Meski ada Revitalisasi Kawasan, Ekonomi Kerakyatan Segitiga Emas Tidak Memb

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 02 Jan 2019 15:39 WIB

Meski ada Revitalisasi Kawasan, Ekonomi Kerakyatan Segitiga Emas Tidak Memb

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan dengan sejarah panjangnya. Tidak bisa ditinggalkan jalanan yang dianggap sebagai tempat berprosesnya perekonomian di masanya. Jalan tersebut disebut Segitiga Emas yang dimulai dari Jalan Embong Malang-Blauran-Tunjungan namun kini mulai pupus titel pusat perekonomian pada kawasan tersebut. Di tepi jalan telah diberikan akses yang mudah untuk pejalan kaki melalui pelebaran trotoar namun justru menuai pro dan kontra dari pihak pedagang sekitar. Ketika menelusuri Jalan Tunjungan yang kini disulap menjadi Malioboro-nya Surabaya tidak menunjukkan adanya keramaian, hanya kendaraan berlalu lalang, terburu-buru melanjutkan aktivitas. Salah satu toko yang telah ada sejak 1960 di Jalan Tunjungan yaitu PT Gading Murni, menjual berbagai peralatan tulis dan kantor. Toko ini menjadi saksi perubahan yang terjadi di Jalan Tunjungan selama bertahun tahun lamanya, termasuk setelah revitalisasi kawasan. Akibat revitalisasi yang membuat tempat parkir dipindah kebelakang, semakin mengalami penurunan omset penjualan. Masyarakat tidak mau ribet harus parkir ke belakang berbeda dengan dulu yang cukup di depan. Apalagi ketika ada acara Mlaku Mlaku Nang Tunjungan, benar meningkatkan jumlah pengunjung namun omset menurun hingga 50-60 persen. Ujar Olfi, Customer Service PT. Gading Murni yang telah bekerja sejak lima tahun lalu ketika ditemui Surabaya Pagi pada Rabu (2/1). **foto** Tidak hanya PT. Gading Murni, di Jalan Tunjungan juga terdapat Tunjungan Electronic Centre yang sering menjadi jujukan warga Surabaya, bila ingin melakukan servis terhadap barang elektroniknya. Revitalisasi kawasan di Jalan Tunjungan ternyata tidak memiliki dampak signifikan khususnya bagi penjualan maupun penawaran jasa perbaikan di tempat tersebut. Opang, seorang karyawan toko Dho-Van yang telah bekerja sekitar setahun lamanya mengaku tidak ada perubahan. Kini pengunjung bertambah ramai apalagi ketika ada acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, tetapi untuk penjualan tidak ada bedanya. Ujarnya. Segitiga Emas tidak hanya berpusat pada Jalan Tunjungan, namun juga Praban yang mana menjadi satu jalur. Tempat yang dahulu kala dikenal sebagai pusatnya sepatu di kawasan Surabaya kini mulai kehilangan jati dirinya. Beberapa toko mulai berganti menjadi tempat berjualan alat musik atau bahkan ada yang terpaksa ditutup karena tidak lagi mendapatkan keuntungan. Salah satu tukang parkir toko sepatu Micro di kawasan Praban bernama Abdul yang telah mengabdi selama lima tahun menyayangkan atas penutupan berbagai toko. Toko Micro sendiri ini sudah ada sejak tahun 70an tapi sekarang sepi bahkan di sekitar Praban banyak yang sudah ditutup. Salah satunya, toko Fair Lady ini yang ditutup sejak 1999 padahal dulu paling terkenal di kawasan. Sekarang tokonya dibiarkan kosong seperti ini tanpa ada kegiatan apa apa. Ujarnya ketika ditemui Rabu (2/1). **foto** Selain toko sepatu, terdapat juga toko Kurnia yang berjualan berbagai macam tas mulai dari koper hingga tas jinjing. Seperti berbagai kios maupun toko di sekitar kawasan Segitiga Emas, tidak ada pengunjung yang sekedar melihat lihat. Meskipun telah berdiri berpuluh-puluh tahun ternyata Toko Kurnia hanya menggantungkan diri pada para pelanggan yang ada sejak dulu. Toko ini telah ada sejak 20 tahun lalu, dibandingkan sekarang ya rame dulu. Apalagi ketika ada Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan yang membuat semakin sepinya bahkan tidak ada pembeli karena jalanan ditutup. Ujar Rinawati, pemilik toko Kurnia. Setelah menelusuri Jalan Praban, tidak bisa melewatkan pusat emas di kawasan Blauran yang berdampingan satu sama lain. Tidak merata, itulah yang terlihat, ada beberapa toko emas memang ramai dengan pengunjung namun ada juga yang sepi. Salah satu toko yang terletak dekat dengan lampu merah arah ke BG Junction dan Jalan Praban adalah Kendi Mas. Sepi, itulah impresi pertama yang dirasakan meskipun toko tersebut telah ada berpuluh puluh tahun lamanya. Kalau ada Mlaku Mlaku Nang Tunjungan, toko ini makin sepi apalagi karena jalan ke arah Praban dan Tunjungan ditutup. Padahal biasanya juga sepi sebenarnya bila dibandingkan dulu, apalagi sekarang toko emas ada dimana-mana. Ujar Tatik, salah seorang pegawai Kendi Mas yang ditemu Selasa (2/1). **foto** Tidak mampu menghidupkan kembali pusat perekonomian segitiga emas meskipun adanya revitalisasi harusnya menjadi refleksi untuk pemerintahan. Toko-toko yang berdiri bertahun tahun lamanya dapat secara perlahan kehilangan pasarnya di kawasan tersebut, bila tidak ada uluran tangan pemerintah. Bukan hanya mengenai revitalisasi terhadap tata kota, namun juga perekonomian kerakyatan yang menjadi inti dari Surabaya. pr

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU