PDIP Surabaya Terpecah Jadi Tiga

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Jul 2019 05:13 WIB

PDIP Surabaya Terpecah Jadi Tiga

PDIP Belum Punya Kandidat Pengganti Risma dalam Pilwali tahun 2020. Bahkan, Internal PDIP Surabaya terpecah menjadi tiga faksi, yakni Bambang DH, Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana. ---Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Megawati Soerkarno Putri ternyata masih memberikan kepercayaan kepada kepengurusan yang lama untuk posisi Ketua, Sekretaris, dan Bendahara di DPD PDIP Jawa Timur masa bakti 2019-2024. Hal itu berdasarkan Surat rekomendasi Nomor 5473/IN/DPP/VII/2019 yang ditandatangani Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Lalu, jika dianalisa, apa dampak dari kepengurusan baru tapi lawas ini ke Pilwali Surabaya 2020 nanti? ---- Tim Wartawan SurabayaPagi, Rangga Putra, Miftahul Ilmi, Helmi Surat Rekomendasi tersebut dibacakan oleh Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP PDIP Sri Rahayu dengan Susunan Ketua DPD PDIP Jatim dijabat oleh Kusnadi, Sekretaris Sri Untari dan Bendahara Wara Sundari Renny Pramana. Kusnadi sendiri tidak mengetahui kalau ia akan mengemban kembali Partai Banteng Moncong Putih ini di Jawa Timur. Ia melihat bahwa dirinya telah diberikan kepercayaan oleh Ketum DPP PDIP Megawati untuk memimpin Jawa Timur. "Kita sendiri tidak tahu. Ini suatu kepercayaan dari partai, dari Ibu Ketum Mega bahwa kita kemudian diberi tugas lagi. Jadi dalam komposisi KSB tidak ada perubahan," ucap Kusnadi usai Konferda DPD PDIP Jatim di Hotel Wyndham, Jalan Basuki Rahmat Surabaya, Rabu (24/7/2019). Lebih lanjut, ke depan Kusnadi Wakil Ketua DPRD Jatim ini akan melakukan bagaimana PDIP tetap mempertahankan dan memajukan PDIP lebih baik lagi dengan bergotong-royong bersama sehingga bisa meraih apa yang bisa peroleh ditahun 2019 yang berlalu baik Pileg atau Pilpres. "Harapan kita ke depan akan bisa lebih baik dari itu," terangnya. Selain itu, Hasil Konferda DPD PDIP Jatim yang dipimpin oleh Ketua Bidang Organisasi DPP Djarot Saiful Hidajat dan Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP Sri Rahayu juga telah membentuk kepengurusan baru berjumlah 23 nama pengurus di DPD PDIP Jatim. Ketua Bidang Keorganisasian DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat dalam Konferda PDIP Jatim menegaskan, partainya menargetkan 60 persen dari 270 pilkada serentak pada tahun 2020 mendatang, masuk prioritas pemenangan. Di Jatim sendiri, terdapat 19 daerah yang bakal menghelat pilkada, termasuk Kota Surabaya. Djarot menambahkan, prioritas pemenangan partai bakal dikonsentasikan pada daerah-daerah yang kepala daerahnya sudah dua periode menjabat. Ini berarti, Surabaya, Banyuwangi, Ngawi serta Kediri masuk daftar prioritas pemenangan. Khusus Pilwali Surabaya, PDIP sendiri belum punya kandidat untuk meneruskan tampuk kepemimpinan Kota Pahlawan sepeninggal Risma tahun 2020 mendatang. Bahkan, internal PDIP Surabaya terpecah menjadi tiga faksi yakni Bambang DH, Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana. Masing-masing faksi disebut-sebut punya kandidat mereka sendiri-sendiri. Selain itu, mereka juga diketahui memiliki koneksi khusus dengan Ketum Megawati. Lalu, di antara ketiga faksi itu, calon siapa yang bakal mendapat rekom Megawati? Terkait hal ini, pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura Surokhim Abdussalam menilai, peluang Bambang DH, Tri Risma maupun Wisnu Sakti sebetulnya sama-sama terbuka. Jika menilik kekuatan politik faktual di Kota Surabaya, menurut Surokhim faksi Bambang DH dan faksi Tri Risma punya peluang yang lebih besar. Pasalnya, Bambang DH dinilai punya daya tawar lebih lantaran mampu mengendalikan struktur DPC PDIP Surabaya. Di sisi lain, kalau melihat bahasa tubuh antara Megawati dan Tri Rismaharini, selama ini tampak dekat dan hangat. Oleh sebab itu, dua faksi itu bakal bergantung pada momentum pamungkas. "Kalau mencermati sikap Ketum Megawati yang sulit dipengaruhi, maka momentum yang akan menentukan," cetus Surokhim pada Surabaya Pagi, Rabu (24/7/2019). Lalu bagaimana dengan peluang Wisnu Sakti? Menurut peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) ini, wakil wali kota Surabaya ini tetap punya peluang, namun tidak sekuat dua faksi lainnya. Meski begitu, Wisnu Sakti masih punya senjata elektabilitas, yang sejauh ini diketahui masih paling tinggi di antara calon-calon dari internal PDIP Surabaya. "Daya saing Mas Wisnu ada pada elektabilitas dan dukungan struktur bawah PDIP Surabaya," ungkap dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya ini. Namun begitu, persaingan antarfaksi dalam tubuh PDIP Surabaya juga bisa berakhir seperti pepatah, menang jadi arang, kalah jadi abu. Soalnya, jika Megawati bimbang, boleh jadi dia akan mengambil jalan tengah dengan menugaskan cawali Surabaya dari luar faksi-faksi yang ada. "Bisa pengurus DPP atau orang-orang yang punya relasi khusus dengan Bu Mega," papar Surokhim. Terpisah, pengamat politik Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Agus Mahfud Fauzi juga mengutarakan pendapat yang sama. Menurutnya, jika ditinjau dari sejarah PDIP pada Pilwali Surabaya, maka calon dari faksi Bambang DH dan faksi Tri Rismaharini lebih punya kans untuk dipilih. **foto** Pada Pilwali 2010 misalnya, Bambang DH maju sebagai wawali untuk mantan anak buahnya, yakni Risma yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bappeko. Ketika itu, Bambang menilai Risma mampu menjalankan amanah partai. Apalagi, kini Bambang DH menjadi ketua Bappilu yang pendapatnya bakal dipertimbangkan. Di lain pihak, Risma sendiri punya hubungan yang dekat dengan Ketum Megawati Soekarnoputri. "Faktor historis dan kedekatan dengan Bu Mega akan menjadi pertimbangan utama," tutur Agus Mahfud. Walau begitu, seperti partai-partai pada umumnya, PDIP juga bakal mempertimbangkan dengan serius hasil survei. Untuk sementara, survei menunjukkan Wisnu Sakti Buana menjadi cawali terkuat. Namun, survei tidak digelar sekali, tetapi beberapa kali untuk melihat tren pilihan rakyat. "Untuk sekarang, Wisnu Sakti memang yang paling tinggi. Tetapi bagaimana dengan beberapa bulan mendatang? Kalau survei menunjukkan elektabilitas Wisnu lebih tinggi lagi, boleh jadi Wisnu yang paling berpeluang," ungkap Agus Mahfud. "Perlu dilihat dalam survei beberapa kali untuk mengetahui preferensi pilihan mengarah ke siapa." Menurut mantan komisioner KPU Jatim ini, apabila calon-calon yang diusung oleh ketiga faksi tersebut belum mampu meyakinkan DPP, dalam hal ini Ketum Megawati, maka bisa saja dipilih cawali dari luar faksi. Gejala ini ditunjukkan dengan dipilihnya ketua DPC PDIP Surabaya oleh DPP di luar usulan PAC maupun DPC. Hal ini diduga kuat merupakan manuver DPP untuk mengukur bagaimana respon akar rumput ketika mengetahui keputusan sepihak dari pusat.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU