Masih Banyak Masyarakat Umum Takut Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 27 Mei 2020 22:55 WIB

Masih Banyak Masyarakat Umum  Takut Covid-19

i

Ilustrasi karikatur

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Keseriusan Presiden Joko Widodo yang memerintahkan jajarannya untuk menerapkan tatanan Normal Baru produktif dan Aman Covid-19 (The New Normal) mulai direspon Jawa Timur. Meski pemerintahan baik Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya masih belum memutuskan kebijakan Jokowi, namun aparat TNI dan Polri sudah melakukan gerakan di beberapa titik di Jawa Timur. Termasuk di kawasan Surabaya Raya dan Malang Raya yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Baca Juga: Kita Jangan Niru Singapura

 

Presiden berharap, semakin masif sosialisasi protokol itu dilakukan, berpengaruh pada peningkatan kesadaran serta kedisiplinan masyarakat supaya tetap produktif sekaligus aman dari ancaman Covid-19. Bahkan, secara khusus, Presiden memerintahkan TNI dan Polri untuk memperkuat dan penambahan aparat di Jawa Timur. Terlebih khusus untuk daerah yang kurva penyebarannya masih tinggi.

“Saya sudah perintahkan Gugus Tugas, Panglima TNI, dan Kapolri untuk di Jawa Timur, agar ditambah bantuan aparat di sana agar bisa menekan kurvanya sehingga tidak naik lagi dan meningkatkan pengujian sampel, pelacakan yang agresif terhadap yang PDP maupun ODP, dan melakukan isolasi yang ketat. Ini kita lakukan pada provinsi-provinsi yang kurvanya masih naik,” tegas Jokowi.

 

2.298 Personel TNI-Polri

Instruksi Presiden Jokowi kepada Kapolri sendiri sudah langsung direspon oleh Polda Jatim. Melalui Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, sudah menambah pasukan jumlah personel berjumlah 1.161 personel di kawasan Surabaya Raya dan 1.037 di kawasan Malang Raya. Selain disokong dari beberapa Polres di beberapa Polres di Jatim.

“Penambahan ini guna untuk memperkuat secara masif dalam pengawasan protokol kesehatan. Yakni sasarannya pada hulu, seperti lokasi tempat berkumpulnya massa, seperti industri perusahaan, mall, tempat ibadah, hingga pasar, agar dilakukan pengetatan protokol kesehatan,” jelas Kombes Trunoyudo, kepada Surabaya Pagi, Rabu (27/5/2020).

Menurut Trunoyudo, metode yang akan dilakukan yakni dengan cara persuasif, preemtif dan represif, dengan mengedepankan edukasi kepada masyarakat. “Jadi kehadiran kami, baik dari Polri atau TNI, guna memberikan edukasi juga, agar masyarakat disiplin dan patuh guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” tambahnya.

Selain itu, terkait instruksi Presiden Jokowi, tentang hidup Normal Baru, lanjut Trunoyudo, sudah dilakukan oleh Kapolda Jatim Irjen Pol M. Fadil Imran, dengan pembentukan kampung tangguh yang ditingkatkan dari RT, RW hingga Desa/Lurah.

“Artinya, sekali lagi ini terkait pendisiplinan sejak tingkat RT, RW atau Dewa. Jadi ini juga perlu adanya kesadaran masyarakat. Disiplin dari individu, keluarga tangguh hingga pemerintah daerah dan TNI-Polri. Ini sebuah kolaborasi dan tidak dapat bekerja sendiri. Maka tidak boleh ada ego sectoral atau satu kelompok saja untuk keberhasilan hidup Normal Baru,” tegas pria yang pernah menjabat di Kabid Humas Polda Jabar

Sementara, terkait instruksi Presiden Jokowi tentang pemberlakukan New Normal di Jawa Timur dan penambahan personel TNI-Polri. Baik Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, masih belum menyebut, wilayahnya akan menerapkan New Normal. Baik Khofifah maupun Risma, masih akan fokus memutus mata rantai di Surabaya.

 

Jatim dan Surabaya Belum Siap

Baca Juga: KB Bukopin, Konsisten Lanjutkan Transformasi di New Normal

Khofifah menyebut new normal akan diterapkan ketika rate of transmission, atau tingkat penularan covid-19 (korona) di Jatim sudah di bawah satu persen dari jumlah penduduk. "Hari ini Jatim masih 1,32 persen. Surabaya 1,6 persen. Penurunan rate of transmission ini menjadi penting untuk menjadikan patokan memulai new normal. Hari ini konsentrasi kita adalah pada penurunan penyebaran dan penghentian penyebaran," kata Khofifah di Grahadi.

Khofifah menyampaikan salah satu fokus memutus mata rantai penularan covid-19 di Jatim adalah di Surabaya Raya. Di mana lebih dari 80 persen kasus covid-19 di Jatim disumbang dari Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. "Pola-pola yang sudah kita ukur melibatkan pakar epidemiologi akan fokus pada penurunan penyebaran sampai penghentian penyebaran, sambil kita menyiapkan beberapa rencana untuk melakukan New Normal tertutama untuk perusahaan dan berbagai sektor perdagangan di Jatim," kata Khofifah.

Salah satu yang akan disiapkan menuju new normal, Khofifah mengaku telah mendiskusikan secara parsial dengan berbagai kalangan secara terbatas, terkait rencana penerapan new normal tersebut. "Format-format diskusi dan Focus Group Discussion (FGD) secara virtual dengan melibatkan BI dan OJK, ekonom terus dilakukan. Dan kita menyiapkan berbagai tahapannya (menuju New Normal)," ujarnya.

Sama halnya juga dikatakan Wali Kota Risma. Risma sendiri masih belum mau membahas tentang konsep New Normal. Menurut Risma, saat ini di Surabaya masih berfokus pada penanganan kasus virus corona. Sekarang ini para tenaga medis masih berjuang menangani pasien Covid-19. “Belum saatnya, minggu depan aja ya kita lihat (datanya), karena ini para tenaga medis masih berjuang, karena nanti InsyaAllah saya akan sampaikan,” ujar Risma di Balai Kota, kemarin.

 

Dapat Tumbuhkan Ekonomi

Terpisah, terkait mengimplementasikan The New Normal, yang dikatakana Gubernur Khofifah harus diskusi secara parsial bersama berbagai elemen, langsung direspon organisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya.

Menurut Kadin Surabaya, The New Normal dapat menjadi pemicu di sektor ekonomi dan industri usaha di Indonesia, Surabaya dan Jawa Timur.  "Saya meyakini dan optimis, the new normal itu bisa dilakukan di Indonesia. Karena bisa menjadi trigger bagi perekonomian di Indonesia yang sempat hancur selama pandemi ini,” ucap Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Surabaya, Ir Jamhadi, kepada Surabaya Pagi, Rabu (27/5/2020).

Baca Juga: Gubernur Khofifah Minta Musala-Masjid di Jatim Ada Satgas Covid-19

Jamhadi juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan hanya 2,5 persen ini mampu meningkat lagi dengan melakukan new normal tersebut. Meskipun dalam masa pandemi, pertumbuhan ekonomi dibentuk melalui TTI, yaitu Trade, Tourism dan Invesment, lalu juga konsumsi masyarakat ini masih terganggu. Ditambah dengan stimulus untuk penanggulangan Covid-19. "Setidaknya saya sebagai pelaku usaha berharap kondisi new normal nantinya membuat kondisi pertumbuhan ekonomi jadi membaik. Karena bisnis-bisnis juga bisa mulai bergerak lagi, seperti makanan dan minuman, transportasi umum, dan lain sebagainya," kata Jamhadi.

Selain harus menyiapkan prokotol kesehatan menyambut new normal, menurut Jamhadi, pemerintah juga harus menyiapkan protokol bisnis dan petunjuk teknis yang jelas agar dapat menjadi acuan bagi para pengusaha untuk ditaati menjalankan bisnisnya. "Jika ada petunjuk teknis yang jelas dan protokol bisnis dari pemerintah baik pusat maupun daerah, maka para pelaku usaha juga lebih mudah mentaati new normal dan tidak mengganggu goals atau tujuan bisnisnya itu sendiri," katanya.

 

Metode Belajar New Normal

Sementara, dalam tatanan hidup  baru pun disambut baik di sektor Pendidikan. Salah satunya, akademisi dari Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, Dr. Fajar Arianto, M.Pd. Menurut Fajar, bila diterapkan tatanan New Normal, setiap sekolah atau kampus, harus diperhatikan secara khusus di setiap daerah masing-masing. "Jika sekolah akan dibuka kembali dalam rangka new normal, harus diperhatikan keadaan daerah masing-masing untuk zona covid-19 dan psikologis masyarakat. Jangan sampai nanti jadiu kendala. Bagaimana kebutuhan pembelajaran dalam situasi pandemi gini. Mulai pendidikan dasar hingga tinggi. Dari orang tua hingga guru. Harus komprehensip. Jangan setengah-setengah," ungkap Dr. Fajar, kepada Surabaya Pagi, Rabu (27/5/2020).

Fajar Arianto juga menuturkan bila pemahaman kepada wali murid harus benar-benar dilakukan masing-masing dinas terkait. Sebabnya masih banyak masyarakat umum yang takut dengan keadaan Covid-19 ini. “Demikian juga dengan para guru, persiapan secara khsusus di sekolah tempat duduk siswa dan tempat berkerumun siswa, harus benar-benar diatur dan diperhatikan," tuturnya.

Bila sekolah dan fasilitas pendidikan akan dibuka maka, menurutnya sistem belajar mengajar juga bisa dilaksanakan dengan metode blended learning. "Sistem pembelajaran bisa dilaksanakan dengan blended learning, jadi pertemuan tatap muka dan online. jadi tidak harus tiap hari ke sekolah. untuk sekolah yang tidak terjangkau dengan internet, bisa menggunakan sistem ini, dengan pembelajaran mandiri atau modul" terangnya. (adt/byt/nt/jk/cr1/erk/rmc)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU