Nanfang, Saksi Bisu Perjananan Akhir Masa Dinasti Qing

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 29 Des 2019 20:31 WIB

Nanfang, Saksi Bisu Perjananan Akhir Masa Dinasti Qing

Kisah Perantau Tiongkok di Surabaya (29) Dinasti Qing (Hanzi:, hanyu pinyin: Qng Chao) (1644 - 1911), juga dikenal sebagai Dinasti Manchu atau Kekaisaran Qing adalah salah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Tiongkok setelah dinasti Yuan Mongol dan juga merupakan dinasti yang terakhir berkuasa di Tiongkok. SURABAYAPAGI.COM,Surabaya -Asing dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan non-Han yang dianggap sebagai entitas Tiongkok pada zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin Gioro (Hanyu Pinyin: Aixinjueluo), kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan dinasti sebelumnya serta meleburkan diri ke dalam entitas Tiongkok itu sendiri. Nanfang sendiri adalah kota kecil di Taiwan yang terletak di sebelah timur laut Taiwan. Di Nanfang ini terdapat sebuah pelabuhan atau dermaga kecil yang dibangun untuk menghidupi warga sekitar. Sejak didirikan tahun 1923, Nanfangao selalu menjadi pelabuhan dengan hasil penangkapan ikan terbesar di Taiwan, 99% ikan Makerel Taiwan berasal dari Nanfangao. Dinasti Qing dan Kota Nanfang memiliki hubungan yang tidak bisa dilupakan. Pasalnya, Kota Nanfang merupakan saksi bisu terjadinya aktivitas hijrah warga Nanfang pada akhir masa Dinasti Qing, sekitar dua setengah abad silam. Aktivitas hijrah ini dilakukan hingga akhir masa pemerintahan Republik daratan Tiongkok pada tahun 1949. Di Dermaga Kota Nanfang inilah, awal perjalanan masyarakat nanfang ke penjuru dunia untuk mencari temapt tinggal. Bahkan, dermaga ini mendapat label dari UNESCO sebagai situs budaya di wilayah wilayah di barat daya muara Sungai Mutiara, di selatan tengah Provinsi Guandong. Label tersebut diberikan karena Dermaga Kota Nanfang ini merupakan tonggak sejarah etnis Tionghoa di berbagai belahan dunia. Dermaga ini bernama Dermaga Hoikubu, awalnya, nenek moyang etnis Tionghoa ini memulai perjalanan dengan menyususri alur sungai hingga ke Hongkong. Mereka menyebar ke berbagai belahan dunia. Menyeberangai lautan pasifik hingga sampai Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara di Amerika Latin. Selain itu, perjalanan mereka juga melalui melalui Laut Cina Selatan dan Selat Malaka yang berakhirlah perjalanan mereka di Malaysia dan Indonesia. Atas hal tersebut, masyarakat Nanfang lebih mengenali Indonesia dari pada negara-negara lainnya. Bahkan, jumlah perantauan dari Jiangmen di Indonesia terbanyak ketiga, setalah di Amerika Serikat dan di Kanada. Masyarakat Nanfang memiliki kebudayaan tersendiri dan berbeda dari etnis Tionghoa lainnya teruatama Beijing. Dialek ataupun pengucapan tulisan mereka berbeda. Penutur ketiga bahasa tadi tak saling mengerti, meski sama penulisannya. Padahal Huruf Hanzi (kanji) antara Kanton, Hokkian, dan Mandarin sama. Warga Nanfang mayoritas menggunakan Dialek Kanton, dalam bahasa Mandarin, dilafalkan Guandong, nama provinsi di wilayah selatan Cina. Dialek Hokkian, dalam bahasa Mandarin, dilafalkan Fujian, provinsi tetangga Guandong di timur laut.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU