Misteri Dokter Ai Fen, Pengungkap Pertama Virus Corona Menghilang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 05 Apr 2020 09:39 WIB

Misteri Dokter Ai Fen, Pengungkap Pertama Virus Corona Menghilang

SURABAYAPAGI.com, Wuhan - Ai Fen, dokter di Wuhan yang pertama mengungkap adanya serangan virus corona jenis baru di kota itu dilaporkan menghilang. Kekhawatiran berkembang kalau yang bersangkutan telah ditangkap dan ditahan kepolisian setempat terkait isi wawancaranya dengan sebuah majalah berbahasa Cina, Renwu. Dalam wawancaranya itu Ai mengkritik manajemen rumah sakit tempatnya bekerja karena telah mencopot sistem peringatan dini virus corona. Saat yang sama Beijing bersiap mencabut status penguncian wilayah (lockdown) terhadap Wuhan setelah menganggap bencana wabah penyakit virus corona 2019 itu telah berlalu. Dalam wawancara sebelum dia dikabarkan menghilang itu, Ai juga mengaku menyesal tidak bicara lebih banyak setelah empat koleganya, termasuk dokter berusia 34 tahun Li Wenliang, meninggal. Li Wenliang--pernah ditahan untuk tuduhan menyebar berita palsu tentang bahaya SARS dari pasar makanan laut di Wuhan--dan tiga rekannya akhirnya ikut tertular saat memerangi merebaknya infeksi virus itu. Ai mengaku juga pernah menjalani interogasi yang kasar karena kasus yang sama. Dia lah yang pertama menerima laporan diagnosa seorang pasien yang dilabelinya virus corona SARS pada 30 Desember 2019. Saat itu dia mengaku sampai berkeringat dingin membaca laporan laboratorium tersebut. Seperti diketahui, epidemi SARS pernah menyebabkan 8.000 orang di seluruh dunia sakit dan lebih dari 800 meninggal. Menyadari itu, Ai lalu membagikan laporan itu ke seorang teman kuliah dan grup percakapan departemen rumah sakit tempatnya bekerja. Pada malam itu juga, tangkapan layar lengkap dengan tinta merah yang melingkari kata SARS yang dibuatnya langsung beredar luas. Termasuk sampai ke tangan Li Wenliang yang kemudian mengunggahnya di media sosial. Dua hari kemudian, Ai dipanggil Komite Disiplin rumah sakit dan dianggap menyebar rumor. "Jika saja tahu akan terjadi seperti sekarang ini, saya pasti tidak akan peduli dengan perlakuan yang diberikan kepada saya kala itu, dan akan bicara apapun dan kepada siapa pun yang saya mau," katanya kepada Renwu. Hasil wawancara itu diunggah oleh Majalah Renwu pada Selasa lalu namun segera dicabut lagi oleh pemilik akun. Lalu, setelah berita investigasi tentang menghilangnya Ai yang dibuat sebuah media asal Australia mengudara, sebuah unggahan di akun Weibo mirip Twitter milik Ai membagikan sebuah gambar dengan caption: Sebuah sungai. Sebuah jembatan. Sebuah jalan. Sebuah jam berlonceng. Tetap, tak ada petunjuk tentang keberadaan Ai. Rumor menghilangnya Ai menyusul gelombang kritik kepada pemerintah Cina yang dianggap berbohong dan berusaha menutup-nutupi informasi kunci sepanjang masa penanganan virus corona sedari awal. Bahkan hingga sekarang sejumlah politikus memperingatkan kalau angka kasus COVID-19, nama penyakit karena virus corona itu, yang diberikan pemerintah selama ini bisa saja salah. Warga setempat di Wuhan bahkan curiga angka sebenarnya sepuluh kali lipat daripada yang diumumkan resmi pemerintah. Hanya menyebut dirinya sebagai pemberi peluit kepada Li Wenliang, Ai mengatakan, "Semua peritiwa ini menunjukkan kalau setiap orang harus teguh pendiriannya karena seseorang harus mengungkap kebenaran." Dia menambahkan, "Dunia ini membutuhkan suara yang berbeda." Li, yang meninggal karena wabah itu pada 7 Februari 2020, sempat diperingatkan otoritas setempat karena dianggap "menyebarkan informasi tidak benar". Dikabarkan 60 Minutes Australia, Dokter Ai tidak terlihat lagi setelah memberikan wawancara kepada People yang mengkritik manajemen rumah sakit dalam merespons temuannya. Tak lama setelah wawancara itu tayang, yang kemudian dihapus, Ai mengunggah sebuah gambar disertai keterangan di akun Weibo-nya. "Sebuah sungai, jalan, jembatan, dan jam yang berdentang," kata Ai di Weibo seperti dikutip RFA via Daily Mail, Rabu (1/4/2020). Bahkan hingga saat ini, sejumlah kalangan, termasuk warga di Wuhan, menduga angka sebenarnya infeksi virus SARS-Cov-2 itu jauh lebih tinggi dari yang dipaparkan. Dalam wawancara sebelum dia tidak terlihat lagi, direktur departemen darurat itu mengaku menyesal tidak lebih berani menyuarakannya lebih keras. Sebab, empat koleganya, termasuk Dokter Li Wenliang, terpapar Covid-19 dan meninggal ketika berjuang untuk merawat para pasien. "JIka saya tahu akhirnya bakal seperti ini, saya tak peduli akan hukuman. Saya akan terus menyuarakannya kepada siapa pun," kata dia. Sang dokter menceritakan, semua terjadi pada 30 Desember 2019, ketika dia melihat banyak pasien dengan gejala mirip flu tak bisa ditangani dengan pengobatan biasa. Dia kemudian mendapatkan hasil laboratorium, dengan salah satunya mencantumkan sebuah kalimat yang membuatnya berkeringat dingin, "SARS coronavirus". Seketika dia langsung melingkari kata SARS, mengambil foto, dan segera mengirimkannya kepada mantan teman sekelas di jurusan kedokteran yang bekerja di rumah sakit lain. Dia juga sampai memanggil koleganya dari departemen pernapasan yang kebetulan tengah melintas. "Saya katakan salah satu pasiennya terinfeksi virus mirip SARS," kisahnya. Segera saja, foto tersebut menyebar di kalangan tenaga medis, termasuk oleh dokter Li yang memberikan peringatan sebelum ditegur aparat. Malamnya, dia menuturkan menerima pesan dari rumah sakit yang menyatakan bahwa informasi penyakit misterius itu seharusnya tidak disebarluaskan. Sebab, kabar yang belum diketahui kebenarannya itu bisa mengakibatkan kepanikan. Dua hari kemudian, dia dipanggil komite disiplin RS. Oleh kepala komite inspeksi disiplin, dia mendapat teguran karena dianggap "menyebarkan rumor" dan "merusak stabilitas". "Pikiran saya kosong. Dia tidak menegur karena saya tak bekerja keras. Saya dianggap sudah merusak masa depan Wuhan. Saya putus asa," keluhnya. Setelah itu, setiap staf dilarang untuk saling membagikan gambar ataupun pesan yang berisi informasi mengenai virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu. Ai mengaku tidak bisa mengusahakan apa-apa, selain meminta para stafnya untuk mengenakan pakaian pelindung dan masker meski tidak diinstruksikan.(dailymail/tm/kmp/cr-03/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU