Menipu Berkedok Raja dan Permaisuri

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 16 Jan 2020 00:52 WIB

Menipu Berkedok Raja dan Permaisuri

SURABAYA PAGI - Totok Santosa dan Fanni Aminadia, yang mengklaim dirinya Raja dan Permaisuri Keraton Agung Sejagat, kini meringkuk di tahanan polisi. Keduanya ditangkap Tim Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah di luar keratonnya di Purworejo. Sejak beberapa hari terakhir, warga digegerkan dengan kabar adanya Kerajaan Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Bahkan viral di media sosial. Kini Totok Santosa dan Fanni Aminadia ditetapkan sebagai tersangka. "Ditangkap di sekitar Wates, Yogyakarta," kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, Rabu (15/1/2020). Dari pemeriksaan, Toto dan Fanni sudah sejak lama merancang rencana dengan membuat sebuah kerajaan untuk memperdaya warga sekitar. Keduanya dijerat pasal 14 UU RI No.1 th 1946 tentang menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran dengan hukum maksimal 10 tahun dan pasal 378 KUHP tentang penipuan. Sebelumnya penangkapan, Keraton Agung Sejagat yang didirikan Toto membuat resah masyarakat. Setelah dilakukan penyelidikan, diduga Toto telah melakukan penipuan terhadap warga dengan menyampaikan berita-berita bohong terkait sejarah kerajaan tersebut. Pengikutnya sudah hampir 150 orang. Mereka diwajibkan memberikan dana dengan cara iuran hingga puluhan juta rupiah. "Berbekal penyebaran keyakinan dan paham apabila bergabung dengan kerajaan akan bebas dari malapetaka dan perubahan nasib ke arah yang lebih baik. Jika tidak bergabung akan berlaku sebaliknya," ucap Rycko. Menurut Kapolda, Totok Santosa dan Fanni Aminadia bukanlah warga Purworejo. Keduanya memiliki KTP Jakarta dan indekos di Yogyakarta. "Sementara Fanni Aminadia yang diakui sebagai permaisuri ternyata bukan istrinya, tetapi hanya teman wanitanya," papar dia. Penyidik, lanjutnya, memiliki bukti permulaan yang cukup untuk keduanya sebagai tersangka. Ia menjelaskan tersangka memiliki motif untuk menarik dana dari masyarakat dengan menggunakan tipu daya. "Dengan simbol-simbol kerajaan, tawarkan harapan dengan ideologi, kehidupan akan berubah. Semua simbol itu palsu," tandas jenderal bintang dua ini.n an/sm

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU