Mengenal Terapi Baru untuk Pasien Kanker Limfoma Hodgkin

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 17 Jan 2018 19:28 WIB

Mengenal Terapi Baru untuk Pasien Kanker Limfoma Hodgkin

SURABAYAPAGI.com, Jakarta- Kemoterapi merupakan pengobatan awal untuk kanker, termasuk kanker limfoma hodgkin. Ini adalah jenis kanker pada sistem kelenjar getah bening yang mamiliki gejala benjolan pada beberapa daerah tubuh seperti leher, ketiak, dan pangkal paha. Sayangnya, kemoterapi tidak selalu memberikan hasil maksimal, yang mana 20 persen dari pasien mengalami relaps (kekambuhan) atau refrakter (tidak memberikan respons) terhadap pengobatan tersebut. Kemoterapi juga menimbulkan beberapa efek samping seperti kerontokan rambut, infertilitas, dan mual. Kanker limfoma hodgkin dapat diobati dengan empat cara yaitu kemoterapi, radiologi, transplantasi sel, dan terapi target. "Pengobatan untuk kanker ini tak menggunakan bedah karena penyebaran sel sangat cepat," ujar dokter ahli penyakit dalam Arry H. Reksodiputro, SpPD-KHOM dalam pertemuan media, Rabu, 17 Januari 2018. Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi, terapi target pun semakin dikembangkan dan ditemukan metode baru yaitu terapi Antibody Drug Conjugate (ADC). "Dalam penelitian yang kami temukan, 30-90 persen sel kanker limfoma hodgkin mengandung zat CD 30, sehingga terapi target ini menyasar pada zat tersebut," jelas dokter ahli penyakit dalam Dody Ranuhardy, SpPD-KHOM, MPH, pada kesempatan yang sama. Terapi target sendiri bertujuan untuk membantu mengirimkan agen kuat ke sel kanker yang menjadi target terapi sekaligus meminimalisir paparan pada sel yang tak disasar. Terapi ADC tak hanya menunjukkan keberhasilan pada kanker limfoma hodgkin, tetapi juga jenis kanker lain. "Respons positif untuk pengobatan ini cukup besar pada kanker limfoma hodgkin, yaitu 34 persen untuk sembuh total dan 75 persen memberikan respon bagus," tambah Dody. Kemudian, angka harapan hidup bisa mencapai 40,5 bulan. Secara global, 62 ribu orang terdiagnosa kanker limfoma hodgkin dengan 25 ribu di antaranya meninggal setiap tahun. Di Indonesia, kebanyakan penderita berusia dewasa yaitu di atas 35 tahun. Beberapa gejala yang muncul adalah demam naik turun, keringat dingin, dan penurunan berat badan drastis hingga 10 persen dalam waktu singkat. CR/beb (mtro)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU