran yang dipindag ke Pasar Mangga Dua, Wonokromo.

Sri sudah tiga hari pindah ke Pasar Mangga Dua Wonokromo sejak Pasar Keputran ditutup akibat ada pedagang yang terpapar Covid-19.

"Saya sudah tiga hari pindah kesini, ya semenjak disana (Pasar Keputran) ditutup. Memang banyak yang pindah ke pasar-pasar lain termasuk disini. Tapi untuk disini aja harus sewa sekitar Rp 1,5 juta. Mahal," ujar Sri yang saat itu sedang menyiapkan barang dagangannya berupa jagung dan kentang, kepada Surabaya Pagi, Kamis (23/7/2020).

 Meski begitu, tambah Sri, ia menempati lapak milik saudaranya ketimbang harus sewa Rp 1,5 juta per bulannya. “Ini kebetulan saya menempati kios saudara saya. Ya rugi mas kalau nyewa, soalnya kan kalau Pasar Keputran buka pindah kesana lagi," jelasnya.

Lebih lanjut, pedagang yang telah berjualan di Pasar Keputran lebih dari sepuluh tahun ini mengatakan alasan utamanya memilih kembali ke Pasar Keputran saat sudah dibuka lagi adalah pelanggannya yang sudah banyak disana.

"Disana sudah banyak pelanggannya. Nah pas dipindah kesini ya morat marit kabeh(berantakan). Beberapa ada yang telepon, tapi kalau yang nggak tahu nomor saya ya bingung mungkin. Sudah omsetnya menurun, dipindah lagi," ungkapnya.

 

Harga Ikut Naik

Pedagang jagung dan kentang ini juga mengaku, ada kenaikan harga barang dagangannya hingga dua kali lipat karena ditutupnya Pasar Keputran. Hal ini diakuinya karena ongkos transportasi yang awalnya diperhitungkan di Pasar Keputran berbeda dengan kondisinya sekarang di Pasar Mangga Dua Wonokromo. “Kalau harga naik ya pasti, kan itungan uang transportnya beda sini sama Keputran. Kalau kirim kesini kan lebih jauh jika dihitung dari Keputran," kata Sri.

Dirinya berharap kepada pemerintah agar Pasar Keputran cepat dibuka kembali. Dibukanya salah satu pasar terbesar di Surabaya tersebut diakuinya dapat membantu memperbaiki omset penjualannya.

 

Tersebar di Beberapa Pasar

Sementara salah satu pedagang sayur yang tidak mau disebutkan namanya, mengaku mendapat sedikit keuntungan sejak Pasar Keputran ditutup. “Sebenarnya saya juga kasihan dengan mereka yang diharuskan pindah kesini, dan ke pasar-pasar lain. Tapi jika boleh jujur omset saya sedikit ada kenaikan semenjak ditutupnya Keputran (Pasar Keputran). Soalnya kan banyak yang kesini jadinya," ujarnya kepada Surabaya Pagi di hari yang sama.

Lebih lanjut, dirinya mengatakan jika pedagang pindahan dari Pasar Keputran ini tersebar di seluruh lokasi Pasar Mangga Dua Wonokromo. Tidak ada kios khusus yang memang disediakan untuk mereka yang diharuskan pindah tersebut.

"Lokasinya ya diseluruh pasar, mana yang kosong ya itu yang mereka sewa. Paling juga sementara, nanti kalau Pasar Keputran buka lagi ya mereka pindah kesana," jelasnya.

Namun, pedagang sayur yang juga pernah berjualan di Pasar Keputran tahun 2010 ini mengaku omsetnya belum kembali pulih sejak pandemi Covid-19. “Ibarat katok iki suwek, durung isok ketembel kabeh (ibarat celana ini sobek, belum bisa ketambal semua). Daripada rugi terus, mendingan tetap berjualan meskipun untungnya nggak seberapa," pungkasnya.

 

Banyak Pasar Ilegal

Hal tersebut juga dikeluhkan oleh Ashari selaku pedagang sayur di Pasar Keputran. Ia mengaku bila untuk kepentingan bangsa dirinya mengaku menerima dan legowo.

"Kalau dampaknya, bukan hanya saya yang terimbas. Bahkan ada ribuan orang yang hilang mata pencahariannya. Penutupan Pasar Keputran mengakibatkan harga-harga naik 3 kali lipat. Contoh cabe yang biasa 8.000 ribu saat ini menjadi 30.000 ribu. Semua sayuran naik 2 sampai 4 kali lipat, contoh wortel biasanya 9.000 ribu naik 15.000 ribu sampai 20.000 ribuan" ungkapnya kepada Surabaya Pagi.

Lanjutnya, Ashari mengaku bila tidak ada itikad baik oleh PD Pasar Surya maupun Pemerintah Kota Surabaya untuk memindahkan sementara tempat para pedagang berjualan.

"Tidak ada pemindahan kemana-mana. Tapi yang belanja tumplek blek di Mangga Dua dan pasar-pasar ilegal kayak di jalanan Pandigiling. Kalau pedagang Pasar Keputran Utara yang asli semua nganggur total,” keluhnya.

Saat ditanya apakah Pemerintah maupun PD Pasar Surya berkoordinasi untuk memberikan kompensasi atau solusi dari Penutupan Pasar Keputran, Ashari mengaku bila tidak mendapatkan apapun dari Pemerintah ataupun PD Pasar Surya.

"Mana mungkin Pemkot menyediakan tempat, wong penutupan aja hanya diberi tenggat waktu 1 hari. Kayak gak ada kompensasi apa-apa, apalagi dari PDPS. PDPS juga ikut waktu rapat bersama pedangan bersama gugus tugas tetapi PDPS memilih bungkam,” terangnya.

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

 

Tak Ada Sosialisasi

Terpisah, Ketua KPPS (Kumpulan Pedagang Pasar Seluruh Surabaya), Hakim mempertanyakan fungsi dari Perwali yang dibuat oleh Pemerintah Kota Surabaya.

"Pemerintah tidak konsisten. Pertama tidak konsistennya pada Perwali. Perwali kita di pasal berapa itu terlihat bahwa sudah jelas tidak ada penutupan pasar. Kalau Perwali saja tidak difungsikan apa gunanya? Jadi percuma dong Perwali kita pegang" katanya.

Hakim menuturkan bila, di Perwali terdapat satu tempat atau yang terkena Covid, maka pedagang akan dilakukan diisolasi selama 14 hari, kedepannya pasar ditutup sesudah itu di sterilisasi.

"Tapi kenyataannya kan tidak begitu. Pasar langsung ditutup, yang saya sesalkan mengapa penutupan dilakukan tanpa ada informasi atau pemberitahuan apapun. Terus terang saja itu sangat merugikan pedagang dan berkesinambungan kerugiannya, karena pedagang menggunkan sistem kontrak.

Mereka setiap setiap hari melakukan pengiriman,  tahu-tahu diputus lagi. Mereka kan bingung, bagaimana barang di jual kemana lalu menghabiskan barang atau dilemparkan barang itu kemana. Kerugian para pedagang sangat besar" tuturnya.

 

Tidak Ada Solusi dari PDPS

Kerugian yang di alami oleh para Pedagang Pasar Keputran dinilai Hakim mengalami kerugain yang sangat banyak. Para pedagang saat ini sibuk membuang dagangannya supaya tidak mengalami kerugian.

"Mereka sekarang tawarkan ke teman-temannya supaya ada yang membeli. Bahkan mereka sampai ngemper di pasar Mangga Dua, di Pasar Pabean" ungkapnya.

Disinggung soal solusi dari PD Pasar Surya, Hakim mengaku bila tidak ada solusi dari apapun, tidak ada solusi dari PDPS.

"Di situ heran melihat gugus kok itu sudah terlalu berkuasa sekali, dia harus tutup maka temlat itu tutup. Itu sama saya sama dengan mematikan para pedagang. Tidak ada solusi tidak ada kompensasi. Sekarang pun para pedagang disuruh bikin pasar tangguh sendiri dengan biaya sendiri sementara para pedagang juga kesusahan mencari penghasilan" keluhnya.

 

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

Gugus Tugas Ancam Pedagang

Surabaya Pagi pun dibuat kaget oleh pengakuan Hakim, ia menjelaskan bila para pedagang Pasar Keputran diancam oleh satuan gugus tugas Covid - 19 kota Surabaya.

"Dalam arti kata mereka disuruh rapid test oleh gugus tugas dengan  menyuruh 2.000 orang pedagang, padahal pedagang di pasar Keputran tidak sampai 2.000z Di situ ada yang kena katanya 20, tetapi tidak semua adalah para pedagang Keputran.Kewajiban mengumpulkan orang supaya ikut tes, adalah kewajibannya PD Pasar bukan Pedagang atau gugus tugas,” jelasnya.

Hakim mempertanyakan sikap dari Pemerintah yang langsung melakukan penutupan di Pasar Keputran, ia mempertanyakan bagaimana dampak dari penutupan pasar.

"Apakah nanti begitu mereka buka pembeli itu akan tetap balik ke situ jangan-jangan mereka sudah pembeli udah punya pelanggan baru? Nah itu merusak tatanan dan itu tidak pernah dipikirkan oleh  pemerintah. Minggu malam sudah boleh buka, jadi ditutup sementara 5 hari itu dan mereka disuruh wajib swab oleh gugus tugas sebagai syarat di bukanya pasar. Namun mereka banyak nggak mau karena tidak ada pembelajaran dan pengertian apa sih fungsinya swab dan apa itu covid" ujarnya.

 

Tidak Menutup, tapi Mensteril

Sementara itu, Direktur Teknik dan Usaha, PD Pasar Surya Surabaya, Muhibuddin, Pasar Keputran merupakan salah satu pasar induk yang cukup besar di Kota Surabaya, dengan jumlah stand sekitar 1200 an. Selama diliburkan, ia mengimbau kepada masyarakat khususnya pedagang eceran yang biasa membeli di Pasar Keputran agar membeli di pasar lain.

“Intinya kita tidak melakukan penutupan pasar, tapi mensterilkan pasar dan lingkungan sekitar. Jika selama ini (pedagang) ambil di Pasar Keputran, maka nanti (selama diliburkan) mereka bisa cari tempat lain,” kata Muhibuddin.

Meski Pasar Keputran diliburkan, Muhibuddin memastikan bahwa transaksi penjualan para pedagang itu masih bisa tetap berjalan. Sebab, mereka juga punya jaringan di pasar-pasar yang lain. Selain itu pula selama diliburkan para pedagang bisa menerapkan sistem penjualan jemput bola.

“Kalau kemarin pembeli yang jemput bola, kalau sekarang (selama diliburkan) penjual atau pedagang yang antar,” terangnya.

Muhibuddin juga memastikan, bila selama peliburan Pasar Keputran Utara, pihaknya akan menjalankan kegiatan day to day. Seperti yang berjalan di hari pertama yakni sterilisasi dan pengosongan aktivitas berjualan.

“Di dalam pasar sudah kosong dan tidak ada aktivitas perpasaran," pungkasnya. adt/tyn/pat/byt/cr2/rmc

 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU