Menang di Surabaya, Butuh Modal 38%

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 12 Nov 2019 06:29 WIB

Menang di Surabaya, Butuh Modal 38%

ANALISIS PILWALI PENGAMAT Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokhim Abdussalam berpendapat sulit menciptakan oligarki politik di Surabaya. Menurutnya, pemilih rasional di Surabaya tumbuh signifi kan. Sehingga, pertimbangan pemilih akan kandidat bakal kian kompleks. Meski begitu, suara Walikota Tri Rismaharini di Pilwali Surabaya 2020 akan mendongkrak calon walikota (Cawali) nanti. Bahwa tokoh penting bisa mengendorse calon, iya, tapi itu juga tergantung figure yang diusung. Jika figure yang diusung tidak kompetitif, ya tidak berpengaruh juga. Bu Risma termasuk tinggi bisa 9% endorse calon, tapi untuk bisa menang di Surabaya butuh minimal modal 38%, dan figur kandidat tetaplah yang utama, papar Surokhim, Senin (11/11) kemarin. Di samping pemilih rasional, sambung Surokhim, faktor kompetisi di internal partai yang ketat juga dinilai tidak memungkinkan terjadinya oligarki. Kompetisi di internal PDIP juga kompetitif, tidak bisa juga oligarkis karena penentunya juga bertingkat-tingkat dari banyak pihak, tuturnya. Menurut peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) ini, Risma kuat di internal PDIP lantaran pertimbangan rasional seperti capaian kinerja selama ini memimpin. Jika kemudian geng-nya (Risma) menguat, itu saya pikir juga karena relasi kapasitas dan kompetensi, tidak semata-mata atas dasar teman dekat, urai Surokhim. Pakar Politik Universitas Airlangga (Unair) Hari Fitrianto punya pandangan lain. Menurutnya, Risma Effect di Pilwali Surabaya 2020 tak begitu berarti. Risma Eff ect akan dapat terkalahkan dengan kedewasaan warga Surabaya dalam menyikapi ritme politik Surabaya. Hal ini dilandasi dari terpilihnya Risma selama dua periode. Jadi mereka melihat siapa yang bertarung, bukan siapa di baliknya, kata Hari dihubungi terpisah. Selain itu ada satu hal lagi yang masih bisa mengalahkan Risma Effect, yakni suara partai. Baginya PDI Perjuangan adalah salah satu partai politik yang mapan, bisa jadi suara PDIP Surabaya sendiri sudah mencapai 25% bahkan mungkin lebih. Karena itu, menurut Hari, Risma Effect tidak akan bisa mengalahkan suara partai. Risma tidak bisa mengalahkan PDIP, tegasnya. Mengenai tagar Risma Selamanya (#RismaSelamanya) baginya, itu juga wujud keantusiasan masyarakat dengan Risma. Karena #RismaSelamanya juga tidak akan bisa mengembalikan Risma sebagai walikota Surabaya lagi. Kalau pun dia masih ingin mencalonkan diri, maka dia harus maju ke tingkat provinsi dan juga tidak memungkinkan dia akan menjadi cawawali. Tidak mungkin bu Risma nyalon lagi, harus naik ke provinsi (Pilgub). Kalau turun jadi wakil walikota, juga nggak mungkin, pungkasnya

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU