Home / Ramadhan : Pesan Ramadhan (10)

Marah-marah di bulan Puasa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 16 Mei 2019 04:21 WIB

Marah-marah di bulan Puasa

Asy-Syabakah Al-Islamiyyah mengeluarkan fatwa terkait masalah orang marah-marah pada bulan puasa, sebagai berikut: Orang yang berpuasa apabila marah atau bertengkar dengan orang lain puasanya tetap sah dan ia tidak mengulangi (mengganti) puasanya (di hari yang lain), baik ia bertindak sebagai pelaku yg zalim atau dalam posisi dizalimi. Namun orang yang berpuasa semestinya berlaku lemah lembut dan menjauhi (hal-hal) yang (menyebabkan) kemarahan dan pertengkaran dengan orang lain, bahkan berlaku lemah lembut terhadap orang yang tidak tahu (bahwa dirinya puasa) dan tidak membalas celaannya. Meskipun puasa orang yang marah tidak batal, namun sudah selayaknya ia mampu menjaga diri dari hal-hal yang menjadi penyebab datangnya marah dan pertengkaran. Hal ini -dikhawatirkan- dapat mengurangi pahala puasa, baik puasa sunnah maupun wajib. Rasulallah saw bersabda: Puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ia dicela oleh seseorang atau diajak berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan Aku sedang puasa (H.R. al-Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151). Dalam riwayat yang lain, Rasulallah saw bersabda: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulallah saw bersabda: Orang yang kuat bukanlah ia yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya ketika marah (HR. Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609). Hal penting untuk kita hayati dan praktikan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang mengajarkan agar ketika berpuasa, kita menjadi orang yang berwibawa, menjaga kehormatan dengan menghindari maksiat dan berusaha bersabar dalam setiap keadaan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melalui sabdanya Jangan marah! telah menggabungkan semua kebaikan dunia dan akhirat. Karena marah bisa menyebabkan permusuhan. Dan terkadang menyebabkan dirinya menyakiti orang yang dimarahi. Sehingga bisa mengurangi kadar agamanya. Dan karena inilah, orang yang marah ketika puasa, bisa menyebabkan pahala puasanya berkurang. Puasa menjadi sia-sia ketika kita hanya bisa menahan lapar dan haus. Allah juga memerintahkan kita untuk menahan amarah atau emosi. Artinya, orang yang berpuasa diminta untuk menghindari pertengkaran. Ada buku berjuduk Terapi Puasa, yang ditulis Dr. Abdul Jawwad ash-Shawi. Beliau menjelaskan, ketika seseorang yang sedang puasa emosi dan marah, maka adrenalin akan meningkat tajam. Bahkan, jumlahnya 20 kali lipat lebih banyak dari saat tidak puasa. Artinya marah dan pertengkaran pada masa penyerapan, maka proses pencernaan makanan akan terganggu. Karena adrenalin bekerja mengendurkan otot pelembut di sistem pencernaan. Adrenalin juga dapat memperkecil kontraksi kantong empedu, menyempitkan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, hingga menambah volume darah yang mengalir ke jantung. Artinya, proses penyerapan makanan akan terhambat jika seseorang yang sedang puasa, marah. *) Penulis adalah Pembelajar Agama Islam secara Otodidak

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU