Home / Pilpres 2019 : Reuni 212 yang Diikuti Jutaan Massa Diprediksi bak

Momentum Prabowo

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 03 Des 2018 09:12 WIB

Momentum Prabowo

Laporan: Riko Abdiono - Jemmi Purwodianto SURABAYA PAGI, Surabaya Prediksi jumlah peserta reuni akbar 212 hanya akan dihadiri 3-5 ribu orang, ternyata meleset. Saat digelar di Jakarta, Minggu (2/12/2018), massa yang hadir diperkirakan mencapai jutaan. Fenomena ini menjadi momentum bagi Prabowo Subianto unjuk kekuatan (show of force) menjelang Pilpres 2019, yang tinggal empat bulan lagi. Ini sekaligus membuat persaingannya dengan Jokowi semakin panas, meski ia diduetkan dengan KH Maruf Amin yang didukung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Gerakan reuni 212 itu juga diprediksi bakal berdampak signifikan pada keniakan suara calon presiden (capres) nomor urut 2 itu. Meski dalam sejumlah survei, pasangan nomor urut 1 Jokowi-Maruf masih unggul. ----- Prediksi kenaikan elektablitas Prabowo-Sandi itu disampaikan Surokim Abdusalam, peneliti politik dari Surabaya Survey Center (SSC); Aribowo, peneliti senior Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (Pusdeham) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya; Hari Fitrianto, dosen FISIP Unair, Kunto Adi Wibowo, Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo serta Hadi Dediyansyah, koordinator juru bicara Badan Pemenangan Daerah (BPD) Prabowo Sandi di Jatim. Seperti disampaikan Surokim Abdusalam, reuni 212 merupakan momentum tepat untuk menarik simpati masyarakat dan mematahkan anggapan bahwa Prabowo hanya dekat dengan kelompok radikal. Ini bisa dilihat dari reuni 212 berjalan damai tanpa ada kerusuhan apa pun. "Karena aksinya berjalan damai, maka efeknya untuk Pak Prabowo berdampak bagus. Karena aksi yang damai dan tertib akan mendapatkan simpat publik," ujar Surokim, Minggu (2/12/2018), melalui sambungan telepon. Meski akan berdampak positif bagi Prabowo, namun menurut Surokin, aksi reuni 212 tidak bida dijadikan indikator kekuatan Prabowo-Sandi. Sebab, tidak semua yang hadir dalam reuni itu akan memilih Prabowo pada Pilpres 2019. "Kalau semua belum tentu juga. Tapi sebagian besar pastinya akan memilih Prabowo," tambah dosen Universitas Trunojoyo Madura ini. Masih kata Surokim, aksi 212 yang dihadiri jutaan umat Islam dari berbagai wilayah ini akan membawa dampak elektoral bagi Prabowo-Sandi, meski beberapa lembaga survei menyatakan Jokowi Mauf lebih unggul. Menurut Surokim, Prabowo masih memiliki kesempatan untuk mengejar ketinggalan tersebut. Terlebih, hanya ada dua pasangan yang maju dalam pilpres 2019. "Sangat bisa, karena pasangan calonnya cuma dua. Itu tergantung momentum lainnya yang bisa dimaintainance sama pak Prabowo, seperti reuni 212 itu," lanjut Surokim. Umat Muslim dari berbagai daerah di Indonesia memadati Jakata mengikuti aksi Reuni 212, Minggu (2/12). Peluang Mengejar Hal senada di katakan Aribowo. Dosen senior FISIP Unair ini mengatakan reuni 212 akan membawa nama Prabowo sebagai calon pemimpin yang pro 212. Ini akan menunjukan jika Prabowo-Sandi didukung oleh kekuatan-kekuatan Islam yang selama ini tidak pro dengan pemerintahan. "Meski Jokowi didampingi mantan Rois Am PBNU dan Ketum MUI, umat Islam tak sedikit yang memilih Prabowo," ujar Aribowo dihubungi terpisah Meski Jokowi unggul di sejumlah lembaga survei, lanjut Ariwibowo, tidak menutup kemungkinan Prabowo akan menyusul ketinggalan. Sebab, dalam sebulan terakhir, dari data yang didapat Aribowo, elektabilitas Jokowi menurun 6% dari 58% menjadi 52%. Sedangkan Prabowo meningkat 23% menjadi 32%. Mash ada waktu 4 bulan, tergantung Prabowo menggunakan momentum apa untuk menarik simpati masyarakat. Biasanya kalau kandidat itu kiprahnya sudah turun, maka akan turun terus dan akan susah naiknya. Seperti yang terjadi pada Pilgub Jatim kemarin," prediksi Aribowo. Terkait Keyakinan Hari Fitrianto Dosen FISIP juga mengatakan gerakan reuni 212 yang dihadiri jutaan orang adalah momentum yang baik bagi Prabowo untuk menarik simpati pemilih yang belum menentukan pilihannya pada Pilpres 2019. Sebab, dalam aksi tersebut, masyarakat yang hadir tidak ada yang mendapat imbalan apapun dari partai ataupun calon anggota legislatif maupun dari capresnya. Apalagi Prabowo juga hadir pada gerakan tersebut. Menurut Hari, kehadiran capres dalam aksi tersebut akan membuat masyarakat menilai jika kandidat itu mendukung aksinya. "Yang datang dalam aksi tersebut kan banyak diantaranya karena soal keyakinan. Mereka mengeluarkan biaya sendiri tanpa dibiayai partai. Meski ada yang dimobilisasi, hal tersebut tidak akan mengecilkan partisipasi yang datang karena keyakinan mereka," terang Hari. Meski begitu, lanjut Hari, reuni 212 tidak bisa dijadikan indikator Prabowo-Sandi akan menang. Sebab, partisipan yang hadir dalam aksi tersebut datang bukan karena ada ikatan dengan Prabowo. Ia menilai, selama ini yang mendukung Jokowi tidak pro aksi 212, sedangkan para partisipan aksi 212 selama ini kontra dengan Jokowi. "Karena mereka tidak terikat Prabowo-Sandi, jadi itu tidak bisa dijadikan indikator bahwa yang hadir akan mendukung Prabowo Sandi 100 persen. Meski dari mereka banyak yang akan mendukung Prabowo. Karena selama ini yang kontra dengan mereka adalah rezim pemerintahan Jokowi," kata Hari. "Maka, Prabowo akan mendapatkan dampak electoral dari aksi ini," tambah Hari. Bentuk Proselyting Sementara itu, Kunto Adi Wibowo berpendapat Reuni Akbar 212 hanya akan memberikan efek kepada partai yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi, terutama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Jadi bukan ke partai Islam secara umum, ujar Kunto. Ia menambahkan Reuni Akbar 212 menjadi salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih presiden. Hal itu terlihat berdasarkan survei yang dilakukan KedaiKOPI pada 15-23 November 2018 dengan 1.317 responden di 27 provinsi dengan suara terbesar. Sebanyak 20,6 persen pemilih nasional mengatakan bahwa aksi 212 menjadi faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih presiden, papar Kunto. Menurut Kunto kegiatan Reuni Akbar 212 bersifat proselyting alias berkumpul untuk meneguhkan keyakinan. Jadi mereka yang menjadikan reuni 212 sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan presiden adalah mereka yang sebenarnya sudah tidak mau memilih Joko Widodo-Maruf Amin. Dan sekarang diteguhkan dan diyakinkan untuk memilih Prabowo, tandasnya. Kubu Prabowo Gerakan reuni 212 di Jakarta juga diyakini berdampak signifikan pada kenakan suara Prabowo-Sandiaga di Jawa Timur. Pasalnya, mereka yang berangkat ke Jakarta itu adalah kalangan umum dan tidak digerakkan oleh tim pemenangan atau partai pengusung Prabowo-Sandi di Jawa Timur. Hal ini dikatakan Hadi Dediyansyah, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Daerah Prabowo Sandi mengatakan, dari awal kita menganggap aktivis 212 itu adalah teman dan sahabat. Wajar jika kemudian mereka punya kedekatan yang sama dengan Prabowo. "Masalah akidah juga sama-sama dengan mereka. Terlepas itu ada tudingan kepentingan politik karena mereka yang datang itu adalah 100% Islam, kami tidak sama sekali tidak tahu," terang Hadi Dediyansyah, Minggu (2/12/2018). Terkait fakta di lapangan bahwa saat reuni 212 di Monas dengan jumlah jamaah jutaan itu kemudian memberikan dukungan ke Prabowo-Subianto, hal itu sangat wajar. "Selama mereka kemudian mendukung Pak Prabowo itu sah-sah saja. Padahal gerakan 212 itu ada sejak pak Prabowo belum maju capres. Intinya kita menghormati aksi ini," terangnya. Hadi mengakui, sejak kemarin hingga hari ini, cukup terasa dampak dari acara Reuni 212 ini. Khususnya di Jawa Timur, Hadi mengakui ada semangat dan dukungan baru dari kelompok-kelompok yang selama ini terbilang umum. Bukan dari Gerindra ataupun partai pengusung Prabowo-Sandiaga. Dampak ini diakui cukup siginikan bisa mendongkrak suara di Jawa Timur. Karena yang berangkat ke Jakarta juga banyak orang jawa timur yang itu ternyata mendukung pak prabowo. "Itu meerka bergerak sendiri diluar partai dan tim pemenangan kami," pungkas Caleg DPRD Jatim dari Dapil Surabaya ini.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU