Meski Diblakclist AS, Cengkraman Bisnis Huawei Masih Kuat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 01 Agu 2019 17:03 WIB

Meski Diblakclist AS, Cengkraman Bisnis Huawei Masih Kuat

SURABAYAPAGI.com - Seakan tak menghiraukan sanksi pembatasan perdaganagan dengan entitas asal Amerika Serikat, raksasa teknologi China masih kuat untuk mencengkram bisnisnya dan berhasil merauup pertumbuhan pendapatan hingga 23% secara tahunan pada semester pertama tahun 2019 menjadi 401,3 miliar yuan atau USD 58,3 miliar. Tekanan Amerika Serikat yang memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perdagangan diperkirakan akan terasa dampaknya pada paruh kedua tahun ini. Chairman Huawei, Liang Hua, mengatakan meski dimasukkan sebagai daftar hitam atau blacklist oleh sebuah negara, pertumbuhan Huawei tetap lancar dan dalam kondisi sehat. "Meski demikian hal itu tidak berarti bahwa tidak ada kendala yang dapat kami di masa yang akan datang," kata Liang dalam rilisnya. Grup bisnis consumer menjadi penyumbang terbesar pendapatan pada semester pertama 2019 dengan perolehan sebesar 220,8 miliar Yuan. Huawei mengungkapkan angka penjualan Ponsel pintar telah mencapai 118 juta unit atau meningkat 24% secara tahunan. Meski demikian, penjualan ponsel di Indonesia cenderung stagnan, hanya tumbuh tipis 3% secara tahunan. Pada bisnis jaringan, Huawei berhasil mencatakan pertumbuhan sebesar 146,5 miliar yuan, didorong oleh pertumbuhan di lini produksi dan penjualan peranti jaringan nirkabel, transmisi optik, komunikasi data dan sejumlah produk terkait. Diketahui juga hingga saat ini, Huawei telah menekan 50 kontrak 5G komersial dan berhasil menggelar 150.000 BTS di seluruh dunia. Adapun dari sektor enterprise Huawei mencatatkan pendapatan sebesar 31,6 miliar yuan, didorong oleh kerja sama yang terjalin dengan pemerintahan dan sektor komersial seperti finansial, transportasi, energi, dan otomotif dalam pengadaan claud, artificial intelligence Campus, Network Data Center dan IoT. Chief Technical Officer Huawei Indonesia Vaness Yew mengatakan, untuk group bisnis jaringan sendiri, Huawei berhasil mencatatkan pendapatan CNY 146,5 milliar atau sekitar Rp 305 triliun pada semester pertama 2019. Dengan laju pertumbuhan yang stabil, dirinya optimistis Huawei dapat terus menjajaki segala kemungkinan baik. Terutama lini produksi dan peranti jaringan nirkabel, transmisi optik, komunikasi data, TI serta jumlah produk terkait yang menjadi domain Huawei. Dengan pondasi bisnis yang kuat di semester pertama tahun ini, walaupun kami dimasukkan ke dalam daftar entitas negara tertentu, pertumbuhan kami tinggi di tengah terpaan dari luar. Hal itu tidak berarti tak ada kendala. Kesulitan pasti ada dan pastinya berdampak terhadap laju pertumbuhan bisnis Huawei jangka pendek, kata Vaness di Jakarta, Rabu (31/7). Dalam kesempatan tersebut, dia juga memaparkan bahwa untuk Indonesia, Huawei juga mencatat pertumbuhan pendapatan. Di Indonesia, menurutnya, Huawei mengalami peningkatan dua hingga tiga persen dan mengalami peningkatan dari tahun lalu di periode yang sama. Dari peningkatan tersebut, kurang dari tiga persen kontribusi disebut berasal dari smartphone. Sebagai informasi, seperti sudah disinggung di atas, Huawei tengah mengalami situasi yang sulit akibat perang dagang dengan AS beberapa waktu ini. Huawei sempat dicerai Google dan beberapa perusahaan AS lainnya atas perintah presiden AS, Donald Trump yang melarang perusahaan AS memiliki hubungan dengan perusahaan Tiongkok kala itu. Meski sempat panas, situasi keduanya perlahan sudah mulai membaik. Huawei diizinkan kembali menggunakan sistem operasi besutan Google, Android. Namun Huawei sendiri tak tinggal diam. Mereka berusaha bangkit dengan salah satunya sempat mempersiapkan OS sendiri yang berjalan di atas Android open source bernama Hongmeng.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU